Belajar Memaknai Kehidupan, Tujuan dan Juga Kolaborasi

Abdul Bari
a life long learner, saat ini berkarir sebagai Direktur Kelembagaan dan Layanan di PT Jaminan Kredit Indonesia (PT Jamkrindo)
Konten dari Pengguna
14 April 2022 9:51 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abdul Bari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto oleh Christopher Hiew dari Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Foto oleh Christopher Hiew dari Pexels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Minggu ini saya mendapatkan pelajaran menarik dari mentor saya. Ia menunjukan cuplikan beberapa pidato Simon Sinek mengenai nasihat hidup yang dapat merubah masa depan kita (link: https://youtu.be/o58OJJT37Nk). Jujur saja, apa yang dibicarakan oleh Simon Sinek dalam video tersebut sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Bagi saya pribadi, video tersebut banyak memberikan pencerahan mulai dari bagaimana menyelami makna eksistensi diri, bagaimana menjadi pribadi yang lebih peka terhadap kondisi sekeliling kita, termasuk juga bagaimana melihat sebuah tujuan dalam bingkai optimisme.
Dalam hidup, hampir semua orang tentunya ingin memperoleh kemapanan, kesuksesan dan segala hal, yang hidup dapat berikan untuk membuat kita merasa nyaman, merasa lebih penting, merasa lebih baik dari orang-orang lain di sekeliling kita.
Keinginan untuk hidup lebih baik terkadang menjebak kita dalam pengejaran atribut-atribut tanpa makna dan pembuktian-pembuktian tanpa arti. Kita mungkin sudah familiar dengan cerita sedih dan cukup menyayat hati dari aktor kenamaan Amerika Robin William yang ditemukan mengakhiri hidupnya di rumahnya di Paradise Cay, California.
ADVERTISEMENT
Sebagai aktor terkenal, hampir semua atribut positif telah melekat pada dirinya, mulai dari ketenaran, kekayaan, kesuksesan, reputasi dan sebagainya. Namun pada akhirnya ternyata atribut-atribut tersebut tidak cukup untuk membuat dirinya cukup bahagia. Justru mungkin hal-hal tersebut menjadi beban tersendiri.
Dalam konteks kejiwaan dikenal sebuah istilah Post power syndrome atau sindrom pasca kekuasaan adalah kondisi ketika seseorang hidup dalam bayang-bayang kekuasaan yang pernah dimilikinya dan belum bisa menerima hilangnya kekuasaan itu. Post power syndrome sering dialami oleh orang yang baru saja memasuki masa pensiun.
Tidak sedikit orang yang menjadikan pekerjaan sebagai bentuk aktualisasi diri dan tujuan hidupnya. Saat memasuki masa pensiun, orang-orang seperti ini tidak hanya kehilangan pekerjaan yang dicintai, tetapi juga segala bentuk penghargaan diri yang mereka dapatkan saat masih bekerja, seperti pujian, rasa hormat, dan rasa dibutuhkan oleh orang lain.
ADVERTISEMENT
Post power syndrome mungkin dapat menjadi sebuah indikasi bahwa eksistensi hidup bukan lah pengejaran atribut semata, namun lebih luas dari pada itu, yaitu kebermaknaan hidup itu sendiri. Kita tentunya tidak ingin hanya dihargai sebatas jabatan yang kita miliki, atau power yang kita miliki , karena hal itu fana dan dapat hilang kapan saja.
Selain mendapat banyak pencerahan mengenai eksistensi hidup, video tersebut juga mengajarkan saya untuk menjadi pribadi yang memiliki ketangguhan dan jiwa pantang menyerah untuk menggapai tujuan hidup.
Dalam realitas kehidupan sehari-hari, terkadang tak jarang kita berfokus dengan rintangan alih-alih tujuan yang memang kita ingin capai. Meskipun banyak sekali buku atas nasihat-nasihat optimisme bertebaran dimana-mana, nyatanya memang berpikir optimis tidak semudah membalikan tangan.
