Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Stereotip Mahasiswa Kedokteran yang Jadi Jurusan Favorit SBMPTN
1 Juli 2018 16:22 WIB
Diperbarui 21 Januari 2021 11:25 WIB
ADVERTISEMENT
Kalau mahasiswa jurusan Hukum saja tidak terlepas dari keberadaan stereotip, apalagi mahasiswa Ilmu Kedokteran? Dengan segala macam image yang sudah terbangun sebelumnya, salah satu jurusan paling diminati di SBMPTN 2018 ini menyimpan berbagai macam anggapan di masyarakat yang perlu diluruskan.
ADVERTISEMENT
Apa saja stereotip tersebut? Berikut, kumparan rangkum tiga di antaranya, khusus untuk kamu yang sebentar lagi akan memulai kehidupan sebagai seorang mahasiswa Ilmu Kedokteran.
1. Dikira orang kaya
Penampilannya yang rapi dan biaya kuliah yang sering disebut mahal, acap kali membuat mahasiswa kedokteran dianggap orang-orang sebagai orang kaya. Apalagi dengan alat pendukung belajar yang juga tidak murah, pandangan semacam itu nampaknya sulit untuk dihindarkan.
Padahal, menurut Danial (23) mahasiswa Kedokteran asal Bandung yang sedang menjalani koas, hal tersebut tidak bisa sepenuhnya dibenarkan. Menurutnya, ada berbagai skema pembiayaan, seperti beasiswa, yang dapat dimanfaatkan oleh para mahasiswa Kedokteran
"Padahal kalau masuknya di kampus negeri, dengan sekitar Rp 8 juta per semester juga sudah bisa kuliah sampai selesai," tuturnya kepada kumparan.
ADVERTISEMENT
2. Pasti pintar
Karena salah satu tugas seorang dokter adalah untuk membantu kesembuhan orang lain dengan keahlian diagnosanya, tak jarang ada yang menganggap bahwa setiap mahasiswa Kedokteran, pasti mengetahui semua hal yang berada di dalam ranah keahliannya.
Namun, tidak semuanya ternyata seperti itu. Hukum alam tetap berlaku, siapa yang malas dia yang kalah. Dan, seperti itu juga yang terjadi di kehidupan sebenarnya. Kembali lagi ke individu masing-masing.
"Karena keahliannya, dokter sering dianggap sebagai 'perpanjangan tuhan'. Padahal sebenarnya enggak semua kayak gitu, tergantung orang itu rajin apa enggak," lanjut Danial.
3. Pendapatan yang tinggi
Anggapan lain yang juga cukup sering ditemukan adalah soal nasib para mahasiswa kedokteran setelah lulus, terutama soal penghasilan seorang dokter yang sering dianggap besar. Namun, hal tersebut nampaknya tak bisa sepenuhnya dibenarkan.
ADVERTISEMENT
Sebab, jenjang karier seorang dokter juga tidak berhenti setelah koas selesai, namun masih ada beberapa jenjang lainnya. Salah satunya seperti mengambil gelar spesialis di bidang tertentu.
"Kalau tidak mengambil spesialisai, mungkin ya pendapatannya biasa saja. Tapi kalau sudah menjadi spesialis dan yang lainnya, mungkin itu bisa dibenarkan," tutupnya.