Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Konten dari Pengguna
Refleksi Isra Mi’raj: Menapaki Jejak Mi'rajul Mukminin dalam Dimensi Modernitas
28 Januari 2025 9:04 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Abdul Bari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Isra Mi'raj adalah salah satu peristiwa luar biasa dalam sejarah Islam yang menjadi bukti keagungan dan kekuasaan Allah SWT. Pada malam yang penuh berkah itu, Nabi Muhammad SAW diperjalankan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa (Isra), lalu diangkat ke Sidratul Muntaha (Mi'raj) untuk menerima perintah salat lima waktu langsung dari Allah SWT. Peristiwa ini bukan sekadar perjalanan spiritual, tetapi juga pesan penting bagi umat Islam untuk menjadikan salat sebagai tiang agama yang kokoh dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Berbicara mengenai ibadah salat, sebagai muslim kita tentunya mengetahui bahwa salat merupakan rukun Islam kedua setelah syahadat dan menjadi kewajiban utama bagi setiap Muslim. Salat bukan sekadar ritual ibadah, melainkan fondasi utama dalam kehidupan seorang Muslim. Allah SWT menetapkan salat sebagai kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan dalam kondisi apa pun, baik dalam keadaan sehat, sakit, aman, maupun terancam.
Memaknai peristiwa Isra Mi’raj menjadi hal yang sangat krusial di saat ini. Di tengah perkembangan teknologi yang pesat dan kehidupan manusia yang semakin dinamis, melaksanakan salat dengan konsisten dan khusyuk menjadi tantangan tersendiri bagi banyak Muslim. Meskipun salat adalah kewajiban utama yang menjadi tiang agama, berbagai faktor modern sering kali membuat seseorang lalai atau kurang optimal dalam menjalankannya. Gaya hidup yang serba cepat dan padat membuat seseorang sulit meluangkan waktu untuk salat tepat waktu.
ADVERTISEMENT
Sebuah tulisan menarik pernah dibuat oleh Prof. Dr. H.M. Zainuddin, MA, seorang cendikiawan muslim yang juga merupakan Rektor dari Rektor Universitas Islam Negeri (UIN). Dalam tulisannya bertajuk Isra dan Mi'raj Nabi: Dari Sains Modern Hingga Shalat, Ia sempat mengutip Hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad untuk menggambarkan peringatan Rasulullah SAW tentang kondisi umat Islam di masa mendatang Dimana banyak orang yang melakukan salat namun sebenarnya ia tidak benar-benar solat. “Akan datang pada manusia suatu zaman, banyak orang yang merasa dirinya salat, padahal mereka sebenarnya tidak salat.” (HR. Ahmad).
Dalam tulisannya tersebut juga Prof. Dr. H.M. Zainuddin, MA berusaha mengangkat keresahaan mengenai bagaimana banyak orang yang melaksanakan shalat tetapi justru kejahatan makin menjadi-jadi, padahal Al-Quran menjelaskan bahwa Ibadah Salat dapat mengindarkan kita dari melakukan perbuatan buruk sebagai mana tertulis dalam QS. Al-‘Ankabut ayat 35 yang berbunyi “Sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan munkar”.
ADVERTISEMENT
Mengenai hal tersebut, ia pun secara jelas menuliskan mengenai kategori manusia yang digolongkan sebagai “manusia yang melalaikan salat”. Kategori tersebut ialah
Pertama, lalai waktu. Mereka ini suka mengolor-olor waktu shalat, sudah tiba waktunya shalat, tetapi masih ditunda-tunda untuk melaksakannya, alias mereka tidak disiplin dan tidak tepat waktu. Itulah sebabnya ketika Nabi ditanya salah seorang sahabatnya mengenai amal yang utama (afdhal), beliau menjawab “shalat yang tepat waktu”.
Kedua, lalai tidak mengingat Allah dalam shalatnya, artinya selama dalam shalat, mereka lisannya mengucapkan bacaan-bacaan shalat, tetapi hatinya keluar dari kontesks shalat, pikirannya tertuju pada urusan duniawi, bahkan mereka tidak menghayati gerakan yang ada dalam shalat itu (tiadak thuma’ninah).
Dalam pengertian lebih luas, shalat memiliki arti zikir dan senantiasa mengingat Allah dalam segala tindakannya, sehingga dengan menegakkan shalat ini diharapkan manusia tidak pernah memiliki kesempatan untuk melakukan kejahatan dan segala macam tindakan keji lainnya.
ADVERTISEMENT
Moment Isra Mi’raj ini merupakan waktu terbaik kita untuk merefleksikan kembali dan membenahi ulang fondasi keimanan kita dengan memerbaiki salat. Bagi saya pribadi, saya merefleksikan Peristiwa Isra Mi’raj ini dengan hal-hal sebagai berikut.
1. Meningkatkan Salat yang Berkualitas: Rasulullah SAW menekankan bahwa salat bukan hanya tentang gerakan fisik, tetapi juga tentang hubungan hati dengan Allah SWT.
2. Menghindari Lalai dalam Salat: Lalai bukan hanya meninggalkan salat, tetapi juga melakukannya tanpa kesadaran, khusyuk, atau memenuhi syarat dan rukun salat.
3. Relevansi di Era Modern: Dengan kemajuan teknologi dan gaya hidup yang serba cepat, umat Muslim harus lebih sadar akan pentingnya menjaga salat agar tetap menjadi ibadah yang benar-benar mendekatkan diri kepada Allah SWT.
ADVERTISEMENT
Semoga Allah SWT memberikan kekuatan kepada kita semua untuk menjaga salat dengan baik karena salat sering disebut sebagai "Mi'rajul Mukminin," yang berarti perjalanan spiritual bagi orang beriman. Istilah ini menggambarkan bahwa melalui shalat, seorang mukmin dapat "naik" secara spiritual untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, mirip dengan peristiwa Mi'raj Nabi Muhammad SAW.