Konten dari Pengguna

4 Tips untuk Dosen Memilih Kampus Agar Karier Akademis Meningkat

Abdul Halim
Dosen Teknik Kimia. Peneliti di bidang biomassa, kayu, pulp dan kertas. Tertarik dalam science communication.
14 Mei 2023 10:02 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abdul Halim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Suasana konferensi internasional bidang nanoteknologi yang diselenggarakan oleh TAPPI Nano. Foto:Abdul Halim/Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Suasana konferensi internasional bidang nanoteknologi yang diselenggarakan oleh TAPPI Nano. Foto:Abdul Halim/Dokumen Pribadi
ADVERTISEMENT
Apakah bercita-cita menekuni karier di dunia akademik baik sebagai dosen ataupun peneliti? Selain karena kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing individu, lingkungan sangat berpengaruh dalam menentukan karier seorang dosen ataupun peneliti.
ADVERTISEMENT
Salah satu lingkungan yang berpengaruh adalah kampus tempat dosen/peneliti mengenyam pendidikan dan bekerja. Berikut hasil rangkuman beberapa hasil penelitian terkait dengan pengaruh lingkungan kampus tempat dosen/peneliti belajar dan bekerja terhadap kariernya.

1. Memilih Dosen Pembimbing yang Sesuai

Ilustrasi dosen Pria. Foto: Shutter Stock
Dosen pembimbing adalah lingkungan yang sangat berperan baik dari segi kehidupan akademik ataupun kehidupan non akademik. Kehidupan akademik misalkan, pilihlah dosen pembimbing yang dihormati di kalangan bidang ilmunya.
Pilihlah dosen pembimbing yang tidak hanya bergelar profesor tetapi memilih dosen pembimbing yang benar-benar memiliki keahlian di bidangnya. Jika kuliah pascasarjana di dalam negeri, maka pilihlah dosen pembimbing yang memiliki track record dan memiliki internasional sehingga kita akan lebih banyak memiliki kesempatan internasional.
ADVERTISEMENT
Dosen pembimbing yang masih muda dan belum profesor memiliki kelebihan tersendiri. Misalkan, dia memiliki lebih banyak waktu untuk membimbing, dan mahasiswa bimbingan lebih sedikit. Jika lulusan luar negeri, jaringan internasionalnya masih baru dan memiliki potensi jangka panjang.
Akan tetapi, dosen pembimbing yang masih muda bisa jadi memiliki ekspektasi yang lebih besar kepada mahasiswanya dan fasilitas laboratoriumnya masih terbatas.
Dosen pembimbing yang lebih senior bisa jadi lebih sibuk, mahasiswa bimbingan bisa jadi lebih banyak dan jaringan luar negerinya mungkin sudah tidak ada.
Pilihlah dosen pembimbing yang memiliki track record menulis jurnal internasional penulis pertama selama dia S3. Hal ini menjadi indikasi bahwa dosen pembimbing tersebut memiliki pengalaman memadai terkait dengan eksperimen hingga menghasilkan sebuah karya artikel ilmiah.
ADVERTISEMENT
Besar kecilnya anggota tim dosen pembimbing bisa jadi berpengaruh kepada karier akademis kita. Sebuah studi menunjukkan bahwa, artikel yang ditulis oleh banyak penulis memiliki lompatan penemuan yang lebih kecil dibandingkan dengan artikel yang ditulis oleh penulis yang lebih sedikit.
Dalam segi non akademik, dosen pembimbing akan membantu permasalahan-permasalahan dan adaptasi selama kita kuliah. Jika di luar negeri, dosen pembimbing dapat membantu dalam pengurusan administrasi kependudukan atau keimigrasian lainnya.
Selain itu, dosen pembimbing yang baik akan maklum jika kita tidak bisa datang ke lab karena harus mengantar anak, atau kegiatan keagamaan.
Foto penulis, dosen pembimbing dan mahasiswa anggota lab lainnya saat sedang jalan-jalan laboratorium. Penulis membawa anggota keluarganya. Foto: Abdul Halim/dokumen pribadi

2. Memilih Kampus Postdoctoral yang Bagus

Setelah selesai menyelesaikan S3, biasanya akan diikuti dengan kegiatan postdoctoral. Pembimbing postdoctoral memiliki peranan penting dalam menentukan karier akademis kita.
ADVERTISEMENT
Dari hasil penelitian, pembimbing postdoctoral yang baik akan memiliki peran yang lebih besar dibandingkan dengan pembimbing pascasarjana.
Akan tetapi, biasanya rekomendasi dari pembimbing pascasarjana diperlukan saat melamar postdoctoral oleh karena itu tetap peran pembimbing pascasarjana sangat dibutuhkan.
Jika masa-masa pascasarjana adalah masa-masa pencarian jati diri karena harus menentukan tema riset yang sesuai dengan keunikan dan menjadi ciri khas kita sendiri, maka masa postdoctoral adalah masa-masa pengembangan.
Di mana, kita bisa lebih maksimal dalam mengembangkan potensi dan minat penelitian kita dengan menggunakan fasilitas yang disediakan oleh pembimbing postdoctoral.

