Konten dari Pengguna

Rumah Sampah : Interaksi Rumah Sampah dengan Lingkungan Padat Penduduk

Aathirah Aura Zahra
mahasiswa psikologi Universitas Pembangunan Jaya
23 Oktober 2024 13:42 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aathirah Aura Zahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sampah serta aktivitas manusia merupakan salah satu wujud interaksi yang telah terjadi di masyarakat kita saat ini. Maksudnya adalah, setiap kegiatan manusia seperti ke supermarket, pasar, taman, sekolah, bermain , memasak, mencuci, dsb, melibatkan sampah baik dari skala yang besar atau kecil. Berdasarkan Kompas.com, yang dilansir dari World Health Organization (WHO) mendefinisikan sampah sebagai bentuk atau barang yang tidak terpakai, tidak dimanfaatkan, tidak disukai, serta suatu bentuk dari aktivitas manusia sehari-hari. Sampah akan menjadi sebuah masalah yang besar jika mengalami penumpukan yang tidak terkondisikan, dan hal ini merupakan kondisi yang sangat memprihatinkan.
ADVERTISEMENT
Penumpukan sampah di lingkungan rumah, membuat masyarakat kebingungan untuk membuang sampah rumah tangga karena disebabkan lokasi pembuangan sampah pusat terlalu jauh, fasilitas kendaraan yang tidak memadai, serta sampah yang terlalu banyak, menjadi sebuah masalah besar bagi tiap individu. Peristiwa ini sempat terjadi di sebuah permukiman Kelurahan SB yang dimana warga sekitar belum mengetahui adanya TPS (Tempat Pembuangan Sementara), Sehingga warga merasa resah jika sampah terlalu dibiarkan menumpuk terlalu lama. Menurut penduduk sekitar, kehadiran adanya TPS (Tempat Pembuangan Sampah) di kelurahan SB sangat membantu untuk mengurangi sampah yang ada di permukiman. Lalu, Apakah keberadaan TPS (Tempat Pembuangan Sampah) di permukiman warga menjadi sebuah solusi dalam upaya mengurangi penumpukan sampah?.
Tempat Pemungutan Sementara, Source : file pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Tempat Pemungutan Sementara, Source : file pribadi
Sangat disayangkan bahwa tempat pembuangan sampah sementara sangat berada dekat sekali dengan permukiman kawasan padat penduduk dan cenderung berpotensi untuk mencemari lingkungan. Pengolahan sampah di TPS sebenarnya bukan menjadi salah satu solusi yang tepat, karena banyaknya volume sampah sulit untuk bisa ditampung di tiap kota dan beresiko untuk menyebarkan polusi ke lingkungan (Sudradjat, H, 2006). Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh narasumber N, bahwa tumpukan sampah dengan volume yang besar selama empat bulan. Dapat dilihat dan dibayangkan bagaimana gambar diatas, mengenai betapa banyaknya volume sampah yang terjadi hanya dalam kurun waktu satu hari.
ADVERTISEMENT
Sampah berdampak negatif karena adanya berkaitan dengan banyak faktor pada diri individu, seperti kebersihan, kesehatan, dan kenyamanan, serta keindahan lingkungan. Kondisi lingkungan yang bersih dan sehat menjadikan kenyamanan dan lingkungan yang sehat (Fadhilah & Zulfiani, 2024). Narasumber N mengatakan jika tidak sedikit menerima keluhan dari belakang permukiman padat penduduk mengenai aroma tidak sedap yang sampai masuk ke area perumahan, khususnya di pergantian musim atau musim hujan dan bau tersebut cukup menggangu. Berdasarkan (Utami et al., 2023), Kenyamanan termasuk ke dalam faktor penting, karena sampah yang sudah menumpuk di area tempat tinggal dan fasilitas umum bisa menggangu aktivitas sehari-hari dapat menimbulkan bau tidak sedap serta mendatangkan serangga yang membuat individu tidak merasa nyaman untuk di dalam rumah atau beraktivitas.
Tumpukan kardus, sources : dokumentasi pribadi
Berdasarkan fenomena ini saja terlihat bagaimana sampah pada limbah rumah tangga yang ada di TPS kelurahan SB memiliki dampak yang sebesar itu bagi lingkungan. Perlu diketahui bahwa, sampah yang diterima pada tempat pembuangan sampah ini berupa sampah rumah tangga, plastik, kardus, botol, pemantik api, dsb. Bagaimana nasib tempat pengumpulan pusat, pasti jauh lebih menumpuk dua kali lipat dari ini. Karena, sampah-sampah ini nantinya akan di pilih antara sampah kering dan basah, kemudian akan dikirim ke pusat oleh PEMDA.
