Konten dari Pengguna

Kelas! KKN TIM II UNDIP Kenalkan Bangun Datar dengan Puzzle bagi Balita Stunting

A'an Setiyawan
Saya adalah seorang mahasiswa jurusan Matematika Universitas Diponegoro yang saat ini sedang melaksanakan kegiatan kuliah kerja nyata di Desa Delegtukang
21 Agustus 2024 9:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari A'an Setiyawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dokumentasi pengenalan puzzle bagi balita pada acara pendampingan pola asuh BALBUNTAR dan program GBM
zoom-in-whitePerbesar
Dokumentasi pengenalan puzzle bagi balita pada acara pendampingan pola asuh BALBUNTAR dan program GBM
ADVERTISEMENT
Delegtukang (21/08) - Dalam upaya mengurangi angka stunting di Desa Delegtukang, KKN TIM II Universitas Diponegoro (UNDIP) meluncurkan program inovatif yang menggabungkan edukasi matematika dengan permainan kreatif untuk balita. Sebagai mahasiswa matematika, saya, A'an Setiyawan, terlibat langsung dalam kegiatan ini yang berfokus pada pendampingan pola asuh BALBUNTAR (Balita dan Ibu Pintar) dan program GBM (Gerakan Buka Mulut). Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak-anak stunting melalui pengenalan bangun datar dengan menggunakan puzzle sebagai media pembelajaran yang menyenangkan.
ADVERTISEMENT
Universitas Diponegoro (UNDIP) melalui program KKN TIM II terus membuktikan dedikasinya dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan untuk kesejahteraan masyarakat. Dengan menggabungkan edukasi matematika dan pendekatan inovatif, mahasiswa UNDIP berhasil menghadirkan solusi konkret untuk mengatasi stunting di Desa Delegtukang. Program ini tidak hanya mencerminkan keunggulan akademik UNDIP tetapi juga menegaskan komitmen universitas dalam melahirkan generasi yang mampu memberikan dampak nyata dan positif bagi lingkungan sekitar. UNDIP terus memimpin dalam mencetak lulusan yang tidak hanya cerdas, tetapi juga peduli terhadap perkembangan sosial dan kesejahteraan masyarakat.
Program ini dimulai pada 2 Agustus 2024, di mana para balita diajak untuk bermain sambil belajar mengenal bentuk-bentuk bangun datar seperti segitiga, persegi, dan lingkaran melalui puzzle berwarna-warni. Dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis permainan, kami berharap dapat merangsang perkembangan kognitif balita stunting yang sering kali mengalami keterlambatan dalam kemampuan berpikir dan belajar. Dalam program ini, para ibu juga diberikan pendampingan khusus untuk menerapkan pola asuh yang lebih efektif, guna memastikan anak-anak mereka mendapatkan stimulasi yang cukup.
ADVERTISEMENT
Sebagai mahasiswa matematika, saya melihat pentingnya pengenalan bangun datar pada usia dini sebagai dasar bagi pemahaman konsep-konsep matematika yang lebih kompleks di masa depan. Pengenalan ini juga dapat melatih kemampuan anak dalam mengidentifikasi bentuk dan memecahkan masalah secara visual, yang merupakan keterampilan penting dalam perkembangan kognitif.
Program GBM (Gerakan Buka Mulut) juga menjadi bagian penting dari kegiatan ini. GBM berfokus pada upaya meningkatkan asupan gizi balita melalui edukasi gizi seimbang dan praktik makan yang baik. Dalam pelaksanaannya, kami bekerja sama dengan para ibu untuk memastikan bahwa setiap balita mendapatkan asupan nutrisi yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang mereka.
Dokumentasi mahasiswa KKN TIM II UNDIP dalam acara pendampingan pola asuh BALBUNTAR dan program GBM
Kegiatan ini mendapat sambutan positif dari masyarakat dan pemerintah desa. Kepala Desa Delegtukang mengapresiasi langkah-langkah inovatif yang diambil oleh KKN TIM II UNDIP dalam membantu mengurangi angka stunting di desa ini. "Pendekatan yang kreatif dan edukatif seperti ini sangat membantu dalam meningkatkan kesadaran dan pengetahuan para ibu tentang pentingnya asupan gizi dan stimulasi kognitif bagi anak-anak mereka," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, pengalaman ini memperlihatkan betapa pentingnya integrasi ilmu pengetahuan dengan solusi praktis dalam mengatasi masalah-masalah sosial seperti stunting. Program ini tidak hanya menunjukkan bagaimana matematika dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga memperlihatkan peran signifikan pendidikan dalam mengubah masa depan anak-anak desa menuju yang lebih baik.