Mengapa Desainer Harus Mulai Meninggalkan Pola Pikir Linear Economy?

Abang Edwin SA (Bangwin)
Creative Consultant in every medium, Lecturer at Product Design Department, Podomoro University
Konten dari Pengguna
9 Januari 2024 21:04 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abang Edwin SA (Bangwin) tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Desainer Toton Januar gelar show tunggal pertama lewat jenama Toton the Label di Grand Ballroom Hotel Mulia Senayan Jakarta, Kamis (20/7/2023). Foto: Toton the Label
zoom-in-whitePerbesar
Desainer Toton Januar gelar show tunggal pertama lewat jenama Toton the Label di Grand Ballroom Hotel Mulia Senayan Jakarta, Kamis (20/7/2023). Foto: Toton the Label
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam era modern ini, desainer memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan produk yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Namun, masih banyak desainer yang masih berpikir berdasarkan linear economy. Pola pikir berdasarkan linear economy, yang juga dikenal dengan sebutan “take-make-waste” atau “dari hulu ke hilir”, adalah suatu sistem di mana sumber daya alam dianggap tidak terbatas dan digunakan sekali saja serta dibuang sebagai limbah setelah digunakan.
ADVERTISEMENT
Beberapa contoh kasus dari linear economy adalah:
Dan banyak lagi…
Semua contoh di atas menunjukkan bagaimana sistem ekonomi linear mengambil sumber daya alam dan meninggalkan dampak negatif pada lingkungan dan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Dampak dari pola pikir linear economy sangat merugikan bagi lingkungan dan masyarakat. Hal ini menyebabkan pencemaran lingkungan dan polusi karena limbah yang dihasilkan dari produk yang digunakan sekali tidak dapat digunakan kembali dan harus dibuang. Selain itu, pola pikir ini juga menyebabkan kekurangan sumber daya alam, biaya yang lebih tinggi dan dampak sosial yang negatif.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan perubahan iklim, desainer harus mulai meninggalkan pola pikir linear economy dan mulai berpikir circular economy. Circular economy adalah suatu sistem di mana sumber daya alam digunakan secara berkesinambungan dan dapat digunakan kembali setelah digunakan. Dengan cara ini, desainer dapat menciptakan produk yang ramah lingkungan dan juga meningkatkan efisiensi bisnis.
Selain itu, desainer harus juga memperhatikan aspek-aspek sosial dan lingkungan dalam proses desain. Desain yang sesuai dengan prinsip-prinsip circular design akan membuat produk yang lebih ramah lingkungan dan juga lebih menguntungkan bagi masyarakat.
ADVERTISEMENT