Susahnya Jadi Anak Indekos di Jakarta, Mau Irit Tapi Sulit

3 Mei 2018 21:00 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Patung Selamat Datang di Bundaran HI (Foto: Flickr)
zoom-in-whitePerbesar
Patung Selamat Datang di Bundaran HI (Foto: Flickr)
ADVERTISEMENT
Jika Jakarta punya tangan, maka setiap tahunnya, kedua tangan itu akan terbentang lebar untuk siapa saja yang datang menghampiri. Semua orang dengan berbagai kepentingan merangsek masuk; mulai dari menuntut ilmu, mengeruk rupiah, hingga beranak pinak.
ADVERTISEMENT
Imbasnya, biaya hidup merangkak naik dari tahun ke tahun. Mahalnya sewa tempat tinggal, biaya makan, atau sekadar ngopi-ngopi cantik di kafe demi gengsi.
Namun, biaya hidup yang tinggi itu katanya sepadan dengan apa yang didapat dari Jakarta. Setidaknya itu yang dirasakan Eza (24). Memutuskan untuk mengulang dari awal kuliahnya yang tidak selesai di Bandung, Eza kini tengah berupaya menyelesaikan studi S1 di Universitas Mercu Buana, Jakarta.
Tak hanya berstatus sebagai mahasiswa, Eza juga bekerja sebagai mobile developer di sebuah perusahaan layanan jasa di Jakarta. Sambil menyelam minum air, dong.
Kali pertama Eza menjejakkan kaki di Jakarta, dirinya sempat mengaku shock lantaran apapun serba mahal. Sudah bayar kos mahal, mau jajan-jajan lucu, mahal juga!
ADVERTISEMENT
“Dulu awal-awal pindah dari Bandung merasa, wah ngekost sekamar di sini mah di Bandung bisa dapat ngontrak rumah,” seloroh Eza.
Mahalnya biaya hidup di Jakarta juga dirasakan oleh Intan (23). Terlebih, saat dia menjadi mahasiswi dulu, letak kosnya tidak jauh dari kampusnya di Universitas Bina Nusantara.
Ilustrasi mal. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mal. (Foto: Pixabay)
Ada kalanya dia merasa bosan dengan makanan warteg, dan sesekali ingin makan enak. Namun lagi-lagi, biaya yang dikeluarkan juga tidak sedikit. Belum lagi godaan untuk pergi ke mal. Niat mau hemat, eh, malah bikin dompet sekarat. Susah juga jadi manusia Jakarta. Mau senang-senang sedikit jatuhnya malah konsumtif.
“Tapi sebenernya mungkin balik lagi ke gimana kita manage keuangannya kali, ya,” kata Intan mengoreksi.
ADVERTISEMENT
Selain perilaku konsumtif, ternyata ada lagi kendala yang kita hadapi dalam mengatur keuangan kala menjadi anak indekos Ibu Kota, yaitu biaya pergaulan alias dana sosial.
Com-Hangout Bareng Teman-teman (Foto: Thinkstocks)
zoom-in-whitePerbesar
Com-Hangout Bareng Teman-teman (Foto: Thinkstocks)
Hal tersebut diamini Eza yang sulit untuk menolak ajakan nongkrong di kafe bersama teman-temannya. Hadirnya teknologi yang memudahkan kita untuk memesan makanan lewat aplikasi pun dirasa Eza sebagai salah satu faktor biaya makannya jadi lebih besar dari sebelumnya.
“Dulu saya enggak pernah pesan makan lewat aplikasi, sekarang jadi rajin karena diajak teman, padahal lumayan juga sih, harganya,” ujarnya.
Berbeda dari Eza, Intan justru merasa dirinya harus berpikir ulang untuk mengikuti pergaulan di Jakarta karena khawatir biaya hidup untuk hal lain yang lebih penting tidak terpenuhi.
ADVERTISEMENT
“Mungkin karena aku anak rantau, jadi lebih banyak mikirnya buat ngikutin pergaulan di Jakarta. Kalau diikutin banget, wah mungkin enggak akan pernah cukup,” ucap Intan yang berasal dari Bantul, Yogyakarta.
Tapi benar enggak sih, hidup indekos di Jakarta itu benar-benar boros dan membuat kita jadi enggak bisa menyisihkan satu rupiah pun?
Anggapan ini nyatanya ditepis oleh Eza. Meskipun dia harus bekerja sekaligus membiayai kuliahnya sendiri, Eza rupanya masih mampu menabung, kok, guys!
com-mulai menabung dari sekarang (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
com-mulai menabung dari sekarang (Foto: Thinkstock)
Caranya, Eza secara rutin dan telaten memisahkan budget untuk ditabung, ongkos pergaulan, hiburan, dan kebutuhan pokok sehari-hari. Namun karena dia mengaku cukup kewalahan untuk menata ongkos pergaulannya, Eza merasa tabungannya harus lebih besar. Oleh karena itu, dia rela mengambil side job.
ADVERTISEMENT
“Biaya hidup saya cukup karena saya ambil side job, dan hasil dari side job itu benar-benar habis untuk ongkos pergaulan aja. Kalau enggak ada side job mah sulit sih, pasti ngambil dari tabungan jadinya,” ungkapnya.
Nah, seperti yang dikatakan Eza, kita harus pintar-pintar mengatur dana. Minimal selain mengandalkan dana dari org tua serta gaji dari kantor, kita juga mesti punya penghasilan sampingan. Ya, hitung-hitung bisa menutupi biaya pergaulan kita. Sebab, jika kita menuruti nafsu tanpa persiapan yang cukup, niat jadi anak indekos yang irit akan terasa sangat sulit.