cover alternatif 3.png

Uluran Tangan Mediator Nikah Beda Agama

15 Juni 2019 10:54 WIB
comment
12
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pernikahan beda agama. Ilustrasi: Argy Pradypta
zoom-in-whitePerbesar
Pernikahan beda agama. Ilustrasi: Argy Pradypta
ADVERTISEMENT
Sebuah karangan bunga ucapan selamat menikah terpampang rapi di depan garasi kantor Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Namun suasana kantor saat itu cukup sepi, tidak nampak padat kegiatan.
ADVERTISEMENT
Seorang pria mempersilakan kami masuk untuk bertemu langsung dengan Ahmad Nurcholish, seorang mediator pernikahan beda agama yang juga aktivis lintas agama di ICRP.
“Silakan duduk, mau ngopi enggak?” tanya pria yang akrab disapa Pak Nur ini.
Dengan santai, Nurcholish membuka perbincangan dan bercerita bagaimana awal mulanya ia tertarik pada isu-isu hubungan antaragama, toleransi, perdamaian hingga akhirnya, pernikahan beda agama (interfaith marriage).
Rentang 2002-2003, saat Nurcholish masuk ICRP, dirinya mengaku lebih banyak mendalami isu kebhinekaan. Salah satu yang menarik buatnya adalah pernikahan beda agama. Menjelang 2004, ia pun diminta untuk melakukan riset mengenai pandangan konstitusi dan agama soal pernikahan beda agama.
Tidak hanya lewat ICRP, Nurcholish bersama teman-temannya juga membantu pasangan beda agama yang ingin menikah lewat program konseling dan advokasi di Yayasan Harmoni Mitra Madania.
ADVERTISEMENT
“Setiap orang punya hak untuk memilih pasangan, cara menikah, berkeluarga, punya keturunan dan sebagainya. Nah, itu kan yang sebagian besar pasangan tidak mendapatkannya. Di sini kami hanya membantu prosesnya saja,” paparnya.
Ahmad Nurcholis, mediator nikah beda agama. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Sebagai seorang mediator nikah beda agama, ada beberapa jasa yang ditawarkan untuk kedua belah pasangan. Jasa tersebut meliputi tiga hal:
1. Konseling, biasanya terkait bagaimana pandangan agama soal pernikahan beda agama, kedua bagaimana pernikahan bisa dilakukan, lalu bagaimana meyakinkan orang tua menerima pandangan tersebut.
2. Fasilitasi, membantu setelah mendapat restu dan mereka ingin menikah. Mulai dari menyiapkan penghulu, pendeta, dan mengurus catatan sipil.
3.Konsultasi, setelah menikah pasangan juga masih konsultasi terkait mendidik anak-anak dengan perbedaan agama, atau saat kesulitan mengurus kartu keluarga karena ternyata tidak bisa mencantumkan status agama sesuai keyakinan masing-masing (ada yang harus disamakan dengan pasangan).
ADVERTISEMENT
Biaya yang harus dikeluarkan juga berbeda-beda, tergantung pada tingkat kerumitan yang dihadapi masing-masing pasangan.
“Kalau akad nikah saja sekitar Rp 2 - 2,5 juta. Tapi kalau semua diurus dari awal antara Rp 9 - 11 juta, kan ada yang kesulitan mengurus administrasi jadi kita bantu,” terang Nurcholish.
Jika pasangan kebingungan bagaimana cara meyakinkan orang tua pun, Nurcholish bisa membantu untuk berdiskusi dengan mereka. Pendekatan yang digunakan juga berdasarkan teologis dan kultural.
Pendekatan teologis tidak lepas dari bagaimana agama berbicara soal perbedaan dalam pernikahan berdasarkan sudut pandang agama masing-masing. Sebagai contoh, jika agama Islam, biasanya Nurcholish akan menjelaskan soal tiga mazhab baik yang melarang dan yang membolehkan pernikahan beda agama, meski hasilnya tetap dikembalikan pada keluarga kedua belah pihak.
ADVERTISEMENT
Tiga mazhab tersebut adalah:
1. Yang melarang, (Al Baqarah: 221) dan (Al Mumtahanah: 10)
2. Yang membolehkan, selama yang menikah adalah laki-laki muslim dengan perempuan ahlul kitab (Al Maidah: 5)
3. Yang membolehkan, perempuan muslim menikah dengan laki-laki nonmuslim. Islam juga mengajarkan adanya kesetaraan gender jadi tidak ada diskriminasi dalam hal penerapan hukum. Pernikahan beda agama sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad. Dua putri Nabi dari Siti Khadijah, Ruqayyah dan Zainab juga menikah dengan laki-laki nonmuslim.
