Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Ada Apa dengan Kamera Instan dan Sensasinya?
31 Oktober 2017 16:53 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
Tulisan dari Bhinneka.Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
(Foto: creativereview.co.uk)
Pernah ada masanya ketika fotografi tercetak, atau yang lebih terkenal sebagai fotografi analog, menjadi satu-satunya cara untuk mengabadikan momen secara visual. Hingga kamera digital pertama dibuat pada 1975, hasil akhir dari fotografi hanyalah cetakan proyeksi gambar dari lembaran film: foto.
(Foto: Peta Pixel)
ADVERTISEMENT
Beralih perlahan ke era fotografi digital, para fotografer dan penggemar fotografi mulai terpapar dengan teknologi baru serta menjangkau perangkat yang lebih canggih. Hasil pemotretan bisa dilihat saat itu juga, untuk kemudian dipilih dan dicetak sesuai keperluan. Oleh karena itu, tetap ada sejumlah waktu yang dihabiskan untuk menunggu, sampai lembaran-lembaran foto dihasilkan dan bisa dibawa pulang. Acaranya selesai kapan, fotonya baru ada kapan.
Untuk mengatasi masalah ini, hadirlah kamera instan. Berupa kamera komersial dengan fitur fotografi standar, namun sudah dilengkapi kemampuan mencetak hasil jepretan saat itu juga. Efeknya pun lebih dramatis, baik dari segi nuansa warna yang dihasilkan pada lembaran foto, maupun kesan dramatis dari proses pengambilan foto itu sendiri. Pasalnya, sama seperti pada kamera analog, fotografer tidak punya kesempatan untuk meninjau hasil bidikannya terlebih dahulu. Bahkan hasilnya langsung tercetak. Sehingga kemungkinannya hanya dua: foto bagus, atau foto gagal.
ADVERTISEMENT
Kamera instan pernah mengalami masa kejayaan, menjadi salah satu icon budaya pop serta digandrungi semua kalangan usia pada masanya. Setelah kamera digital terus mengalami perkembangan, menyesuaikan dengan kondisi komersial yang berlangsung (ukuran yang lebih kecil, harga lebih murah, bobot lebih ringan, dan sebagainya), ditambah pula dengan hadirnya kamera pada ponsel, kamera instan berangsur-angsur dilupakan, walaupun belum hilang.
(Foto: Wikipedia)
Sejak 2000, akses fotografi kian meluas di Indonesia seiring makin beragamnya perangkat yang bisa digunakan masyarakat. Utamanya pocket camera dan gadget camera. Lalu meningkat ke tren kamera DSLR dari berbagai tingkatan. Mulai yang amatir dan cocok bagi para pembelajar awal, sampai kelas kamera profesional. Kamera instan makin terpinggirkan, lantaran tidak memiliki kecanggihan fotografis. Ambil foto, lembar fotonya keluar, ditunggu atau dikibas-kibas sampai semua gambarnya muncul dengan sempurna. Begitu saja.
ADVERTISEMENT
Kondisi tersebut berlanjut beberapa tahun kemudian. Produsen besar makin meningkatkan teknologi dan kelas kamera-kamera mereka, pabrik ponsel pun terus meninggikan kualitas kamera pada gadget mereka. Seperti terus menambah kekuatan megapiksel, menghadirkan sensor pengenalan objek untuk hasil jepretan yang makin halus, menambahkan kamera depan untuk beberapa fungsi (selfie, wefie, panggilan video, dan sebagainya), serta yang terakhir adalah menggunakan dua kamera/kamera ganda di bagian belakang gadget. Kamera instan makin terpinggirkan, menyisakan berbagai efek kamera yang bisa digunakan di bermacam-macam apps. Polaroid, produsen kamera instan ternama dunia mengumumkan bahwa mereka tak lagi memproduksi perangkat andalannya tersebut pada 2007. Disusul menghentikan produksi lembaran film kamera instan setahun berikutnya.
Tak banyak yang mengira, di balik gempuran teknologi kamera dan fotografi ada sekelompok orang yang merindukan efek dramatis dan kenang-kenangan seketika dari kamera instan. Berbagai efek fotografi artifisial/buatan yang ditawarkan berbagai apps, tidak bisa menggantikan pengalaman langsung menjepret kamera instan dan menunggu hasilnya selesai.
ADVERTISEMENT
Dalam upaya membangun kembali popularitas kamera instan, Impossible Project melakukan berbagai cara. Pada 2010, mereka merilis PX 100 Silver Shade/First Flush dan PX 600 Silver Shade/First Flush. Ya! Lembar foto untuk kamera instan. Dikutip dari The Guardian, rilis dua produk tersebut dibarengi pernyataan berikut:
"Impossible's new PX Instant Films are dedicated to all the people who feel a similar passion for the magic of analog Instant Photography as we do. Carefully manufactured to develop slowly in the palm of the hand, PX Silver Shade Films are monochromatic Instant Films that are designed for usage with traditional Polaroid cameras."
Dari momen tersebut, sejumlah merek kamera mulai melirik kamera instan menjadi salah satu lini produknya. Tentu bukan untuk menggeser varian-varian yang telah ada sebelumnya, melainkan menjadi variasi yang bisa dimiliki orang-orang masa kini. Bukan lagi peninggalan orang tua mereka sebelumnya. Yang teranyar ada Fujifilm dengan serangkaian Instax Mini -nya, dibarengi dengan berbagai macam lembar foto yang tersedia. Hasil jepretan bisa terpampang dengan bingkai tematik yang lucu.
Kata kuncinya adalah: “niche” mewakili pangsa pasar yang sangat unik dan khusus. Sebab bagaimana pun juga, tetap ada sekelompok pecinta fotografi yang menggemari hasil kamera instan, ada orang-orang yang ingin mencobanya, dan mereka tentu memerlukan berkotak-kotak lembar film untuk foto bareng maupun selfie.
ADVERTISEMENT
Sensasinya sesederhana memegang desain kamera yang unik tetapi tidak berat, membidik foto dengan bunyi shutter yang khas, melihat lembaran foto keluar secara otomatis, dan menunggu hasilnya tercetak dengan sempurna. Foto yang dihasilkan memang hanya selembar, kemudian difoto ulang menggunakan kamera ponsel masing-masing. Foto juga bisa digantung, diselipkan di buku, atau dikumpulkan menjadi satu.
…dan justru karena sensasi sederhana itu, kamera instan pun tetap punya peminatnya sendiri.
(Foto: The Guardian)
Live Update
Gedung Glodok Plaza yang terletak di Jalan Mangga Besar II Glodok Plaza, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat, terbakar, pada Rabu (15/1) malam. Kebakaran dilaporkan terjadi pada pukul 21.30 WIB. Api diduga bersumber dari lantai 7.
Updated 16 Januari 2025, 18:05 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini