Konten Media Partner

Si Ikan Nila, Inovasi Kelurahan Bakalankrajan Kota Malang di Ajang Sinovik 2021

9 Juli 2021 9:30 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
clock
Diperbarui 13 Agustus 2021 13:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wali Kota Malang, Sutiaji. (Foto: Pemkot Malang)
zoom-in-whitePerbesar
Wali Kota Malang, Sutiaji. (Foto: Pemkot Malang)
ADVERTISEMENT
Usai lolos menjadi Top 99 Inovasi Nasional dalam gelaran Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (Sinovik) 2021 yang dilaksanakan oleh Kemenpan RB, Wali Kota Malang Sutiaji kembali memaparkan dan mengikuti penilaian secara virtual terkait inovasi Si Ikan Nila dalam rangka menuju top 45 Inovasi Nasional, pada Kamis (8/7/2021) di NCC Kota Malang
ADVERTISEMENT
Inovasi Si Ikan Nila merupakan sentra intensif budi daya ikan nila menggunakan sistem bioflok. Inovasi Kelurahan Bakalankrajan tersebut menjadi inovasi pelayanan publik sebagai perwujudan percepatan reformasi birokrasi dan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.
Dalam paparannya Sutiaji menjelaskan bahwa Si Ikan Nila menjadi salah satu inovasi unggulan di Kota Malang karena memiliki beberapa keunikan. Salah satunya adalah inovasi budi daya ikan nila merah pada lahan tidak produktif atau sempit di kawasan perkotaan menggunakan teknologi bioflok, berbasis kewilayahan dan keswadayaan dengan sistem kemitraan.
"Dengan 85 pembudidaya yang mayoritas adalah generasi milenial maka produksinya tembus sampai 26,4 ton pertahunnya dengan omzet 660,9 juta rupiah pertahunnya; ini adalah potensi yang luar biasa bagus sehingga patut kita apresiasi" ujar Sutiaji.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Sutiaji juga mengatakan bahwa Kelurahan Bakalankrajan mampu menjadi pioner bioflok secara kewilayahan dengan berbasis pemberdayaan masyarakat dan keswadayaan wilayah. Inovasi ini juga bukan hanya sekedar budidaya biasa namun lebih jauh telah mampu terintegrasi dari hulu sampai dengan hilir di wilayah Keluraham Bakalankrajan.
"Mulai dari pembenihan, pembesaran, edukasi teknis kolam, pengolahan pasca panen, pariwisata sampai dengan pemasaran menjadi satu kesatuan usaha yang dilaksanakan bersama-sama" tuturnya lagi.
Hasil panennya pun, imbuh pria berkacamata tersebut, telah dijual dan dimanfaatkan oleh beberapa pelaku usaha di bidang kuliner sehingga terjadi peningkatan pendapatan masyarakat pekerja sektor informal yang mencapai 1,8 juta rupiah persiklus perkolam. Tentu, ini mampu menurunkan tingkat pengangguran dimana muaranya terdapat 85 pembudidaya dan 121 orang pelaku usaha pendukung budidaya (pasca panen dan UMKM Olahan).
ADVERTISEMENT
"Fenomena menarik lainnya adalah konsumsi ikan meningkat serta gizi masyarakat membaik; tingkat angka stunting juga menurun di wilayah kelurahan Bakalankrajan; inovasi ini patut kita support demi kemaslahatan masyarakat," pungkas Sutiaji.