Konten dari Pengguna

Busur Gendewa dan Panah Pasopati Diplomasi Budaya Indonesia di Rusia

A. Gunawan Wicaksono
Pernah bertugas di Moskow, Federasi Rusia dan saat ini mengabdi di Kemlu.
8 Oktober 2018 0:15 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari A. Gunawan Wicaksono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dawai (ayo), join us!,” lengking Elis, pimpinan para penari KBRI Moskow di tengah alunan musik, mengajak para pengunjung Festival Indonesia ikut bergoyang. Massa warga Moskow dan sekitarnya yang memadati panggung utama di taman Krasnaya Presnya di pusat kota Moskow, pun larut turut menari gemu famire ke kiri dan ke kanan. Suasana semakin meriah karena sebagian penari yang sebagian juga warga Rusia, telah berada di tengah pengunjung untuk berjoget bersama.
ADVERTISEMENT
Pengunjung menyambut dengan antusias ajakan untuk menari bersama dalam tarian interaktif, yaitu Indonesia Menari, Gemu Famire, Poco-poco, dan ditutup dengan gemilang melalui lagu “Lagi Syantik” dari Siti Badriah.
Busur Gendewa dan Panah Pasopati Diplomasi Budaya Indonesia di Rusia
zoom-in-whitePerbesar
Festival Indonesia ketiga di Moskow, 3-5 Agustus 2018 (dok. pribadi)
Pengunjung Festival Indonesia ketiga di panggung utama disuguhi hiburan silih berganti dengan penampil dari tanah air dan juga tim kesenian KBRI Moskow. Para penari Kirana Nusantara Dance (KnD) KBRI Moskow menampilkan tidak kurang dari 10 tarian kerakyatan dari Bali, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Di panggung lain, tim Gamelan Dadali KBRI Moskow mengiringi Ki Dalang Eddy Pursubaryanto dari UGM, yang memainkan lakon “Jatuhnya Prabu Baka” yang diambil dari epic Mahabharata. Panggung itu pun juga penuh sesak oleh pengunjung. Tim Gamelan Dadali KBRI Moskow yang juga diisi oleh para personel warga Rusia, secara fasih menampilkan sejumlah lagu antara lain Slendang Biru, Cangkriman, Kuwi Apa Kuwi, dan Manuk Dadali.
ADVERTISEMENT
Bergantian dengan pengisi acara dari Tanah Air, Kirana Nusantara Dance dan Gamelan Dadali KBRI Moskow menghibur warga Rusia. Dengan total pengunjung 135 ribu orang warga Moskow dan sekitarnya, Festival Indonesia ketiga merupakan perhelatan kebudayaan Indonesia terbesar di Rusia sampai saat ini. Taman Krasnaya Presnya seluas 16,5 hektare yang terletak di pusat kota Moskow, selama 3 hari penuh (3-5 Agustus 2018) menjadi saksi kuatnya pancaran aura kesenian dan kebudayaan Indonesia di Rusia.
Diplomasi Budaya Indonesia di Rusia
Dalam dua tahun terakhir, kegiatan seni dan budaya Indonesia di Rusia terbilang massif dan terstruktur. Moskow, Saint Petersburg, Korolyov, Kazan, Suzdal, Svetlogorsk, Astrakhan, Tomsk, bahkan kota Minsk, ibu kota Republik Belarus yang merupakan negara rangkapan KBRI Moskow telah disambangi oleh tim kesenian KBRI.
ADVERTISEMENT
Tidak kurang dari Gedung Pusat Kebudayaan Troitsky di St Petersburg dan Tchaikovsky Moscow State Conservatory telah disambangi dalam rangkaian diplomasi budaya pada bulan Mei 2018. Pada kesempatan tersebut, Gamelan Dadali sukses mengiringi pertunjukan wayang kulit dari Ki Anom Suroto dan Ki Bayu Aji dan mendapatkan applaus meriah. Adapun Kirana Nusantara Dance menampilkan nomor tarian antara lain Tari Angguk dari Kulonprogo.
Busur Gendewa dan Panah Pasopati Diplomasi Budaya Indonesia di Rusia  (1)
zoom-in-whitePerbesar
Penampilan tim Gamelan Dadali KBRI Moskow di Tchaikovsky Conservatory Moscow (dok: KBRI Moscow)
Terbentuknya tim kesenian KBRI Moskow merupakan perwujudan dari visi dan misi Duta Besar RI Moskow, M. Wahid Supriyadi, melalui fungsi Pensosbud, guna memperkuat kehadiran budaya Indonesia di Rusia. Pengenalan akan budaya Indonesia diharapkan akan meningkatkan pemahaman rakyat Rusia terhadap Indonesia.
