Konten dari Pengguna

Industri & Pariwisata: Why Not?

Aang Afandi
Belajar tentang Pariwisata, Ekonomi Kreatif dan Kebijakan Publik
15 September 2024 7:48 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aang Afandi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ketika produk telah ter-packing dengan apik, ditampilkan di outlet outlet dengan Communal Branding diikuti dengan produk lain sebagai pelengkap dan penyertanya. (by afandi)
zoom-in-whitePerbesar
Ketika produk telah ter-packing dengan apik, ditampilkan di outlet outlet dengan Communal Branding diikuti dengan produk lain sebagai pelengkap dan penyertanya. (by afandi)
ADVERTISEMENT
Ketika ada kalimat diatas, google engine menterjemahkannya sebagai industri pariwisaya, yakni bagaimana terjadinya industrialisasi dalam setor pariwisata, sehingga pariwisata akan menjadi sebuah sektor yang maju, modern dan berkembang. Padahal yang penulis maksud pada konteks ini adalah, bagaimana sektor – sektor industri tertentu tidak sekedar murni aktivitasnya bergerak pada aktivitas menghasilkan sebuah produk, namun sektor industri tersebut dapat dan layak berkembang sebagai sebuah destinasi wisata.
ADVERTISEMENT
Pemikiran ini berkembang atas dasar sebuah kasus (case) yang terjadi pada sebuah kota kecil di Indonesia yang sedang mempersiapkan Rencana Induk Industrinya, sementara kota ini selama ini berbasis pada sektor pariwisata. Sebuah kota dengan luasan yang relatif kecil, hanya terdiri dari 3 kecamatan dan masih memiliki kebun – kebun pertanian, sehingga tantangannya adalah sangat sayang sekali jika lahan – lahan yang digunakan peruntukannya tiba – tiba diarahkan untuk sektor industri, apalagi dalam skala besar, apalagi wujud Industrial estate, ini seharusnya benar – benar menjadi perhatian.
Kembali pada bahasan awal, apa sebenarnya industri untuk pariwisata itu atau wisata industri? Dikenal sebagai industrial tourism, dikenal di benua Amerika dan Eropa sejak abad 19. Edward & I Coit (1996) menjelaskan bahwa wisata industri merupakan pengembangan kegiatan di situs buatan, bangunan, lanskap yang berasal dari proses industri di masa lalu. Sehingga fenomena ini juga dikenal sebagai wisata heritage, sebagai contoh adalah wisata di China yang memperkenalkan bagaimana sejarah industri keramik. Wisata ini dalam rangka memberikan wawasan dan mengedukasi tentang pengalaman aktivitas ekonomi, teknologi, lingkungan kerja pada masa lalu ataupun masa kini. Sehingga akhirnya dikenal dengan istilah “company visit”, “plant tour”, ataupun “factory tour
ADVERTISEMENT
Ada beberapa contoh yang cukup dikenal dimasyarakat, seperti Pocari Sweat Tour di Pasuruan Jawa Timur, Toyota Motor Visit di Karawang Jawa Barat, ataupun company visit pada Pabrik Sido Muncul di Jawa Tengah. Wisatawan diajak untuk memahami bagaimana aktivitas di Gudang penyimpanan bahan baku, proses pengerjaan di laboratorium, proses produksi sampai dengan pengemasan dari produk – produk jamu tersebut.
Sehingga fungsi dari beroperasinya industri tidak sebatas menghasilkan produk namun terdapat fungsi tambahan yakni sebagai destinasi wisata. Walaupun tidak semua pabrikan harus demikian. Perwujudan kluster kluster tertentu dapat menjadi sebuah proyek destinasi wisata yang komprehensif. Sebagai contoh: kluster industri makanan yang berada di suatu desa bisa saja diawali dengan keberadaan kebun apel dan kebun ubi sebagai representasi proses mendapatkan bahan baku, sekilas tentang bagaimana bercocok tanam dan pengelolaan kebun menjadi sebuah atraksi wisata yang menarik. Proses pasca panen juga tak ubahnya sebuah pembelajaran yang apik.
ADVERTISEMENT
Berikutnya, proses produksi mulai dilakukan, di rumah rumah penduduk. Akan jadi apik bila ada pemisahan antara rumah sebagai tempat tinggal dan tempat produksi. Tempat produksi inilah yang diupayakan tersetting dengan layout yang tepat, baik dan menarik. Representasi tempat workshop ataupun produksi yang apik menjadi atraksi wisata. Bagaimana cara memotong bahan baku, mulai memasak, melakukan proses pengeringan, pencampuran bumbu ataupun proses di vacumfrier. Samapi barang jadi.
Kesibukan saat QC (quality control) yang dilakukan juga tak kalah elok-nya. Ketersediaan tester dengan berbagai alat, peng-lab-an sederhana. Bagaimana para tester dan analis laboratorium bekerja. Packaging atas produk yang telah dibuat, tangan-tangan terampil dengan cekatan menyelesaikan pekerjaannya. Ter packing dengan cantik dengan wadah yang standar dilengkapi labelling dan ukuran pack yang beragam. Bahkan terdapat wadah wadah tester yang pengunjung bisa ikut incip-incip. Dalam satu kluster tersebut, terdapat outlet atau toko khusus yang menyajikan diikuti one stop shopping yang apik. Pengunjung tak hanya incip, berbelanja oleh oleh, tapi lebih dari itu, bisa rehat, ngopi bahkan makan. Makan juga tersedia di beberapa area rumah penduduk. Gastronomi bisa menjadi alternatif, serta lay out dan lokasi perlu menjadi perhatian tersendiri.
ADVERTISEMENT