Ekskul Robotik: Gampang-gampang Susah, tapi Seru!

5 November 2018 16:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kompetisi Robotik Madrasah 2017 (Foto: Tomy Wahyu Utomo/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kompetisi Robotik Madrasah 2017 (Foto: Tomy Wahyu Utomo/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pesatnya perkembangan teknologi di era kekinian, secara otomatis juga mengakrabkan anak muda terhadap teknologi itu sendiri. Bahkan sekarang anak muda enggak sekadar menggunakan gawai, mereka juga sudah diperkenalkan kepada cara kerja robot, lewat ekstrakulikuler (ekskul) robotik di sekolah.
ADVERTISEMENT
Salah satunya adalah Hadyan, pelajar kelas 12 jurusan IPA di Madrasah Aliyah Negeri 2 Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Hadyan sudah mengikuti ekskul robotik di sekolahnya sejak duduk di bangku kelas 11.
Ekskul robotik di MAN 2 Mataram terbilang masih baru. Hadyan mengaku, saat itu ia aktif di Kompetisi Sains Madrasah (KSM) bidang Matematika dan Biologi. "Awalnya tahun lalu itu anggotanya dari teman-teman KSM Fisika. Saya lalu diajak ikut robotik," kata Hadyan kepada kumparan, Senin (5/11).
Cowok yang ingin mengambil jurusan kuliah Teknik Informatika di Institut Teknologi Bandung (ITB) ini, mengaku tertarik menjadi bagian dari ekskul robotik karena menyukai teknologi.
"Saya sangat tertarik dengan teknologi yang bisa mempermudah kegiatan dalam kehidupan sehari-hari," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Hadyan mengatakan, selama tergabung dalam ekstrakulikuler robotik, ia mendapat banyak ilmu soal merancang sebuah mesin atau robot. Enggak hanya itu, ia juga bisa mengasah kreativitasnya, dan mendapat teman baru.
"Kebetulan di sekolah alat robotik masih terbatas karena ekskulnya masih baru. Jadi kalau masalah menciptakan robot itu masih belum terlalu bisa. Latihan juga biasanya belajar buat robot-robot sederhana, yang bahannya dari semacam lego. Robot yang masih standarlah, istilahnya. Saya juga belajar bikin programnya," jelas Hadyan.
Gampang-gampang Susah
Hadyan dan Budi siswa MA dari Mataram. (Foto: Nesia Qurrota/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Hadyan dan Budi siswa MA dari Mataram. (Foto: Nesia Qurrota/kumparan)
Meski mengaku menyukai bidang robotik, Hadyan masih kerap mendapat sejumlah tantangan. Di antaranya seperti pembuatan program dan merangkai komponen elektronik robot.
"Karena itu komponen elektroniknya harus dapat bergerak sesuai dengan yang ada di program. Tapi di situlah letak keseruannya," pungkas dia.
ADVERTISEMENT
Hadyan menyebut, selain mengasah kreativitas, robotik juga menuntutnya untuk berpikir kritis agar komponen elektrik dapat bergerak sesuai dengan program yang telah dibuat.
"Belajar programming dalam robotik itu gampang-gampang susah. Sehingga menjadi seru," ungkap Hadyan.
Hadyan dan salah satu temannya, Budi, sempat mengikuti kompetisi robotik yang digelar Kementerian Agama, pada 3-4 November 2018, di Depok Town Square. Mereka berdua membuat aplikasi robot bernama Keranjang Bayi Anti Bencana Alam Nasional (Kebatilan).
Suasana kompetisi robotik siswa-siswi madrasah se-Indonesia oleh Kemenag, Minggu (4/11/2018). (Foto:  Nesia Qurrota A'yuni/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana kompetisi robotik siswa-siswi madrasah se-Indonesia oleh Kemenag, Minggu (4/11/2018). (Foto: Nesia Qurrota A'yuni/kumparan)
Alasan mereka merancang robot tersebut karena termotivasi dari bencana gempa yang beberapa waktu lalu mengguncang Lombok yang ikut merenggut nyawa bayi-bayi.
"Adanya gempa ini menyebabkan banyak reruntuhan terutama bangunan dan menyebabkan korban jiwa, bahkan bayi. Karena itu kami menciptakan sebuah alat khususnya untuk bayi. Agar bayi bisa terselamatkan dari bencana itu," tutur Hadyan.
ADVERTISEMENT
Temannya, Budi, menuturkan bayi adalah individu yang belum bisa menyelamatkan dirinya sendiri sewaktu gempa. Oleh sebab itu, alat ini dianggap mampu menyelamatkan bayi-bayi saat gempa melanda.
Dari bentuk robot yang dirancang, keranjang ini memiliki sensor cahaya sendiri yang bisa menutup otomatis sewaktu gempa. Di dalam keranjang itu telah dilengkapi sebuah tabung oksigen yang bisa membantu bayi bernapas.
Hadyan dan Budi berujar akan terus memperbaiki alat yang telah dirancang supaya menambah nilai guna ke depannya. Sehingga, alat tersebut bisa diimplementasi dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di kawasan rawan gempa.