Konten Media Partner

Pandemi Corona Tak Halangi Nora Mayasari Mendirikan Rianora Moslem Wear

31 Mei 2021 16:38 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rianora Moslem Wear. Foto: dok
zoom-in-whitePerbesar
Rianora Moslem Wear. Foto: dok
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
TUBAN - Nora Mayasari merupakan pengusaha fashion dengan brand Rianora Moslem Wear.
ADVERTISEMENT
Sebelum memulai Rianora, dia belajar usaha sejak duduk di bangku SMP, tepatnya pada tahun 1998, dengan menjual jilbab buatan ibu temannya. Kala itu, jilbab model langsungan yang dijualnya laku keras dikalangan teman sekolahnya.
Namun, bisnisnya berhenti setelah semua temannya membeli dan tidak ada yang membeli produknya lagi.
Rianora Moslem Wear. Foto: dok
Kemudian, Nora mulai menjual baju secara online sebagai reseller online shop di tahun 2011.
"Setelah saya resign dari pekerjaan sebagai guru TK, selain reseller-an, saya juga kulakan baju dan jilbab di Pasar Turi atau PGS. Saya juga berjualan tas yang saya kulak dari Tanggulangin," kenangnya. Barang dagangannya laku keras hingga mendapat pesanan ke luar pulau.
Melihat peluang yang cukup bagus, dia memutuskan untuk berjualan produk fashion secara offline dengan membuka gerai di sebuah mall di Surabaya.
ADVERTISEMENT
"Selang satu tahun, gerai saya tutup karena tidak sanggup lagi membayar sewa stand di mall yang semakin mahal," bebernya.
Di tahun 2015, dia mencoba peruntungan lagi dengan berjualan baju di mall. Kali ini, khusus baju anak dan pernak-perniknya.
Dia juga menjual produknya secara online dengan menjadi reseller online shop. "Namun sering ada komplain karena barang tidak sesuai, telat pengiriman, dan lain sebagainya," bebernya.
Hal tersebut tentu di luar kendalinya. Akhirnya dia menyerah hingga memutuskan untuk fokus mendukung suami membangun usaha sembari mengasuh anak-anak.
"Karena kondisi ekonomi semakin sulit, saya dan suami bersepakat untuk menjual rumah di Sidoarjo dan pulang kampung kembali ke kota kelahiran suami, Tuban, dan memulai hidup baru dengan usaha baru," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Dia mendirikan Rianora justru di kala pandemi COVID-19. Tepatnya di awal bulan Desember 2020.
Pandemi dan berdomisili di Tuban, membuatnya kesulitan memperoleh bahan premium. "Namun tidak bisa juga ke kota besar karena PSBB dan sebagainya. Penjualanpun tidak bisa langsung banyak karena selain masa sulit, brand kami masih belum dikenali. Brand baru, bukan dari kota besar, bukan dari orang terkenal, dan modal yang pas-pasnya. Sungguh tidaklah mudah," ungkapnya.
Seiring berjalannya waktu, rintangan itu sedikit demi sedikit bisa dia atasi. "Kami tetap konsisten menjaga kualitas produksi dan tetap menggunakan bahan premium bagaimanapun caranya," ujarnya.
Meski kesulitan mendapatkan bahan premium, dia tetap menghadirkan baju yang nyaman, cantik, simple, dan elegant, dengan jahitan kualitas butik. Sehingga dia bisa mendapatkan loyal customer yang selalu membeli produk karena kepuasan.
ADVERTISEMENT
"Bahkan kami juga mendapat pesanan produksi untuk brand atau butik lain. Alhamdulillah penjualan melalui media online cukup ampuh untuk mendapatkan pembeli dari luar kota bahkan luar pulau," ujarnya.
Tak disangka, justru bisnisnya berkembang di kota dengan peringkat 5 kota termiskin di Jawa Timur.
"Saya bertemu mitra untuk berkolaborasi mendirikan sebuah brand fashion. Semangat saya muncul kembali. Kami memproduksi dan menjual produk dari brand kami sendiri yang sesuai dengan keinginan kami. Bukan sekedar berjualan atau reseller dari olshop lain lagi," ujarnya.
Dia mengatakan, bidang fashion memang kesukaannya. Dia senang dan sering melihat fashion show di TV, melihat majalah mode, dan sebagainya. Bahkan waktu kecil, sempat bercita-cita menjadi pragawati memperagakan baju-baju cantik di catwalk.
ADVERTISEMENT
Dia menyebutkan, bisnis fashion memiliki peluang yang cukup luas. Sebab, fashion atau sandang menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia dan setiap manusia ada kecenderungan untuk memiliki baju lebih dari kebutuhan yang sesungguhnya.
"Walaupun pemainnya juga banyak, tetapi masih ada celah-celah peluang yang masih bisa dimasuki," jelasnya.
Untuk mengembangkan bisnisnya, dia ingin mempelajari lebih banyak tentang fashion dan bisnis, sehingga mampu menghadirkan produk fashion yang diterima dan disukai masyarakat luas.
"Tidak hanya baju dan jilbab, tapi juga pelengkapnya serta membuka gerai atau offline store untuk showroom di beberapa kota agar produk kami semakin mudah didapatkan oleh peminatnya," harapnya.
Tips bisnisnya adalah jangan takut untuk mencoba. Sebab, jatuh bangun hal yang biasa, karena gagal ada batasnya dan kesuksesan itu ada masanya.
ADVERTISEMENT
"Jika dulu sudah gagal, mungkin sekarang saatnya kesuksesan itu tiba. Tetap berjejaring dan bangun silaturahmi, karna bisnis itu lambat kalau sendiri," jelasnya.
Di Kota Tuban juga, dia pertama berjumpa dengan komunitas Tangan Di Atas (TDA), pada tahun 2019. "Nah, di Kota Tuban inilah kami berkawan dengan komunitas TDA (Tangan Di Atas). Kami banyak belajar ilmu baru di bidang usaha, dan juga teman-teman baru untuk sharing dan saling support," pungkasnya.