Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Mengapa Youtuber Rentan Mengalami Gangguan Kesehatan Mental?
16 November 2018 14:53 WIB
Diperbarui 21 Januari 2021 11:21 WIB
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini youtuber kondang asal Kanada, Lilly Singh memutuskan untuk hiatus dari Youtube karena tak bahagia membuat konten di platform video tersebut. Tak cuma itu, di Indonesia, Reza ‘Arap’ Oktovian juga lebih dulu mengambil langkah yang sama.
ADVERTISEMENT
Timbulnya gangguan kesehatan mental menjadi faktor Lilly melenggang sejenak dari Youtube. Sedangkan Arap sendiri hiatus lebih karena ingin menikmati hidupnya di dunia nyata.
Lantas, mengapa para youtuber yang tampak bahagia dalam konten-konten videonya, malah rentan mengalami gangguan kesehatan mental?
Katherine Lo, seorang peneliti komunitas online dari Universitas California, Irvine, berpendapat bahwa frekuensi dan konsistensi dalam mengunggah video menjadi salah satu alasan para Youtuber kelelahan (burnout). Tapi enggak hanya itu.
“Sifat khusus pekerjaan (youtuber) membutuhkan audiens tetap terlibat, yang mana termasuk harus aktif di media sosial, berinteraksi dengan fans, dan peran lainnya selain menulis, presentasi, dan editing (video),” kata Lo sebagaimana dikutip dari The Guardian.
Pekerjaan yang berlebih ini sangat jarang tampak di mata para penonton, tapi menurut Lo cukup membebani dan menjadi faktor pendukung dari timbulnya stres para Youtuber.
ADVERTISEMENT
“Dalam banyak kasus, hal ini bisa berkontribusi pada PTSD (post-traumatic stress disorder), khususnya ketika para kreator jadi subjek yang diancam bakal diganggu keamanan dan privasinya, atau diberi pengaruh buruk (toksisitas) oleh lingkungan komunitasnya,” terang Lo.
Menurut Lo ada empat faktor yang mendorong timbulnya stres para Youtuber yaitu kelelahan karena merasa menampilkan performa yang serupa kepada para audiens, membaca komentar, kecemasan finansial akibat mengelola iklan dan donasi, serta tekanan karena mengelola reputasi dan hubungan profesional dengan komunitas Youtuber lainnya.
“Hari ini kamu bisa menjadi bintang online dengan satu video viral, di umur dan tingkat tertentu, serta dari manapun kalian berada. Namun tanpa dukungan dan arahan, potensi menjadi kelelahan karena eksposur sangat besar,” ujar Chris O’Sullivan dari Mental Health Foundation Inggris, masih dilansir The Guardian.
ADVERTISEMENT
Lo menambahkan, “Youtube gagal melindungi para kreator dari bahaya ekstrem pekerjaan (youtuber) seperti diungkap privasinya, dibuntuti, dilecehkan, dan diancam secara online. Lebih lanjut, mereka (Youtube) mengklaim tak bertanggung jawab atas kesehatan para kreator atau komunitas yang mereka ciptakan.”