ADVERTISEMENT
Segala masalah dan tantangan yang kita temui di tengah usaha, terkadang memudarkan rasa optimisme menjadi pesimisme. Mereka yang menang atau berhasil mencapai apa yang mereka targetkan, terkadang bukan karena mereka kuat, tapi mereka yang yang pantang menyerah dan menolak menyerah. Sesekali, mungkin mereka merasa ingin menyerah, merasa lelah tapi tidak pernah benar-benar menyerah menggapai tujuannya. Justru di kondisi terlemahnya terkadang mereka malah bangun dari keterpurukan.
Sebagai seorang makhluk sosial, kita harus sadar bahwa kita bukan seorang single fighter. Tidak ada orang yang benar-benar sempurna dan tidak perlu bantuan dari sekelilingnya. Menerima bantuan justru adalah awal dari optimisme dan kesuksesan itu sendiri. Di saat lelah kita harus terbuka atas bantuan bantuan yang datang. Begitu juga saat sulit, jangan mengecilkan arti bantuan dari lingkungan atau kerabat-kerabat sekitar.
ADVERTISEMENT
Kesuksesan atau ketenaran sejati sebenarnya ialah berkat bantuan orang orang di sekitar kita, sehingga tidak seharusnya kita jumawa dan mengerdilkan peran orang-orang yang selama ini mendukung kita. Orang yang kuat bukan lah mereka yang menolak bantuan, justru sebaliknya orang yang kuat ialah orang yang mau menerima bantuan, bersyukur atas hal tersebut dan berjuang memastikan uluran tangan kerabat dan teman-teman kita tidak sia-sia.
Jangan pernah malu meminta bantuan, karena memang kita adalah makhluk sosial, yang harus tolong-menolong membantu satu sama lain. Berusaha lah untuk selalu berbuat baik dan memperhatikan orang lain. Dunia ini terlalu berbahaya dan terlalu sulit jika hanya mengandalkan diri sendiri.
Jika kita menganggap kesuksesan merupakan personal achievement, hasilnya, kita akan hanya dihargai lewat kesuksesan tersebut. Ketika kesuksesan itu lenyap, maka lenyap juga diri kita.
ADVERTISEMENT
Pada intinya, hidup adalah tentang sebuah makna dan motivasi bukan hanya sekedar atribut semata, yang membuat kita menjalani sesuatu dengan penuh rasa antusias dan sadar atas tanggung jawab yang menyertai. Saling tolong-menolong dan berkolaborasi, adalah salah satu cara resep menjalani hidup agar lebih kokoh dan bersemangat.
Seorang leader harus punya kemampuan mendengar tidak hanya memberikan arahan atau bahkan mengkritik. Kita harus menggali makna dan motivasi seseorang dan menjadikan itu kekuatan bagi orang tersebut atau tim berkembang lebih kuat. Penting menciptakan lingkungan kerja dimana orang-orang didalamnya termotivasi dan memberikan dan mengerahkan kemampuan terbaiknya dengan optimal untuk kebaikan bersama. Karena pada dasarnya, bekerja keras untuk sesuatu yang tidak kita sukai disebut stress, tetapi mengerjakan sesuatu yang kita cintai disebut passion.
ADVERTISEMENT
Seorang leader harus mengarahkan dan memotivasi segenap timnya untuk menjadikan pekerjaan mereka sebagai passion. Hal ini selaras seperti yang disiratkan oleh Simon Sinek yaitu cintailah pekerjaanmu, walaupun tujuan hidup tidak bergantung pada pekerjaanmu, karena pada dasarnya pekerjaan relatif bisa menjamin kehidupan.
Untuk menguatkan kolaborasi di dalam tim, seorang leader pada saat-saat tertentu harus dapat menahan persepsi pribadi, untuk mendengarkan dan membuat tim merasa terlibat. Dari kepemimpinan Nelson Mandela kita diajarkan untuk belajar mendengarkan, dan selalu berbicara yang terakhir dalam diskusi. Hal itu dilakukan untuk mempersilahkan orang berbicara lebih dahulu.
Dengan mengutamakan mendengar daripada berbicara terlebih dahulu, tim akan merasa didengarkan dan merasa telah berkontribusi. Sebagai bagian dari kerjasama dan kolaborasi, mintalah feedback atas apa yang kita sampaikan untuk mengukur kedalaman pemahaman segenap tim. Praktek-praktek demikian, meskipun terlihat sederhana, namun dapat memberikan dampak besar bila dilakukan secara terus menerus.
ADVERTISEMENT