ADVERTISEMENT
Selaku pengelola sampah terkadang suka mendapatkan perilaku yang tidak enak dan menimbulkan kekesalan pada bapak N. Misalnya, tumpukan sampah secara tiba-tiba di pagi hari yang dibuang secara asal di halaman rumah, sehingga menimbulkan keluhan oleh rekan kerja bapak N di pagi hari. Atau warga yang berjanji untuk membayar lebih per hari, kenyataannya hanya membayar kurang dari perjanjian dan menumpuk sampah yang berlebihan. “akhirnya saya bilang aja, bu sama yang lain aja ya jangan sama saya” ujar Bapak N. Tindakan yang dilakukan keesokan harinya beliau tidak ingin mengangkat sampah warga tersebut. Menurut (Steg & De Groot, 2019) Saat individu fokus pada perilaku moral, individu mengalami emosi berdasarkan etika yang bisa terjadi ke diri sendiri (merasa bersalah ketika mengambil tindakan yang salah) atau ke orang lain (kemarahan kepada orang lain).
ADVERTISEMENT
Berdasarkan perilaku tersebut individu yang bersangkutan tidak merasa bahwa dirinya masalah utama dan merasa tidak perlu bertanggung jawab, sedangkan ada individu lainnya yang bisa menangani masalah ini (Bahi et al., 2017). Maka dari itu diperlukan adanya kesadaran pada masing-masing individu untuk mengurangi adanya penumpukan sampah. Salah satu bentuk penanganan yang efektif yaitu dengan melakukan pemilahan sampah organik, anorganik, atau residu dengan penanganan tiap jenis nya berbeda (Intan Paradita, 2018). Salah satu cara yang efektif selain melakukan pemilahan adalah dengan membuat self identity. Menurut (Steg & De Groot, 2019) dengan membuat self identity, dapat meningkatkan rasa keyakinan kita untuk bisa lebih cinta terhadap lingkungan dan mempengaruhi perilaku kita untuk peduli pada lingkungan. Salah satu contoh dari perilaku self identity yaitu, membawa botol minum atau tumbler kemanapun kita pergi, melakukan pemilahan sampah kering dan sampah basah untuk menghindari polusi limbah, tidak membuang sampah sembarangan atau membawa tas dari rumah untuk menghindari penggunaan plastik sekali pakai.
ADVERTISEMENT
DAFTAR PUSTAKA
Bahi, G. F., Pol, E., & Navarro, O. (2017). Handbook of Environmental Psychology and Quality of Life Research. Springer International. https://doi.org/10.1007/978-3-319-31416-7_26
Fadhilah, A. P., & Zulfiani, A. (2024). Analisis Dampak Pencemaran Lingkungan Oleh Limbah Rumah Tangga Terhadap Ekonomi Masyarakat. Researchgate.Net, May. https://www.researchgate.net/profile/Anintya-Fadhilah/publication/380722615_ANALISIS_DAMPAK_PENCEMARAN_LINGKUNGAN_OLEH_LIMBAH_RUMAH_TANGGA_TERHADAP_EKONOMI_MASYARAKAT/links/664b3a66479366623afe25e0/ANALISIS-DAMPAK-PENCEMARAN-LINGKUNGAN-OLEH-LIMBAH-RUMAH-T
Intan Paradita, L. (2018). Pemilahan Sampah: Satu Tahap Menuju Masyarakat Mandiri Dalam Pengelolaan Sampah. BERDIKARI : Jurnal Inovasi Dan Penerapan Ipteks, 6(2), 184–194. https://doi.org/10.18196/bdr.6245
Gischa, S. (2023). Pengertian Sampah Menurut Ahli. https://www.kompas.com/skola/read/2023/03/15/200000669/pengertian-sampah-menurut-ahli-
Steg, L., & De Groot, J. I. M. (2019). Environmental Psychology. In She Does Math! (Second Edi). https://doi.org/10.5948/upo9781614441052.002
Sudradjat, H, R. (2006). Mengelola Sampah Kota: Solusi mengatasi masalah sampah kota dengan manajemen terpadu dan mengolahnya menjadi energi listrik dan kompos (p. 99).
ADVERTISEMENT
Utami, A. P., Islam, U., Sumatera, N., Nur, N., Pane, A., Islam, U., Sumatera, N., Hasibuan, A., Islam, U., & Utara, S. (2023). ANALISIS DAMPAK LIMBAH / SAMPAH RUMAH TANGGA. 6(2), 1107–1112.