Kemendikbud Sesuaikan Konten UN Siswa Terdampak Bencana

28 Desember 2018 19:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah pelajar SMA Negeri 2 Kudus mengikuti simulasi Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) atau Computer Based Test (CBT) di Kudus, Jawa Tengah, Rabu(11/12). (Foto:  ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho)
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah pelajar SMA Negeri 2 Kudus mengikuti simulasi Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) atau Computer Based Test (CBT) di Kudus, Jawa Tengah, Rabu(11/12). (Foto: ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaaan (Kemendikbud) menyiapkan kebijakan khusus untuk pelaksanaan Ujian Nasional (UN). Terutama, bagi siswa terdampak bencana yang terjadi di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Sulawesi Tengah pada pertengahan 2018 lalu.
ADVERTISEMENT
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang), Kemendikbud, Totok Suprayitno mengatakan, konten yang diujikan pada UN akan disesuaikan dengan materi pembelajaran terakhir yang diterima siswa terdampak sebelum proses pembelajaran terganggu akibat bencana.
“Anak-anak yang terdampak akan dilayani sesuai dengan apa yang sudah dipelajari. Kalau anak-anak itu, katakanlah di semester terakhir terganggu (proses pembelajarannya), maka konten yang diujikan nanti akan sampai di semester terakhir, di mana dia belajar,” tutur Totok di Kantor Kemendikbud, Jakarta, Kamis (27/12) dilansir situs resmi Kemendikbud.
Kebijakan itu juga berlaku bagi siswa terdampak yang berpindah sekolah ke daerah lain. Totok menjelaskan, saat ini tengah dilakukan pendataan oleh sekolah penampung melalui sistem pendataan bernama Bio UN.
Sekolah ini mengidentifikasi siswa tersebut, berasal dari mana, belajarnya sampai di semester berapa. Nanti secara spesifik soalnya akan disesuaikan,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Adapun pelaksanaan UN di daerah terdampak bencana tetap bisa diselenggarakan dengan berbasis komputer (UNBK). Caranya, Kemendikbud menyiapkan metode yang disebut remote printing.
“Jika tidak tersedia komputer, UNBK dilaksanakan dengan alat kertas. Istilahnya melalui remote printing. Itu sudah by name. Jadi masing-masing anak memiliki naskah soal yang berbeda satu sama lain,” kata Totok.
Namun, Totok menambahkan, pihaknya tetap akan melihat jumlah siswa yang menggunakan metode tersebut. Jika jumlahnya sangat banyak, penggunaan Ujian Tulis Berbasis Kertas dan Pensil (UNKP) menjadi pertimbangan.
“Kita akan lihat, jumlahnya manageable atau tidak,” pungkasnya.