Konten dari Pengguna

Banyak Duka di Tengah Pandemi COVID-19

Sri Wahyuni S
I'm a student in State Polytechnic of Jakarta, majoring in journalism
9 Juli 2021 15:20 WIB
·
waktu baca 2 menit
clock
Diperbarui 13 Agustus 2021 13:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sri Wahyuni S tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pict by Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Pict by Pixabay
ADVERTISEMENT
Meningkatnya angka kasus COVID-19 kian mengkhawatirkan. Terlebih kematian akibat virus tersebut tidak sedikit. Di lingkungan rumahku misalnya, hampir setiap hari terdengar kabar duka dari masjid setempat atas meninggalnya warga.
ADVERTISEMENT
Dalam sehari bisa terdengar dua kabar duka. Aku sebagai sesama manusia yang mendengar kabar tersebut agak terenyuh. Aku berpikir apa memang benar sebanyak ini kematian di tengah pandemi COVID-19?
Terpikir juga oleh ku, keluarga yang ditinggalkan pasti merasa sangat sedih terutama bila yang meninggal berstatus positif. Bagaimana tidak, untuk memeluk bahkan melihat keluarga tercinta saja terasa sulit.
Seketika aku menangis dan sedih bila membayangkan di posisi mereka. Terutama mereka yang kehilangan orang tua nya. Rasanya dunia seakan terhenti. Bayang-bayang bahagia saat masih bersama ayah bunda seolah diputar ulang.
Aku yang merupakan anak pertama dari lima bersaudara seperti tidak sanggup bila menghadapi hal tersebut. Terbayang wajah adik-adikku yang masih kecil. Mereka yang masih membutuhkan hangatnya kasih sayang ayah bunda.
ADVERTISEMENT
Aku juga merenung, bagaimana bila adikku yang paling kecil, yang masih minum ASI tiba-tiba meminta susu. Lalu, apa yang harus ku lakukan atau katakan? Dan bagaimana menjelaskan bahwa semua sudah tidak ada?
Bagi ku, ayah bunda adalah harta dan separuh jiwa yang aku punya di dunia. Bila mereka tiada, entah bagaimana aku dan empat orang adikku menghadapi hidup. Aku bersyukur, Tuhan teramat baik padaku dan keluargaku. Doa ku pada Tuhan, tolong selalu beri umur dan sehat pada ayah bunda. Dan beri aku dan adik-adikku waktu untuk menjadi perantara sumber kebahagiaan bagi mereka. Kebahagiaan yang dapat memberikan tempat aman dan nyaman seperti yang selalu mereka usahakan.
(Sri Wahyuni S/Politeknik Negeri Jakarta).
ADVERTISEMENT