“Saya memahami bahwa agama diturunkan untuk menjadi solusi bagi dinamika dan problematika umat manusia. Karena itu, dengan dibolehkannya pernikahan muslim dan nonmuslim merupakan bagian dari progresivitas ajaran Islam dalam mengakomodir umat,” jelas pria yang juga seorang dosen ini.
ADVERTISEMENT
Pahit dan manis jadi mediator
Mediator nikah beda agama, Ahmad Nurcholis (kiri). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Mulai menikahkan pasangan beda agama sejak 14 tahun lalu, membuat Nurcholish banyak menelan asam garam selama menjadi seorang konsultan sekaligus mediator pernikahan. Banyak pengalaman tak terlupakan dalam setiap upayanya memuluskan keinginan pasangan untuk menikah beda agama, baik yang berhasil maupun tidak.
Berdasarkan data dari Yayasan Harmoni Mitra Madania yang diterima kumparan, tercatat ada 979 pasangan nikah beda agama sejak April 2005 hingga Selasa, 11 Juni 2019.
Dari sekian banyak pasangan beda agama, tentu ada beberapa cerita yang membekas di ingatan Nurcholish. Salah satunya datang dari seorang perempuan yang pernah mencoba menghubungi dirinya saat sedang dalam tempat persembunyiannya.
Perempuan itu mengaku diancam mau dibunuh karena menolak dijodohkan dengan anak buah bapaknya, --seorang tentara. Dia menolak dengan alasan tidak cinta dan sudah pacaran lama dengan seorang laki-laki kristen. Keluarga perempuan tersebut beragama Islam.
ADVERTISEMENT
Percobaan pembunuhan bahkan dilakukan dua kali. Pertama dengan senapan, untungnya meleset karena dia didorong adiknya, peluru pun tembus jendela. Kemudian perempuan itu kabur dan sebulan kemudian ditemukan kembali oleh orang tuanya dan dipaksa putus dengan pacarnya tersebut.
Tapi dia tetap bersikeras mempertahankan hubungannya (backstreet). Percobaan pembunuhan kedua, tubuh perempuan itu nyaris tersambit parang, tapi dia berhasil kabur lagi. Namun setelahnya, Nurcholis tidak mendapat kabar lagi soal kelanjutan hubungan perempuan itu, baik dengan pacar maupun orang tuanya.
Sebuah fakta menarik diungkap Nurcholish di tengah perbincangannya dengan tim kumparan. Dia menyebut, pasangan beda agama cenderung lebih awet hubungannya karena keduanya biasanya memilih untuk memapankan diri terlebih dulu demi menunjukkan keseriusan dalam hubungan dan sebagai pembuktian pada orang tua.
ADVERTISEMENT
“Pasangan beda agama rata-rata pacarannya lebih lama dan awet, 5 tahun itu paling minim, biasanya 8 tahun ke atas. Bahkan pernah ada dua pasangan yang saya tangani itu 20 tahun pacaran karena sulitnya mendapat restu,” ujarnya.
Bahkan tidak sedikit juga pasangan yang CLBK, sempat putus, lalu akhirnya menikah dengan mantannya yang beda agama tersebut.
Dalam beberapa kasus, ada pasangan yang sebelumnya menyerah dan menikahi pilihan orang tuanya untuk membuktikan baktinya. Namun pernikahan itu tidak bertahan lama hingga akhirnya bercerai.
Ilustrasi Sungkeman. Foto: Shutter Stock
Orang tua pun luluh dan akhirnya mengizinkan anaknya untuk menikah dengan mantannya yang beda agama beberapa tahun setelah perceraian terjadi.
Ada pula orang tua yang pada akhirnya membuka diri setelah sebelumnya menentang keras pernikahan beda agama dengan memilih untuk tidak hadir di acara pernikahan anaknya karena takut dosa.
ADVERTISEMENT
Kehadiran buah hati pun bisa jadi berkah tersendiri di tengah ketegangan hubungan keluarga pasangan beda agama. Kunjungan untuk menengok cucu pertama pun sekaligus menjadi momen haru pertemuan dua belah keluarga.
Masing-masing pasangan beda agama punya cerita unik dan masalah yang berbeda. Meski sulit, Nurcholish pun turut bahagia bisa terlibat untuk membantu memperjuangkan cinta mereka. Terlebih, jika akhirnya pasangan tersebut berhasil mendapat restu dan membangun keluarga sebagaimana pasangan pada umumnya.
“Saya turut senang ternyata kehadiran saya bermanfaat juga begitu,” tuturnya sambil tersenyum.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten