Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten dari Pengguna
6 Kendaraan Alternatif Kekinian yang Awalnya Hanya Mainan
11 Desember 2017 8:29 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:19 WIB
Tulisan dari Bhinneka.Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Apa saja alat transportasi personal atau kendaraan pribadi yang kamu ketahui sejauh ini? Paling yang standar-standar, dan umumnya digunakan untuk perjalanan darat. Dimulai dari sepeda, sepeda motor baik yang berjenis motor bebek; motor skuter matik; motor jelajah; sampai motor sport dan motor gede, lalu mobil dengan beragam jenis dan ukuran. Tidak termasuk truk, bus.
ADVERTISEMENT
Semua kendaraan di atas bisa disebut konvensional. Selain karena penggunaannya yang sudah lazim, relatif mudah dibeli, diatur dalam undang-udang transportasi atau perhubungan, serta tentu saja umumnya hanya digunakan di jalan raya.
Nah sekarang, jenis kendaraan-kendaraan pribadi sudah bertambah dengan berbagai tipe. Coba deh diperhatikan, terutama di kota-kota besar dunia termasuk Jakarta, Singapura, Kuala Lumpur, dan lainnya, banyak orang yang bebas melaju di sisi jalan raya dengan alat-alat tersebut. Rata-rata sih anak muda, yang menjadikannya sebagai kendaraan alternatif. Padahal beberapa waktu sebelumnnya, alat-alat tersebut masih dianggap sebagai mainan biasa.
1. Hoverboard
Mainan yang satu ini sering banget ditemui di mal-mal maupun taman-taman terbuka Indonesia selama setahun terakhir, sedang dikendarai oleh anak-anak kecil dengan rentang usia murid SD kelas 4 sampai kelas 6. Dengan santainya, dan seakan tidak terlalu memedulikan pengunjung lain, mereka berseliweran menggunakan Hoverboard. Jago sih, rata-rata terlihat seperti itu.
ADVERTISEMENT
Sekilas, alat ini berupa papan pijakan dengan satu roda kecil berpermukaan karet di kedua ujungnya. Antara pijakan kanan dan kiri, terhubung semacam tuas. Sehingga kemiringan antara pijakan kanan dan kiri bisa berbeda. Desain seperti ini juga berpengaruh pada cara kerjanya. Ketika pijakan atau telapak kaki berposisi agak menukik seperti berjingkat (tumit lebih tinggi daripada bagian jari kaki), roda pada sisi tersebut akan bergerak ke depan. Begitu pun sebaliknya, jika posisi tumit lebih rendah maka roda akan bergerak mundur.
Saat kedua kaki diposisikan menukik, Hoverboard pun langsung melaju lurus. Kuncinya adalah keseimbangan tubuh. Pengguna cukup berdiri seperti biasa dengan postur agak maju. Untuk berhenti, cukup menegakkan pose tubuh. Terdengar mudah, tapi susah.
ADVERTISEMENT
Perbedaan antara Hoverboard mainan dan serius terlihat cukup jelas. Setidaknya dari corak, warna, dan bannya. Hoverboard sebagai kendaraan kekinian tampil lebih garang, dengan dominasi warna hitam sampai ke rodanya. Sedangkan Hoverboard untuk anak-anak menggnakan warna cerah, kecuali di pijakan kaki yang berupa bantalan hitam. Rodanya pun memiliki lampu LED, sehingga akan berkelap-kelip ketika berputar.
Sama-sama berupa mainan dengan sepatu anak-anak dengan roda di bagian belakangnya, hanya saja sepatu tersebut tidak terlalu ideal untuk digunakan di permukaan agak kasar seperti semen biasa maupun aspal. Itu sebabnya, sepatu beroda hanya cocok digunakan di lingkungan tertutup, seperti dalam mal... yang sering ngganggu banget. Orang tuanya mana sih... Hrrrghhh...
2. Hoverbike
(Foto: YouTube)
Dari namanya saja sudah terdengar identik dengan Hoverboard di atas. Namun sebenarnya ada dua versi HoverBike, dengan perbedaan desain serta cara kerja yang signifikan.
ADVERTISEMENT
HoverBike versi pertama boleh dibilang lebih canggih dan kompleks, karena benar-benar terbang, melayang hingga ketinggian beberapa ratus sentimeter dari permukaan tanah menggunakan baling-baling cukup besar (diameter beragam, hingga 1 meter). Posisi pengendara seperti mengendarai motor sport. Ini belum menjadi versi yang ramah sebagai kendaraan alternatif. Di Dubai, HoverBike bahkan sudah digunakan anggota kepolisian.
HoverBike versi kedua merupakan kelanjutan dari Hoverboard. Berbentuk mirip sepeda anak-anak dengan tiga-empat roda, tetapi tidak menggunakan pedal kayuh. Melainkan Hoverboard di bagian depan. Memberikan makna harfiah untuk HoverBike, yakni sepeda dengan Hoverboard.
