Darahkubiru: Memasyarakatkan Denim Lokal

2 November 2018 19:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jacket Jeans (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Jacket Jeans (Foto: Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
Hampir tiap orang memiliki produk fashion berbahan denim. Baik celana, kemeja, atau jaket jeans. Sifatnya yang fungsional, dan bisa dipadupadankan dengan kaus atau kemeja, membuat jeans digandrungi berbagai golongan.
ADVERTISEMENT
Enggak terkecuali Darahkubiru, sebuah majalah online yang berangkat dari komunitas pecinta denim. Menurut Bhisma Diandra, Project Officer Darahku Biru sejak 2011, nama tersebut diambil dari seni fading alias pudar dalam pemakaian jeans.
"Proses pudar itu, kan, ketika jeans dicuci nanti warna birunya luntur. Istilah luntur ini yang disebut anak denim sebagai bleeding. Ibaratnya jeans kalau berdarah itu biru, makanya Darahkubiru," terang Bhisma kepada kumparan.
Sebagai wadah digital, Darahkubiru menyediakan berbagai informasi soal denim. Mulai dari tips, perawatan, sampai referensi merek denim lokal yang enggak kalah dengan merek luar.
"Kami memang ingin mengedukasi esensi pemakaian jeans dan mendukung merek lokal. Orang dulu beli jeans ke luar negeri, harganya sampai Rp 3 juta, Rp 4 juta. Bagi orang awam itu masih kaget. Nah, kami dari awal edukasi kenapa jeans mahal, lalu tipe jeans ada apa saja, dan merek apa aja yang direkomendasikan buat yang mau coba menjadi denim geek," jelas Bhisma.
ADVERTISEMENT
Darahkubiru juga menjadi ruang bagi pecinta denim untuk berbagi informasi soal bisnis mereka, atau sekadar memamerkan outfit of the day yang disebut PAHI (Pakai Apa Hari Ini).
Enggak hanya majalah online, Darahkubiru sempat melahirkan komunitas INDIGO (Indonesian Denim Group). Sayangnya menurut Bhisma, kini INDIGO sudah enggak aktif lantaran enggak ada pengurus.
"Itu sekitaran 2015 atau 2016. Makin ke sini makin enggak aktif, karena enggak ada regenerasi," ucapnya.
Meski begitu, ada acara tahunan dari Darahkubiru yang masih eksis sampai sekarang. Acara tersebut adalah Wall of Fades, yang telah terselenggara sejak 2009.
"Awalnya digerakkan oleh sekitar tujuh orang. Mereka itu anggota aktif di forumnya Darahkubiru," kata Bhisma.
Tingginya animo masyarakat luar Jakarta terhadap gelaran Wall of Fades, akhirnya melahirkan acara serupa bertajuk Denim Satellite. Bhisma mengatakan, Denim Satellite lebih fokus kepada merek denim lokal yang tersebar di daerah-daerah.
ADVERTISEMENT
Hal ini pula yang menjadi salah satu rencana Darahkubiru di tahun mendatang. Mereka berharap bisa memperkenalkan denim sebagai gaya hidup, bukan hanya fashion statement.
"Ke depannya kami ingin melebarkan lagi ke luar kota, menaikkan lagi Denim Satellite dan membawa Wall of Fades ke luar daerah. Karena pecinta jeans di Lampung, Kalimantan, atau Bali sudah cukup banyak. Jadi kolaborasi juga sama anak-anak lokal," ujar dia.