Driver Juga Manusia dan Penumpang Tidak Bisa Seenak Raja

Curhat Ojek
Semua keluh kesah, suka-duka, dan cerita driver ada di sini!
Konten dari Pengguna
15 Januari 2017 14:59 WIB
comment
48
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Curhat Ojek tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mengendarai Motor (Foto: MikeBird)
Sekitar pukul 23.30 saya memesan Go-Jek dari stasiun tempat saya turun. Bayang-bayang tentang merebah di kasur sudah jadi hal paling nikmat setelah bekerja. Saya berujar dalam hati, "duh, semoga abang ojeknya ngga lama".
ADVERTISEMENT
Ponsel saya pun muncul notifikasi "Egi, no. order xxx-xxx". Hanya dalam hitungan detik, driver Go-Jek itu pun menelepon.
"Kak, saya udah di parkiran ya! Motor Beat hitam, pake jaket kulit hitam".
"Ok mas," Tutup saya. Dengan langkah malas, yang sudah setengah diseret saya menuju parkiran.
"Malam, Kak! Baru pulang kerja, ya? Kita ke Jalan 1000 kan? " tanyanya bersemangat.
"Hehe, iya mas"
"Saya inget soalnya yang biasa order jam segini dari stasiun, saya hafal-hafalin orangnya"
"Hehe, kebiasaan yang unik" gumam saya dalam hati.
Ternyata, Mas Egi ini pernah juga mengantar saya entah kapan itu, saya sudah lupa. Mungkin karena saya sudah setengah mati menahan kantuk.
ADVERTISEMENT
Saat motor melaju keluar dari parkiran stasiun, Mas Egi pun mulai bercerita. Ia bilang tadi sore saat jam pulang kantor pada umumnya, ada pengemudi Grab berantem dengan customer-nya. "Wah tadi rame itu kak, saya sampe bantuin ngelerai" ujarnya agak menggebu layaknya pahlawan yang juga jadi saksi. Saya yang tadinya berniat untuk tidak menanggapi jadi ikutan kepo juga dan bertanya. "Lho, kok bisa berantem mas? Terus mereka gimana?"
Sambil terus berkendara Mas Egi asik bercerita.
Mencoba ojek online. (Foto: Prima Gerhard S/kumparan)
Jadi, si bapak customer yang diperkirakan berusia sekitar 40-an ini ngamuk karena tidak dijemput sesuai dengan tempatnya berdiri saat itu. Padahal, pengemudi Grab sudah menunggu di tempat yang memang biasa jadi "area menunggu" bagi para driver ojek online. Jaraknya kurang lebih hanya sekitar 10 meter (yaelah).
ADVERTISEMENT
Sambil menggerutu dan memaki, bapak customer ini akhirnya menghampiri si pengemudi Grab yang masih berusia sekitar awal 20-an.
"Kamu kenapa ga nyamperin saya sih! Saya kan customer!" kata Mas Egi "mengimitasi" amukan si bapak customer.
"Saya minta maaf pak, biasanya kita (para pengemudi ojek online) emang nunggu di sini pak, emang udah aturannya begitu, kalo bapak ngga berkenan, silakan di-cancel aja orderannya" begitu kira-kira ucapan si mas Grab yang malang itu.
Bukannya maklum, si bapak customer malah makin menjadi marahnya. "Saya laporin kamu ya ke kantor!". Dengan nada santai, si mas Grab itu membalas "Laporin aja pak, saya punya alasan kok".
ADVERTISEMENT
Mas Egi bilang, si mas Grab ini awalnya masih santai. Tapi namanya juga anak muda, kalo "dikasih umpan" ya tersulut juga emosinya. Sampai akhirnya, sumpah serapah pun keluar dari mulut si bapak customer.
"Gue sumpahin ngga berkah ya hidup lo!"
Jika diilustrasikan, kejadian ini mungkin akan berlangsung dramatis seperti detik-detik sebelum memulai perang.
Anger (Foto: bykst)
Si mas Grab itu pun kesal, "Bapak, maunya apa sih?! Kan saya udah bilang, kalo ga suka cancel aja!".
Iyak! Keduanya sudah makin memanas, bung!
Kita boleh sedikit nakal berimajinasi pada saat si bapak customer ini mengucap sumpah serapah pamungkasnya; mukanya memerah, matanya melotot, percikan ludah muncrat sedikit dari mulutnya, kemudian ada asap mengepul di atas kepalanya dan... BOOM!
ADVERTISEMENT
Angry (Foto: Giphy)
"GUE SUMPAHIN KECELAKAAN LO!"
(zoom in, zoom out diiringi backsound antagonis ala-ala sinetron).
Si mas Grab yang terlanjur beranjak pergi dengan motornya pun kembali ke bapak customer yang "menggemaskan" itu. Saking "gemasnya" ia menenteng helm yang biasa dipakai customer dan berniat untuk melemparkannya tepat ke muka si bapak.
Beruntung, mas Grab ini ditahan oleh persatuan driver ojek online di stasiun. Akhirnya, si bapak customer melapor, si mas Grab juga melapor, jadilah saling lapor-laporan. Hehe
Giggle (Foto: ryse5)
"Palingan dua-duanya sama-sama di block sih kak, dalam artian, kalo si bapak mesen Grab lagi ya ngga bakal dapet si mas Grab yang tadi, begitu juga si mas Grab, ga akan pernah dapet penumpang si bapak itu lagi" begitu papar Mas Egi. Aduh, kisah yang kelam ya?
ADVERTISEMENT
Ya, begitulah drama antara pengemudi ojek online dan customer-nya. Tidak melulu soal keakraban di jalan, cerita yang mengharu biru nan inspiratif, namun kadang juga ada sedikit percikan amarah.
Suka duka antara pengemudi dan customer juga pernah dialami Mas Egi. Dia pernah dapat penumpang yang ukuran tubuhnya besar, sedangkan motornya hanya motor matic kecil. Jadilah ia harus men-service motor itu karena bannya bocor. "Maaf-maaf nih ya, kak. Saya bukannya ngatain tapi asli dah, saya rugi kak. Orderan ngga jauh, eh mesti ganti ban, belom sama ongkos bensin dan pulsa" curhatnya.
Meski kadang mengeluh, Mas Egi sadar ini adalah resiko dari pekerjaannya. Dari masalah teknis seperti aplikasi yang kadang ngaco, motor rusak, sampai customer yang rewel. "Saya sih pengen customer tuh sadar gitu, kita kan manusia juga. Jangan mentang-mentang dia customer terus bisa seenaknya aja, padahal bayar order cuma 7 rebu, kayak si bapak tadi noh". Hehe dia curhat lagi, sabar ya Mas Egi? :)
ADVERTISEMENT