Atraksi Budaya di Bandara, Why Not?

M. Aji Surya
Diplomat dan mahasiswa Program Doktoral Pengkajian Amerika Universitas Gadjah Mada (UGM).
Konten dari Pengguna
2 Desember 2017 16:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari M. Aji Surya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Atraksi budaya di Bandara Internasional incheon (Foto: Dok. Aji Surya)
zoom-in-whitePerbesar
Atraksi budaya di Bandara Internasional incheon (Foto: Dok. Aji Surya)
ADVERTISEMENT
Kerumunan merupakan tempat yang pas untuk promosi, termasuk promosi wisata atau budaya. Pemerintah negeri ginseng tahu benar cara memanfaatkan bandara sebagai tempat promosi. Perhelatan pun dilakukan dengan kesungguhan dan profesionalisme tinggi.
ADVERTISEMENT
Alunan suara musik tradisional Korsel yang lembut itu menyeruak di kerumunan publik. Dibarengi dengan pasukan pengawal berpakaian khas kerajaan masa lalu, “raja” dan “permaisuri” berjalan pelan sambil melambaikan tangan. Terlihat anggun dan mematik selera.
Tak pelak, publik yang lagi berjalan atau belanja menengok dengan mata berbinar. Ada yang membalas lambaian tangan atau menghentikan langkah. Tapi umumnya mengambil gambar dari hapenya lalu dikirim ke saudara handai tolan di kampung halaman.
Atraksi budaya di Bandara Internasional Incheon (Foto: Dok. Aji Surya)
zoom-in-whitePerbesar
Atraksi budaya di Bandara Internasional Incheon (Foto: Dok. Aji Surya)
Promosi budaya yang dihelat di bandara internasional Incheon, Korsel itu, menambah keasyikan para penumpang pesawat yang akan terbang atau baru saja landing. Last minutes sebelum terbang pun seolah masih mendapatkan suguhan berselera. Dengan penampilan dua kali sehari, maka mereka merasa dimanjakan oleh salah satu otoritas bandara tersibuk di dunia tersebut.
Atraksi Budaya di Bandara Internasional Incheon (Foto: Dok. Aji Surya)
zoom-in-whitePerbesar
Atraksi Budaya di Bandara Internasional Incheon (Foto: Dok. Aji Surya)
Yang jelas, inilah kejelian Pemerintah negeri kimchi yang memang terkenal piawai “merayu” wisatawan asing. Berbagai kesempatan yang ada tidak pernah disia-siakan untuk “jualan” tujuan wisata hingga kosmetik. Bahkan hingga detik-detik terakhir menjelang keberangkatan.
ADVERTISEMENT
Bahkan, bila sempat transit di bandara Incheon dalam kurun waktu 4 jam misalnya, disediakan bus untuk melongok obyek wisata di seputaran bandara. Namun kalau transitnya lama maka akan diajak jalan-jalan sampai kota Seoul yang jaraknya 40 km. Wow banget bukan?
Jujur saja, hal yang sama juga tidak terlalu susah dilaksanakan di bandara-bandara Indonesia. Di Yogyakarta misalnya, sempat ada atraksi tetabuhan gending Jawa yang eksotik. Namun yang berupa arak-arakan atau prosesi seperti di Incheon, rasanya belum ada.
Jujur saja, untuk prosesi semacam itu memerlukan tempat uang relatif luas. Tidak menganggu namun memanjakan penumpang. Diatas itu perlu keseriusan dan profesionalisme yang tinggi agar apa yang diupayakan dapat memberikan hasil yang maksimal. Bukan sekedar proyek menghabiskan anggaran. ()
ADVERTISEMENT