Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Tren Gelaran MUN di Indonesia: Selain Kompetisi, Juga Bangun Jaringan
15 Oktober 2018 20:18 WIB
Diperbarui 21 Januari 2021 11:22 WIB
ADVERTISEMENT
Simulasi sidang Perserikatan Bangsa-bangsa atau Model United Nations (MUN) tampak berkembang jadi tren di Indonesia. Para delegasi kini tak perlu jauh-jauh ke luar negeri hanya untuk mengikuti MUN karena beberapa kampus di Indonesia sudah menggelar kompetisi MUN sendiri.
ADVERTISEMENT
“Kompetisi MUN sendiri sudah dimulai sejak 1954 di Harvard National MUN, Boston, US. Delegasi Indonesia sudah berangkat ke HNMUN (Harvard National MUN) sejak 2008 lalu setelah itu mulai membuat MUN di Indonesia,” kata Muhammad Fakhri Abdurrahman selaku presiden JOINMUN 2018.
Sebut saja Universitas Indonesia yang mencetuskan pertama kali Indonesia MUN pada tahun 2010. Pada saat itu, UI menjadi satu-satunya kampus yang menggelar kompetisi MUN tingkat internasional.
“Di awal diberdirikannya Indonesia MUN, mayoritas peserta hanya dari Indonesia saja. Selama beberapa tahun, perkembangan Indonesia MUN membawa eksposur kepada komunitas internasional, dan Indonesia MUN mulai menarik peserta dari negara-negara lain di Asia,” tutur Sekretaris Jenderal Indonesia MUN 2018, Laras Thyrza.
Gelaran MUN kemudian diikuti oleh Jakarta MUN yang diinisiasi oleh Indonesian Student Association for International Studies (ISAFIS) pada tahun 2011. Model simulasi sidang di Jakarta MUN ini mengikuti aturan resmi yang digelar di sidang PBB karena langsung diarahkan oleh Departemen Informasi Publik PBB.
ADVERTISEMENT
Sejak itu sejumlah universitas ikut mengadakan gelaran MUN versinya sendiri. Di antaranya pada tahun 2012 digelar Jogja International MUN (JOINMUN) oleh UGM dan Padjadjaran MUN (PadMUN) oleh Unpad.
Beberapa kompetisi MUN yang muncul menyusul contohnya seperti Java MUN (UIN Jakarta), Bali MUN (Universitas Udayana), President MUN (President University) dan masih banyak lagi.
“Dalam kompetisi MUN, peserta atau yang disebut sebagai delegates akan mendapatkan kesempatan untuk berlatih public speaking dalam pidato, negosiasi, dan riset dalam menulis draf resolusi dari sidang PBB,” jelas Fakhri.
Tak hanya kompetisi
Gelaran MUN nyatanya tak sekadar diidentikan sebagai kompetisi antarmahasiswa dalam bidang diplomasi saja. Selain itu para peserta juga diharapkan dapat membangun jaringan satu sama lain.
ADVERTISEMENT
“MUN juga memberi peserta tempat untuk membangun jaringan dengan sesama mahasiswa khususnya yang tertarik dengan isu international politics, economy, social and culture,” ujar Fakhri.
Kemudian selain membangun jaringan, gelaran MUN juga dapat berpotensi sebagai upaya diplomasi publik Indonesia di mata komunitas internasional.
“Untuk peserta dari luar negeri, kompetisi-kompetisi MUN di luar negeri sekaligus bisa jadi ajang bagi mereka untuk mengenal budaya dan wisata turisme Indonesia,” terang Laras.
Laras menjelaskan bahwa di Indonesia MUN sendiri, kompetisi MUN tak hanya diisi dengan lomba, tapi juga dengan acara-acara lain yang menawarkan pengalaman lain seperti expert workshop, gelar wicara, dan ekskursi (plesir).
Walaupun memang tidak semua kompetisi (MUN) memberikan hadiah berupa uang, menurut Fakhri, para peserta delegasi dapat melatih kapasitas riset dan public speaking jadi manfaat yang tak terhitung dari mengikuti MUN ini.
ADVERTISEMENT
“Dengan melihat berbagai keuntungan yang bisa diperoleh dari MUN, bukan suatu hal yang mengejutkan untuk melihat tren dan pertumbuhan komunitas MUN yang meningkat secara pesat,” kata Laras.
Dalam waktu dekat, Fakhri dan Laras akan memimpin jalannya dua kompetisi MUN terkenal di Indonesia. JOINMUN akan dilaksanakan pada 25 Oktober 2018 sedangkan Indonesia MUN rencananya digelar pada 13 November 2018. Tertarik ikutan?