Konten dari Pengguna

Pariwisata, Budaya dan Pendidikan

Aang Afandi
Belajar tentang Pariwisata, Ekonomi Kreatif dan Kebijakan Publik
8 Maret 2025 7:15 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aang Afandi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Keindahan Banyuwangi dengan ragam budaya yang dimiliki menjadikan Kabupaten ini memiliki potensi yang luar biasa dimasa depan. (photo oleh Dedi W.)
zoom-in-whitePerbesar
Keindahan Banyuwangi dengan ragam budaya yang dimiliki menjadikan Kabupaten ini memiliki potensi yang luar biasa dimasa depan. (photo oleh Dedi W.)
ADVERTISEMENT
Banyuwangi, kabupaten paling timur di Pulau Jawa, penuh dengan pesona alam sekaligus budaya lokal yang ditawarkan. Bahasa Osing, desa tradisi osing dan ragam seni pertunjukannya. Tari Gandrung Banyuwangi ataupun lagu – lagu dengan lirik Bahasa lokal menjadi kekuatan tersendiri bagi Banyuwangi. Ambil saja seperti Suliyana, dengan lagu dengan lirik Bahasa osing, walaupun akhir-akhir ini lebih banyak meng-cover lagu berbahasa Jawa (tetap saja membawa misi penguatan seni dan budaya lokal).
ADVERTISEMENT
Keberadaan selat Bali dengan bentang pantai panjang, yang pada sejarahnya mengalami kerusakaan pada bagian tertentu, karena adanya aktivitas ekonomi, usaha manufaktur dan penggunaan alat penangkap ikan yang menyalahi aturan, menjadikan titik – titik pantai mengalami degradasi. Namun masyarakat lokal akhirnya muncul kesadaran untuk mengembalikan kondisi alam ini menjadi lebih baik kembali. Perbaikan terumbu karang di Bangsring, penguatan tanaman bakau disisi utara dan berdirinya beberapa hotel dan resort dekat pantai mendorong pengembalian ekosistem pantai menjadi lebih sustaine. Barangkali inilah gambaran dan implementasi sustainability dilakukan secara riil.
Banyuwangi seakan bangun dari keterdiamannya, dia tidak ingin hanya sekedar penonton dari pariwisata Bali, dimana Lombok jauh – jauh hari menagkapnya pula. Dengan kolaborasi, Banyuwangi sampai pada titik saat ini, walaupun belum sampai pada titik finish.
ADVERTISEMENT
Keberadaan bandara yang mampu di darati pesawat narrow body (B-737-800, dengan kapasistas 160 – 180 penumpang) rute Jakarta - Banyuwangi punya kekuatan tersendiri. Bahkan sejarahnya terdapat penerbangan langsung Kuala Lumpur - Banyuwangi walau tidak bertahan lama, namun ini menjadi catatan apik Banyuwangi. Titik akhir Jawa Sisi Timur, titik penyeberangan Banyuwangi Bali, sekaligus keberadaan stasiun terakhir ujung pulau Jawa. Memiliki rute Kereta Api Ketapang Banyuwangi – Jakarta, merupakan modal konektivitas wisata Jawa (menghubungkan Jakarta – Cirebon – Semarang – Surabaya – Banyuwangi), kiranya tinggal menambah rute Banyuwangi - Bandung yang juga memiliki pangsa pasar pariwisata yang menarik pula. Termasuk keberadaan Tol, bila nantinya sampai full Banyuwangi maka Surabaya – Banyuwangi konon akan dapat dicapai dengan durasi 3 jam saja. Gambaran ini menunjukkan potensi pasar pariwisata yang besar dapat ditarik oleh Banyuwangi. Belum lagi tumpahan wisatawan dari Bali, ini juga menjadi peluang tersebdiri.
ADVERTISEMENT
Saatnya penguatan komoditi pariwisata. Mengkombinasikan berbagai potensi yang dipunya dengan tetap memegang nilai – nilai kearifan lokal, otentik dan Genuine-nya Banyuwangi. Lantas apa wujudnya? Seni dan Budaya, seperti yang diungkap awal tulisan ini. Kekuatan alam itu, diikuti dengan budaya lokal yang menarik dan apik untuk terus dijaga, dihidupkan dan diselaraskan dengan potensi lainnya. Saatnya seni Banyuwangi masuk pada industri (salah satunya industri pariwisata) dengan tetap menjaga nilai – nilai yang dimiliki.