Bagi anak-anak, HoverBike versi ini bisa digunakan ketika bermain. Akan tetapi lagi-lagi para orang dewasa pun bisa mengembangkannya agar cocok digunakan dalam keseharian. Bisa dengan posisi tempat duduk yang lebih tinggi, kekuatan Hoverboard yang dipasangkan, serta fitur tambahan lainnya. Sebab mirip seperti menaiki gokar bertenaga listrik.
ADVERTISEMENT
3. Segway
Di beberapa negara, Segway (yang nama aslinya adalah self-balancing two-wheeled scooter) telah populer digunakan secara umum. Di bandara, di rumah sakit, di taman kota, di lapangan golf, di mal, patrol, dan banyak lagi lainnya.
Sama seperti Hoverboard, Segway digunakan sambil berdiri dengan dua roda. Bedanya, metode penggerakan roda tidak pada pijakan semata. Melainkan tuas. Arahkan ke depan, roda pun maju. Roda pada Segway pun sudah lebih besar dibanding Hoverboard maupun HoverBike, pun dilengkapi gerigi untuk medan yang lebih berbatu.
Segway standar bisa mencapai kecepatan maksimum hingga 20 km/jam, ya lumayan sih.
4. Skuter Listrik
Skuter di sini tentu tidak sama dengan sepeda motor skuter, melainkan skuter anak-anak yang memiliki dua roda kecil, pijakan memanjang ke belakang dan pegangan. Apabila skuter anak-anak digerakkan dengan menjekakkan salah satu kaki ke tanah, skuter listrik tentu saja digerakkan dengan dinamo.
ADVERTISEMENT
Lagi-lagi, untuk penggunaan remaja dan orang dewasa, kapasitas mesin dan desainnya pun disesuaikan dengan perjalanan jarak pendek maupun menengah. Tetap memerlukan helm, pelindung siku dan lutut demi mengantisipasi potensi terjatuh.
Sama seperti skuter matik, setiap pegangan dilengkapi tuas rem. Di beberapa jenis, pengendali gasnya juga disematkan pada pegangan sebelah kanan. Selain itu, ada skuter listrik yang dilengkapi tempat duduk, ada pula yang digunakan sambil berdiri.
5. Skateboard Listrik
Papan seluncur atau Skateboard sudah lekat dengan olahraga ekstrem anak muda, dan ketika dipadukan dengan dinamo listrik maka menghasilkan sarana transportasi alternatif yang kekinian. Idealnya digunakan oleh para mantan skater, yang barangkali sudah tidak muda lagi.
Di Singapura misalnya, banyak anak muda (usia SMA maupun mahasiswa) yang menggunakan Electric Skateboard untuk melanjutkan perjalanan setelah keluar dari stasiun MRT. Mereka menggunakannya di area pejalan kaki, memanfaatkan kemampuan bermanuver untuk menghindari tabrakan.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan Hoverboard, pengguna Electric Skateboard tetap bisa menjejakkan kakinya ke tanah saat bertransportasi menggunakan perangkat ini. Dengan demikian, kesan bermain papan seluncur tetap bisa dirasakan. Setelahnya, papan seluncur listrik bisa ditenteng seperti biasa, atau malah diselipkan di antara tak ransel.
6. Uniwheel
Alat ini yang paling sulit digunakan. Sesusah-susahnya pakai Hoverboard, lebih susah Uniwheel karena hanya memiliki satu roda besar di tengah-tengah.
Ya! Uniwheel mengingatkan pada Unicycle atau sepeda beroda satu yang biasanya dipakai dalam atraksi sirkus dan akrobatik. Bedanya, Uniwheel menggunakan tenaga listrik, dan metode sudut kemiringan kaki. Dalam beberapa kali mencoba menaiki Uniwheel, untuk bisa berdiri di kedua pijakannya saya sangat mendebarkan. Sebab pijakan harus diambil saat mesin sudah menyala agar dapat langsung digunakan untuk melaju.
ADVERTISEMENT
Bagi pengguna yang mahir, mereka tinggal menaikinya seperti biasa dengan sedikit peluang terjatuh. Sementara pengguna pemula tentu harus berpegangan pada tembok maupun sejenisnya agar mempertahankan posisi berdiri.
Sejauh ini, pengguna Uniwheel (setidaknya di Jakarta) makin kelihatan. Kebanyakan sih hanya digunakan sebagai hobi dan komunitas, tetapi di kantor Bhinneka sendiri ada salah satu staf yang menggunakan Uniwheel dalam perjalanan lanjutan dari/ke kantor-stasiun KRL. Keren sih, ketika staf yang bersangkutan bisa terlihat melayang di dalam ruangan kantor. Saat tengah bekerja di ruangan, Uniwheel-nya pun di-charge kayak HP.
Keenam jenis “mainan” di atas sudah dimanfaatkan sebagian orang sebagai kendaraan pribadi alternatif, tidak menutup kemungkinan perkembangan teknologi di masa depan bisa menjadikan perangkat-perangkat tersebut sebagai solusi transportasi, dan masalah kemacetan lalu lintas yang makin lama makin memusingkan.
ADVERTISEMENT
Ada di antara kamu yang sudah aktif menggunakannya? Seru dong!