Lahirnya Koki-koki Belia Saat Pandemi

Aang Afandi
Belajar tentang Pariwisata, Ekonomi Kreatif dan Kebijakan Publik
Konten dari Pengguna
4 Juli 2021 15:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aang Afandi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Garasi rumah berubah fungsi jadi Kafe sementara. Barangkali tidak sama 100%, tapi menyerupai. Agak norak barangkali, namun dengan "kegilaan" kita, ini akan mendorong gerakan stay at home. (foto Aang Afandi)
zoom-in-whitePerbesar
Garasi rumah berubah fungsi jadi Kafe sementara. Barangkali tidak sama 100%, tapi menyerupai. Agak norak barangkali, namun dengan "kegilaan" kita, ini akan mendorong gerakan stay at home. (foto Aang Afandi)
ADVERTISEMENT
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat yang berlaku 3-20 Juli 2021, mengharuskan kita semua untuk tinggal di rumah, Kembali pada pola WFH seperti setahun kemarin. Barangkali saat ini kita lebih mudah, cepat dan terbiasa beradaptasi dengan situasi ini. Realita ternyata menunjukkan penularan yang saat ini nampaknya jauh lebih cepat dan mudah, lebih banyak berdiam diri di rumah menjadi hal yang tepat dilakukan.
ADVERTISEMENT
3N, Ngopi, Ngafe dan Nge-game, selayaknya dilakukan di rumah. NFH, Ngafe from Home, Ngopi from Home dan Nge-game from Home. Bersabar sejenak, untuk kehidupan yang lebih baik. Para milenial lebih menyukai segelas atau dua gelas kopi yang mantap dari tempat ngopi yang cozy. Dan kafe jadi tempat yang paling cocok. Di berbagai kota toh saat ini tak ada yang buka, mereka jika buka hanya menyediakan layanan take away.

Darimana memulainya

Cobalah cari pojok atau space rumah yang tepat untuk dipilih. Teras rumah, ruangan dekat dapur, gudang kosong yang tak digunakan atau bahkan garasi mobil yang bisa di rubah jadi kafe yang cozy, layak dicoba. Barangkali kita punya properti yang mirip dengan kafe, meja kursi unik/klasik, dan peralatan makan seolah mirip kafe.
ADVERTISEMENT
Kopi atau minumannya dari mana. Kita bisa membuatnya sendiri, mulai dari kopi tubruk, teh panas, es teh, ataupun minuman instan siap saji. Jika kita rindu kopi-kopi branded, bagi yang tinggal di kota tinggal pesan via aplikasi kemasan literan yang tentunya bisa dinikmati keluarga, tentu bisa dengan camilannya.
Ragam minuman bisa kita cipta, sesuai dengan selera, taste dan minat kita. Berkreasi tiada henti. (foto Aang Afandi)
Membuat snack (kudapan) atau makanan kecil hangat sendiri, sekalian mengasah kemampuan kita jadi koki dadakan, boleh juga. Buat Wedges kentang misalnya, relatif sederhana dengan contoh-contoh yang beragam di channel youtube. Ataupun buat Mi Goreng ala-ala, misal Mi Goreng nDalem Afandi, kita beri nama sesuai selera kita. Barangkali ini akan menambah semangat kita untuk berkreasi. Sticky Rice sambal Matah dan lainnya.
Mie Goreng nDalem Afandi, jadi makanan rekomended yang kita tawarkan. Kita jadi b'gaya dan PeDe dengan aktivitas ini (foto Aang Afandi)
Bahkan bikin aneka minuman yang beragam, dari minuman panas sampai dingin. Mulai bikin jus satu buah sampai mix jus, bahkan barangkali kita bisa menyajikan jus tersebut dengan variasi 3 warna, kita jadi excited dengan kemampuan kita. Ternyata kita bisa.
Sticky rice with sambal matah. Nasi ketan dan ayam gorengnya pesan online, kita tinggal buat sambal matah kreasi kita. (foto Aang Afandi)
Ada kesibukan lagi, kita jadi fotografer dadakan atas produk makanan dan minuman kita. Bahkan buat pamflet makanan dengan aplikasi Canva. Kita dengan semangat belajar Canva, dan ternyata kita bisa. Kita happy dengan aktivitas kita dengan kreasi kita.
Diantara anggota keluarga, ada yang tertarik mendokumentasikannya. bisa jadi aktivitas food photographer (foto Aang Afandi)
Kembali pada kafe dadakan tersebut, seakan kita jadi bersemangat untuk semakin mempercantiknya, sekali lagi, menambah profesi kita, sebagai ala-ala ahli desain tata ruang. Cat tembok kita rubah dengan warna tertentu, kita pilih meja dan kursi yang tepat, kita pilih properti-properti makan minum yang mendekati seperti kafe. Bisa yang modern ataupun yang klasik tempo dulu. banyak properti kafe dapat dipesan dengan mudah di lapak-lapak online yang barangkali dalam waktu dua atau tiga hari sudah sampai. Ini akan semakin memudahkan kreasi kita.
Makanan & minuman yang dipesan secara online bisa jadi kudapan di kafe ala - ala kita. (foto Aang Afandi)
Ide-ide inilah yang menjadikan kita tertarik berkreasi, seakan kita menyalurkan ide. Kafe ala-ala kita semakin lengkap, diberi AC, bisa jadi tempat kerja atau coworking space. Kita jadi betah, semua bagian keluarga ikut menikmatinya ini jadi nilai tambah tersendiri. Bahkan home teater kita jadi menambah kehangatan kafe, karena memperdengarkan lagu-lagu sesuai selera kita.
ADVERTISEMENT
Lagu Lama George Baker, I've Been Away too Long, terdengar begitu ritmisnya, hangat, di tengah-tengah rintik hujan sore hari. itulah nuansa kafe ala-ala kita. Ternyata kafe ala-ala kita mampu memberi kehangatan, menyatukan keluarga dan melupakan bahwa ternyata kita “Ngopi, Ngafe dan nge-game dari rumah”
Siapa tahu kita jadi saksi sejarah akan konsep pandemic entrepreneur (barangkali ini tak hanya wacana), munculnya wirausaha baru pada saat pandemi. Seseorang yang menemukan ide bisnis disaat pandemi, bukan seseorang yang memanfaatkan pandemi sebagai bisnis pribadi yang tak elegan. Kita barangkali tak hanya jadi saksi sejarah, tetapi pelaku itu, jadi entrepreneur karena keisengan kita, karena kegigihan kita melakukan keisengan ini.
ADVERTISEMENT
Kita jadi koki-koki baru yang penuh ide dan gagasan brilian. Atau barangkali akan menjadi food photographer, barista atau desainer interior yang mumpuni. Ternyata kita punya talenta di bidang ini. Namun dari itu semua, kita telah mensupport lingkungan melalui betah di rumah, WFH dan NFH. Termasuk menjalankan 6M. Dengan demikian sebagai hasil ikhtiar kita semua, maka harapannya pandemi ini segera berakhir.
Penulis adalah pemerhati pariwisata dan ekonomi kreatif. Dokumen foto yang ada adalah eksperimen penulis, tidak ada satupun produk yang ditampilkan adalah produk yang ditawarkan secara komersial.