ADVERTISEMENT
Penulis, yang pernah bertugas di KBRI Moskow pada kurun waktu Juli 2014 – Juli 2017, turut menjadi saksi kiprah para sahabat penulis di KBRI Moskow yang bukan diplomat, namun penulis nilai memiliki andil besar dalam diplomasi budaya Indonesia di Rusia. Adalah Elisabeth Nur Nilasari yang akrab disapa “madam Elis” oleh para murid tarinya, yang mengasuh dan membesarkan tim tari KBRI yang dinamakan Kirana Nusantara Dance (KnD), sementara Tri Koyo (“mas Tri) dengan tangan dinginnya melatih para murid Gamelan Dadali yang terdiri warga Rusia maupun Indonesia untuk memainkan kendang, bonang, demung, saron, slentem, kenong, gong, kempul, kethuk, gender, siter, dan rebab.
Dalam wawancara singkat penulis dengan keduanya, terungkap kiprah Elis dan Tri Koyo dalam diplomasi budaya ini. Tiba saat yang hampir bersamaan di awal tahun 2017, Elis dan Tri Koyo berasal dari satu almamater yaitu Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta walaupun berbeda jurusan. Elis yang berasal dari jurusan tari diberi amanah untuk mengajarkan tarian Indonesia, sementara Tri Koyo dari jurusan karawitan diserahi tugas untuk mengurusi gamelan.
ADVERTISEMENT
Pada masa-masa awal membangun KnD bersama dengan Katya Makanina, staf KBRI yang juga merupakan penari ulung, Elis mendekatkan diri dengan komunitas tribal dance di Moskow dan ikut serta menampilkan tarian Indonesia dalam event yang mereka selenggarakan.
Alhasil, sejumlah penari tertarik dan bersama-sama dengan warga Rusia yang mengambil kelas Bahasa Indonesia di KBRI, mengikuti sesi latihan tari di KBRI dua kali dalam seminggu.
Kini KnD memiliki total 18 orang penari warga Rusia dan 2 orang penari WNI (termasuk Elis). Untuk keperluan event, latihan ditambah menjadi 4 kali dalam seminggu. Dengan komposisi penari yang seluruhnya kini adalah pekerja dan bukan mahasiswi, maka komitmen untuk berlatih dan tampil pada event menjadi lebih konsisten.
ADVERTISEMENT
Adapun Tri Koyo pada masa awal menghadapi kendala kurang lengkapnya perangkat gamelan namun kesemuanya telah berhasil diatasi. Kendala Bahasa dapat diatasi mengingat gamelan lebih bersifat teknis. Tim Gamelan Dadali juga memiliki seorang diva warga Rusia yang ahli melantunkan tembang Jawa (sinden), salah satunya yaitu Julie Ryzhaya. Pada Festival Indonesia ketiga bulan Agustus 2018 lalu, Julie dengan fasih melantunkan tembang Aja Dipleroki, Ayun ayun, Ayu ngguyu, dan Gugur Gunung.
Busur Gendewa dan Panah Pasopati Diplomasi Budaya Indonesia di Rusia  (2)
zoom-in-whitePerbesar
Julie Ryzhaya sedang menembang (sinden). photo courtesy: julie ryzhaya / doc KBRI Moscow
Busur Gendewa dan Panah Pasopati Diplomasi Budaya Indonesia di Rusia  (3)
zoom-in-whitePerbesar
Photo courtesy: doc KBRI Moscow
Diplomasi budaya yang menampilkan kesenian Indonesia – oleh warga Rusia, terbukti ampuh dalam mengambil hati warga Rusia yang memang mencintai seni.
Teater opera klasik dan opera modern di kota-kota besar di Rusia selalu dipenuhi pengunjung. Menurut Julie, warga Rusia juga menganggap pertunjukan wayang sebagai pertunjukan yang sangat eksotis dan sangat menikmatinya. Hal ini terlihat dari seorang wanita tua yang datang berkunjung dan menonton wayang di Festival Indonesia pada hari pertama, lalu pada hari kedua datang kembali menyaksikan pertunjukan yang sama, dengan membawa semua cucunya.
ADVERTISEMENT
Kirana Nusantara Dance (KnD) maupun Gamelan Dadali telah bertransformasi menjadi a mobile moving unit penampil budaya Indonesia di Rusia. Tentulah akan memakan biaya yang sangat besar jika pada setiap acara rangkaian diplomasi budaya Indonesia di kota-kota di Rusia harus mendatangkan penampil dari Indonesia.
Warga Rusia yang menjadi personel KnD maupun Gamelan Dadali dengan bersuka cita bersedia untuk tampil bahkan di luar kota untuk event-event besar diplomasi budaya KBRI Moskow. Mereka telah jatuh cinta pada budaya Indonesia, dan dengan senang hati menampilkan seni dan budaya tersebut di hadapan warga Rusia untuk bersama menikmati keindahan keragaman seni dan budaya Indonesia.
Ibarat busur Gendewa dan panah Pasopati – senjata pamungkas Raden Mas Arjuna - satria penengah Pandawa, Kirana Nusantara Dance dan Gamelan Dadali telah menjadi bagian yang tak terpisahkan, dan bersama-sama bersinergi dalam mencapai sasaran diplomasi budaya Indonesia di Rusia.
ADVERTISEMENT
-o0o-
Busur Gendewa dan Panah Pasopati Diplomasi Budaya Indonesia di Rusia  (4)
zoom-in-whitePerbesar
Photo courtesy: julie ryzhaya/doc.kbri moskow