Upaya – upaya kreatif dan inovatif dilakukan. Salah satunya dengan pendirian kampus ISI (Insitut Seni Indonesia) Surakarta kampus Banyuwangi. Untuk apa? Mencipta dan mengembangkan talenta – talenta muda bidang seni yang nantinya akan berkarya di Banyuwangi Raya dan daerah sekitarnya. What to See? What to Do? Dalam konteks pariwisata terjawab disini. Melihat kesenian lokal yang berkualitas, yang telah dipoles oleh manajemen pertunjukan yang berkualitas, melihat karya 2 dimensi dan 3 dimensi akan semakin apik bila mendapat sentuhan ilmu pengetahuan (bagian what to see). Berikutnya ikut kelas menggambar di sanggar seni Banyuwangi, ikut serta 2 jam di workshop kriya bambu Gintangan ataupun lainnya menjadi wujud ekspressi what to do dalam pariwisata.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Banyuwangi secara serius mengirim lulusan SMA nya ke ISI Surakarta, sebagian telah lulus dan kembali ke Banyuwangi. Dan saat ini, proyeksinya kampus ini membuka kampus Banyuwangi. Sebuah terobosan yang layak untuk diapresiasi. Gambaran tentang daerah yang memiliki budaya lokal yang kuat, talenta muda yang mau berkarya dan disentuh oleh ilmu pengetahuan. Hasil kampus ini barangkali belum dapat dinikmati 1 sampai 4 tahun kedepan, namun akan terasa 7 sampai 10 tahun kedepan.
Kita tidak pernah kebayang Banyuwangi akan menjadi kota MICE, ataupun kota pertunjukan dan festival yang diakui secara nasional atau bahkan internasional. Namun barangkali itu akan terwujud pada sekian waktu kedepan karena kesungguhan, semangat dan ke-ajeg-an dari semua pihak. Membangun ekosistem budaya, bersamaan dengan semakin matangkan ekosistem industri pariwisata Banyuwangi, mimpi ini sangat mungkin untuk diwujudkan.
ADVERTISEMENT
Ada hal yang menarik dari cerita ini, yang mungkin dapat diadaptasi oleh daerah atau kabupaten/kota lainnya. Yakni mengembangkan Lembaga Pendidikan yang dibangun berdasar kebutuhan dan potensi lokal, sehingga sentuhan ilmu pengetahuan dan teknologi akan semakin dekat dan nyata. Keberadaan Institut, Politeknik ataupun Akademi Komunitas dapat menjadi pilihan – pilihan alternatif. Setiap daerah memiliki kebutuhan dan potensi yang berbeda, tentunya obyeknya tidak sama persis dengan Banyuwangi. Bagaimana kita bisa memahami Pekalongan dengan Program Pendidikan D-3 Batik, Bandung memiliki kampus yang serius belajar tentang Desain dan Fashion karena basis garmen dan tekstil, bagaimana kampus – kampus tertentu tersedia untuk pengembangan sektor kuliner masyarakat lokal daerah – daerah tertentu. Itu semua dalam rangka memperkuat produk yang ada.
ADVERTISEMENT
Ada obrolan masa lalu dengan anak saya berkenaan dengan dunia fotografi. Mem-foto tanpa pengetahuan dan ketrampilan yang memadai hasilnya barangkali bagus ketika kamera (alat) yang digunakan yang bagus. Namun akan lebih bagus lagi bila menggunakan kamera bagus diikuti pengetahuan dan ketrampilan yang memadai. Bahkan ekstrimnya ketika memiliki pengetahun, ketrampilan, dan pengalamannya yang memadai, dengan menggunakan kamera sederhana dapat pula menghasilkan karya dengan kualitas tertentu.
Ya, sudah saatnya semakin mendekatkan ilmu pengetahuan lebih luas dan massif.