3. Memilih Kampus dengan Lingkungan Kerja yang Bagus

Lingkungan yang bagus akan meningkatkan produktivitas sebagai dosen. Lingkungan kerja bisa meliputi faktor gaji, fasilitas, jenjang karier yang jelas. Lihat apakah memiliki program pascasarjana atau tidak.
ADVERTISEMENT
Gaji adalah faktor penting pertama yang harus dilihat oleh pelamar dosen atau peneliti. Tanyakan secara detail saat wawancara benefit apa saja yang akan diterima selain gaji pokok.
Kemudian, tanyakan juga bagaimana prosedur jenjang karier di perguruan tinggi tersebut. Apakah sudah ditangani oleh departemen khusus atau melalui beberapa tahapan administrasi.
Lakukan riset terkait dengan program studi apa saja yang ada di kampus tersebut dan kemungkinan apakah anda bisa mengajar lintas program studi.
Program studi pascasarjana adalah salah satu kelebihan penting yang dijadikan pertimbangan. Umumnya produktivitas dapat dinilai dari jumlah publikasi penelitian dosen tersebut.
Melakukan penelitian memerlukan investasi waktu, biaya dan tenaga yang tidak sedikit, sehingga program studi pascasarjana yang banyak berarti memiliki jumlah human force yang besar.
ADVERTISEMENT
Studi menunjukkan bahwa kampus-kampus elite di amerika serikat memiliki kelebihan dalam hal penelitian karena banyaknya mahasiswa-mahasiswa pascasarjana sebagaimana ditunjukkan pada gambar di bawah.
Kemudian, lihat bagaimana lingkungan calon rekan dosen anda. Apakah rekan-rekan dosen memiliki rekam jejak yang bagus terkait dengan penelitian atau tidak.
Grafik rata-rata jumlah publikasi dosen berdasarkan skala prestise kampus. Semakin prestise, jumlah publikasi dosen semakin meningkat yang disebabkan oleh banyaknya mahasiswa paskasarjana dan postdoktoral. Foto: Abdul Halim, hasil olah data dari Sam Zhang dkk, Sci. Adv. 8, eabq7056 (2022)

4. Memilih Kampus yang Memfasilitasi Program ke Luar Negeri

Program keluar negeri akan meningkatkan relasi. Fasilitas program keluar negeri tidak selalu berupa dana. Bisa juga berupa kebijakan cuti beberapa minggu hingga fasilitas informasi. Pilihlah kampus yang internasional officenya memiliki banyak program student exchange, internship keluar negeri.
Atau jika sudah berprofesi sebagai dosen, cobalah untuk apply beberapa program internship keluar negeri melalui beberapa skema. Jangan ragu untuk mengirimkan cold email. Cold email adalah email yang dikirimkan meskipun tidak pernah ada kontak dengan penerima email tersebut. Cold email terbukti dapat membuka kesempatan kita untuk bekerja sama dengan peneliti dari luar negeri.
ADVERTISEMENT
Jangan lupa untuk menambahkan CV saat mengirim cold email. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman ke luar negeri akan meningkatkan produktivitas dosen karena semakin banyaknya kolaborasi yang dapat dia jalin. Jika memungkinkan lakukan cuti besar atau sabatical.
Cuti besar dapat diisi dengan kegiatan yang paling disukai. Kegiatan ini bisa berupa internship ke industri, atau lembaga perguruan tinggi lain atau hanya sekadar melakukan kegiatan wisata ke daerah lain. Dari kegiatan ini diharapkan agar dosen dapat melihat kondisi langsung di masyarakat atau membawa ide dan pandangan baru. Banyak dosen yang menghasilkan buku setelah melakukan kegiatan sabbatikal.
Beberapa kampus menawarkan cuti besar dengan ketentuan tertentu. Jika tidak dapat melakukan cuti besar, bisa juga menggunakan sabatikal kecil, seperti beberapa hari sampai satu minggu untuk kegiatan internship, kunjungan ataupun terjun ke lapangan.
Penulis melakukan analisa SEM di University of Tsukuba dalam rangka sabatikal kecil. Foto: Abdul Halim/Dokumen Pribadi