Cerita Siswi Madrasah Kenalkan Islam di Amerika Serikat

11 Juli 2019 12:21 WIB
clock
Diperbarui 21 Januari 2021 11:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sufi Adzkia Salma dok Hesti Widianingtyas/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sufi Adzkia Salma dok Hesti Widianingtyas/kumparan
ADVERTISEMENT
Namanya Sufi Adzkia Salma, ia baru saja lulus dari Madrasah Aliyah Negeri 10 Jakarta. Pengalamannya menjadi anak SMA agak berbeda dengan teman-teman yang lain, karena Sufi sempat menghabiskan sekitar setahun di Amerika Serikat untuk belajar dan mengenalkan Islam.
ADVERTISEMENT
Kesempatan ini ia dapat lewat program beasiswa bernama The Kennedy-Lugar Youth Exchange & Study (YES). Sufi merasa program yang berada di bawah Kedutaan Besar Amerika Serikat ini cocok baginya, karena misi dari YES program untuk menjembatani Amerika dengan negara yang populasinya mayoritas Islam.
"Aku pengin kasih tahu kalau Islam enggak seburuk yang media kabarkan. Selain itu aku juga pengin lihat salju, hehehe...," ujarnya ditemui di 'Dialog Keragaman dan Pendidikan di Amerika' di Kedubes AS, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Sufi mengikuti proses seleksi YES program dari kelas 10 sampai 11, dan berangkat ketika ia di kelas 12 SMA. Ia menjadi salah satu dari 82 orang terpilih dari total sekitar 7 ribu pendaftar beasiswa.
ADVERTISEMENT
Di Amerika Serikat, cewek mungil berkacamata ini tinggal di Utah, tempat lahirnya agama Kristen Mormon di negeri Paman Sam. Keluarga asuh Sufi menganut ajaran ini, membuatnya harus beradaptasi saat tinggal bersama.
"Salah satu contohnya itu mereka enggak minum teh dan kopi karena ada kafeinnya. Tapi keluargaku tahu aku minum teh, jadi mereka tetap membelikanku teh meski mereka enggak minum," tutur dia.
Sufi dan teman-temannya di Utah dok kemenag.go.id
Di sisi lain, Sufi juga mengenalkan agama Islam kepada keluarga asuh dan teman-temannya di Lehi High School. Sebagai perempuan yang mengenakan hijab, enggak jarang ia mendapatkan pertanyaan-pertanyaan seperti, "kenapa memakai hijab?" sampai "apakah ketika mandi dan tidur juga mengenakan hijab?".
Tapi terlepas dari pertanyaan itu, ia enggak pernah mendapatkan diskriminasi atau tindakan intoleran dari lingkungannya di Utah. Bahkan selain sekolah, Sufi juga aktif mengajar mengaji kepada anak-anak di komunitas Islam yang ada di sana.
ADVERTISEMENT
"Aku justru belajar banyak soal Islam dan representasi Islam di Amerika Serikat. Karena, kan, negara-negara dengan populasi Muslim yang lain juga mengirimkan perwakilannya masing-masing, lalu aku bertemu teman kayak dari Arab Saudi, yang ternyata sekarang udah lebih modern," kata Sufi.
Cerita Sufi ini sejalan dengan pesan yang disampaikan Wakil Atase Pers Kedutaan Besar AS, Sita Raiter, dalam kesempatan yang sama. Menurutnya, salah satu persamaan Amerika dan Indonesia, yaitu sama-sama negara demokratis yang menjunjung nilai-nilai toleransi dan keragaman.
"Selain itu, semboyan bangsa Indonesia 'Bhinneka Tunggal Ika' dan semboyan AS 'E Pluribus Unum' secara garis besar memiliki kesamaan makna, yakni berbeda tetapi satu. Pintu kami terbuka bagi siapa saja yang ingin belajar mengenai Amerika Serikat," ucapnya.
ADVERTISEMENT