Santri Keroyok Santri, Polisi Sulit Temukan Keberadaan Pelaku

Konten Media Partner
11 Juli 2019 17:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ilustrasi Pengeroyokan (Google)
Megapolindonesia.com
DUMAI – MTJ (17), bocah di bawah umur yang bertempat tinggal di Dumai Selatan melaporkan peristiwa penganiayaan secara bersama yang dilakukan oleh teman satu pesantrennya ke Polres Kota Dumai.
ADVERTISEMENT
Ironisnya, MTJ yang sedang mengenyam pendidikan di salah satu pesantren di Bukit Timah, Kota Dumai ini dianiaya oleh teman sebayanya secara bersama-sama lantaran MTJ menegur terduga pelaku berinisial A (16) yang merusak lemari pakaian miliknya.
Menurut ibu korban, kejadian terjadi pada 16 November 2018 silam dimana anaknya dikeroyok secara bersama-sama hingga luka lebam dan hidung yang mengeluarkan darah tidak henti-hentinya.
“Ketika anak saya pulang dari pesantren untuk mengunjungi rumah, saya mendapati muka anak saya lebam-lebam dan hidungnya mengeluarkan darah, akhirnya kami memutuskan untuk melaporkan kejadian ini ke pihak berwajib November 2018 lalu, hingga sekarang kasusnya masih di meja kepolisian dan kami mengharapkan kejelasan status kasus yang menimpa anak kami tersebut,” ujar Rahmah Yanti, Rabu, (10/7/2019).
ADVERTISEMENT
Kasat Reskrim Polres Kota Dumai, AKP Dani Andika menyatakan bahwa kasus penganiayaan tersebut masih dalam proses penyelidikan kepolisian.
“Masih on progress mas, beberapa saksi sudah kami periksa dan sesegera mungkin kasus ini akan kami selesaikan,” ungkapnya lewat pesan singkat.
Informasi senada dijelaskan oleh salah seorang penyidik yang ditugakan mengusut kasus ini, Ipda Yusnelly.
Dilansir dari Riau24, pihak kepolisian memang mengaku pihaknya belum berhasil menangkap para pelaku.
“Pelaku penganiayaan itu santri titipan Pak, jadi mereka menghilang setelah melakukan pengeroyokan,” ujarnya saat dikonfirmasi, Rabu, 10 Juli 2019.
Yusnelly juga mengaku, kesulitan dalam melacak keberadaan pelaku juga akibat tidak kooperatifnya pihak pengelola pesantren dalam memberikan informasi mengenai data-data santri yang diduga melakukan penganiayaan.
ADVERTISEMENT
“Kita sudah coba hubungi pihak pengelola pesantren, tapi belum dapat informasi yang jelas,” ujarnya. (Yd)