Konten dari Pengguna
Ilmu Sosial di Tengah Arus Zaman: Antara Relevansi dan Tantangan Kritis
14 September 2025 16:55 WIB
·
waktu baca 2 menit
Kiriman Pengguna
Ilmu Sosial di Tengah Arus Zaman: Antara Relevansi dan Tantangan Kritis
Mahasiswa harus jadikan ilmu sosial alat kritik, bukan sekedar hafalan semata. Berani pertanyakan keadilan, baca realitas, dan hadirkan aksi nyata agar kampus tak hanya cetak lulusan patuh.Muhammad Arif Farhan
Tulisan dari Muhammad Arif Farhan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Dalam kehidupan kampus, mahasiswa sering dianggap sebagai agen perubahan, penggerak gagasan, dan bahkan barometer perkembangan zaman. Tapi sejauh mana mahasiswa benar-benar menggunakan ilmu sosial sebagai alat kritis untuk membaca realitas?
ADVERTISEMENT
Saat ini, pengetahuan ilmu sosial biasanya terbatas pada teori yang dipelajari dan diuji. Seringkali tokoh-tokoh penting seperti Durkheim, Weber, dan Marx tidak muncul dalam praktik berpikir publik yang aktif. Hasilnya, ilmu sosial kehilangan kemampuan subversifnya, yaitu kemampuan untuk mengkritik, mempertanyakan, dan mengungkap struktur kuasa yang membentuk kehidupan kita setiap hari.
Sekarang, mahasiswa berada di tengah arus kapitalisme digital, politik identitas, dan krisis lingkungan. Untuk memahami fenomena ini, ilmu sosial memberikan perspektif krisis yang di perlukan. Misalnya, siswa seharusnya bertanya: siapa yang diuntungkan dari algoritma yang mengatur layar kita? Daripada hanya menjadi "konsumen" media sosial.
Apa yang terjadi ketika perusahaan teknologi mengambil alih ruang publik? Dalam situasi seperti ini, ilmu sosial seharusnya berfungsi sebagai alat analisis dan bukan sekadar hiasan akademik. Mahasiswa harus membangkitkan kebiasaan berpikir kritis, yang berarti mereka berani mempertanyakan apa yang dianggap "biasa". Apa yang sebenarnya terjadi jika biaya pendidikan terus meningkat? Mengingat bahwa narasi pembangunan hanya menguntungkan kelompok tertentu, mengapa siswa tidak mengembangkan perdebatan yang serupa?
ADVERTISEMENT
Ilmu sosial bukan hanya soal memahami masyarakat, tapi juga tentang keterlibatan masyarakat. Mereka menuntut keberanian intelektual untuk membantu mereka yang terpinggirkan, mengembangkan ide-ide transformatif, dan mengubah definisi keadilan. Mahasiswa tidak boleh berhenti memberikan kritik lisan dalam situasi ini. Membaca buku sekaligus membaca dunia nyata berdialektika sekaligus beraksi adalah tugas kita.
Jika mahasiswa tidak menumbuhkan kembali semangat kritis ilmu sosial, maka kampus akan menghasilkan orang yang cerdas secara administratif saja tetapi tumpul secara ideologis. Ironisnya, mereka akan mudah terjebak dalam roda kecil yang justru mendukung ketidakadilan sosial yang sangat merugikan.
Mahasiswa harus merenungkan kembali peran mereka sebagai bukan hanya "penerima ilmu", tetapi sebagai pembuat ide kritis yang mampu menciptakan jalan menuju perubahan. Karena tidak ilmu sosial yang kritis dan hidup, mahasiswa hanyalah angka dalam tabel statistik pendidikan.
ADVERTISEMENT

