Plus Minus Menikah Muda saat Masih Mahasiswa

8 Desember 2018 16:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Pasangan Menikah (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pasangan Menikah (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Menikah muda barangkali jadi pilihan sebagian mahasiswa yang masih kuliah. Pilihan itu diambil bisa saja untuk tujuan ibadah demi menyempurnakan separuh agama atau karena sudah ada “calon” yang siap saja.
ADVERTISEMENT
Namun untuk mengambil keputusan menikah muda saat masih menjadi mahasiswa enggak bisa sembarangan. Soalnya kamu harus menghadapi berbagai jenis dampak plus-minus yang bisa ditimbulkannya. Apa saja ya kira-kira? Berikut di antaranya yang diungkapkan Psikolog dan Relationship Expert, Denrich Suryadi.
Plus
1. Mudah merencanakan masa depan
Dengan menikah di usia muda, kamu dan pasangan bakal punya waktu untuk mengutak-atik rencana di masa depan. Jika ada rencana yang kurang sesuai lebih mudah untuk “direvisi” ketika masih muda dibanding bila sudah mapan di pekerjaan dan kehidupan masing-masing.
“Pasangan menikah muda pastinya dengan lebih mudah dapat merencanakan masa depan yang lebih panjang, apakah pergi melanjutkan kuliah atau bekerja di luar negeri,” kata Denrich.
2. Lebih semangat
ADVERTISEMENT
“Pasangan muda biasanya lebih bersemangat dan akan lebih banyak waktu beradaptasi satu sama lain sesuai usia mereka,” terang Denrich.
Menurut Denrich, pasangan muda juga akan lebih produktif bersama-sama dalam mengasuh anak. Soalnya, bisa jadi ketika masih muda, waktu luang masih banyak dibanding ketika sudah mapan di pekerjaan masing-masing.
3. Lebih dekat dengan anak
“Anak mereka juga akan tidak mengalami kesenjangan usia yang cukup jauh dengan orangtuanya sehingga kemungkinan kedekatan anak-orangtua lebih mudah dijalin,” tutur Denrich.
Soal kultur dan teknologi antargenerasi juga enggak akan beda jauh, sehingga anak dan orangtua yang menikah muda lebih nyambung ngobrolnya.
Minus
1. Kurang siap mental
Nikah muda biasanya erat kaitannya dengan ketidaksiapan mental. Mungkin emosi masing-masing masih dalam tahap transisi dari remaja ke orang dewasa sehingga masih kaget untuk menjalani komitmen hubungan jangka panjang.
ADVERTISEMENT
“Tidak siap secara mental (psikologis) mengingat mereka harus beradaptasi menjadi suami istri dan sebagai orangtua karena tanggungjawab sangat berbeda dengan sebelumnya ketika masih single yang masih penuh kebebasan,” ujar Denrich.
2. Rentan masalah finansial
Menikah muda juga dianggap masih belum memiliki kemapanan ekonomi. Hal ini rentan menjadi masalah pelik bagi mereka yang menikah muda.
“Ada kemungkinan terjadi konflik sosial/ekonomi karena ketidaksiapan mereka dalam hal finansial mengingat masih muda dan baru lulus misalnya. Pembagian waktu dan materi rentan menjadi masalah,” terang Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara itu.
3. Masalah finansial memicu konflik keluarga
Urusan “dapur mengepul” adalah urusan wajib dalam setiap rumah tangga. Jika soal finansial yang merupakan bahan utama dapur mengepul tersebut enggak beres, hal itu bisa berujung pada konflik keluarga.
ADVERTISEMENT
“Sering terjadi pernikahan muda didukung secara finansial oleh masing-masing atau salah satu keluarga dari pasangan, tetapi (kalau enggak benar) justru akan memicu masalah/konflik baru dengan mertua atau besan,” terang Denrich.