Riset: Suhu Ruangan yang Terlalu Dingin Bisa Ganggu Kinerja Perempuan

24 Mei 2019 10:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perempuan bekerja. Foto: Dicky Adam Sidiq/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan bekerja. Foto: Dicky Adam Sidiq/kumparan
ADVERTISEMENT
Bekerja di ruang ber-AC dari pagi sampai sore seakan terasa nyaman. Enggak kepanasan, enggak keringetan, dan pastinya tetap kece dan wangi sepanjang hari.
ADVERTISEMENT
Tapi ternyata, suhu ruangan yang terlalu dingin bisa menggangu performa kerja, lho. Khususnya bagi para perempuan, nih. Kok, bisa, ya?
Menurut riset berjudul Battle for the Thermostat: Gender and the Effect of Temperature on Cognitive Performance yang diunggah ke laman Journals Plos One, ruang kerja yang terlalu dingin justru berdampak negatif dan mengurangi produktivitas pekerja perempuan.
Para perempuan justru bisa bekerja lebih baik di ruangan dengan suhu normal cenderung hangat, dibandingkan laki-laki yang bekerja lebih baik di ruangan dengan suhu yang lebih dingin.
Kesimpulan ini didapat setelah mengamati 543 mahasiswa di Berlin, Jerman, yang melakukan serangkaian tes di ruangan dengan suhu berbeda-beda, yakni antara 16 sampai 32 derajat celcius. Selama berada di dalam ruangan, para mahasiswa tersebut menjalani tes logika, tes matematika tanpa kalkulator, dan menyusun kata secara acak dalam Bahasa Jerman.
ADVERTISEMENT
Hasilnya, para responden perempuan menyelesaikan lebih banyak soal matematika dengan benar ketika berada di ruangan dengan suhu hangat. Bahkan kenaikan satu derajat celcius saja meningkatkan hampir 2 persen jumlah soal matematika yang dijawab dengan benar.
Di sisi lain, laki-laki bekerja lebih baik di ruangan dengan suhu yang lebih dingin. Tapi penurunan performa mereka di ruangan bersuhu hangat, enggak terlalu signifikan seperti peningkatan performa responden perempuan.
"Hasil dari riset kami membuktikan kalau suhu ruang kerja tidak melulu berdampak kepada kenyamanan, tapi juga mempengaruhi produktivitas dan performa kerja. Riset kami menyarankan untuk tempat kerja yang setara secara gender, suhu ruangannya harus diatur agar lebih hangat dari standar saat ini," jelas Tom Chang dan Agne Kajackaite selaku peneliti, dikutip dari The Atlantic.
ADVERTISEMENT