Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Menanti Puncak Performa Ricky Fajrin
24 Maret 2022 19:34 WIB
Tulisan dari Abdi Rafi Akmal tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bagi sejumlah insan sepak bola, QNB League 2015 merupakan gerbang awal perjalanan; Bali United Pusam FC yang berstatus sebagai klub baru memulai kiprahnya di lanskap sepak bola nasional; Indra Sjafri yang gagal mengantarkan timnas U-19 menjuarai AFC tahun 2014 silam memulai peruntungannya dengan melatih klub; Tak terkecuali, gerbong pemain timnas U-19 besutan Sjafri juga berbondong-bondong memulai kariernya di klub profesional.
ADVERTISEMENT
Ricky Fajrin Saputra adalah satu di antara tujuh pemain timnas U-19 yang menjadi bagian dari pemain “generasi pertama” Bali United. Usianya belum genap 20 tahun kala itu. Namun, kemampuannya di atas lapangan dianggap Sjafri sudah layak untuk bermain reguler di pos bek kiri.
Benar saja, kepercayaan tersebut dibayar tuntas. Sebagai pemain potensial, Fajrin tampil menjanjikan di musim tersebut. Nyaris tidak ada yang bisa menggantikannya, kecuali sang pemain tidak bisa bertanding atau memenuhi panggilan seleksi dan pemusatan latihan timnas Indonesia.
Maka tidak ada alasan bagi Bali United untuk tidak memperpanjang kontraknya ketika hendak menyiapkan tim berlaga di Torabika Soccer Championship 2016. Durasi kontraknya tidak tanggung-tanggung. Empat tahun lamanya. Selain Fajrin, sepuluh pemain lainnya juga dikontrak dengan durasi yang sama.
ADVERTISEMENT
Tujuh tahun berselang semenjak debut tahun 2015, gerbong timnas U-19 “generasi pertama” kini hanya menyisakan Fajrin dan Yabes Roni di skuad Bali United untuk mengarungi Liga 1 2021. Di saat Yabes mulai tersisih dari tim inti, Fajrin tetap jadi langganan menjadi pemain bertahan di sisi paling kiri lapangan.
***
Adalah keistimewaan bagi pemain muda manapun dipanggil timnas kelompok umur sesering mungkin. Pemusatan latihan timnas jadi ajang untuk mendapat tambahan porsi latihan berkualitas. Kesempatan berlaga di pertandingan internasional bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan lebih banyak jam terbang. Selain itu, bergabung dengan timnas kelompok umur memungkinkan pemain berada di antara sesama pemain yang berusia sepantaran. Sehingga, tidak ada rasa sungkan seperti halnya berlatih bersama pemain-pemain yang lebih senior.
ADVERTISEMENT
Fajrin jadi salah satu pemain yang merasakan keistimewaan itu. Sebelum memulai debutnya timnas senior Indonesia, Fajrin sudah sering membela Garuda di kelompok U-19 dan U-23.
Semuanya bermula ketika timnas U-19 di bawah kendali Indra Sjafri bersua tim PON Jawa Tengah 2014. Pertandingan tersebut membuat penampilan menawan Fajrin terpantau langsung oleh Sjafri. Tidak perlu waktu lama bagi Sjafri untuk memasukkan nama Fajrin ke dalam skuad yang akan berlaga di AFC U-19 2014. Mayoritas skuad ini dihuni oleh pemain-pemain yang membawa Indonesia menjuarai AFF U-19 2013.
Sejumlah tenaga di timnas U-19 ini lah yang kemudian menjadi tulang punggung timnas U-23 asuhan Luis Milla. Fajrin kembali ambil bagian. Pemain kelahiran 6 September 1995 itu berperan membawa Indonesia menyabet perunggu pada SEA Games 2017, lalu mencapai babak 16 besar Asian Games 2018.
ADVERTISEMENT
Saking pentingnya peran Fajrin di timnas, media dan publik tak segan melabelinya sebagai anak emas Luis Milla. Tentunya dalam konotasi positif. Pemain kelahiran Semarang itu nyaris tidak pernah absen ketika PSSI merilis daftar pemain untuk mengikuti pemusatan latihan timnas.
Kerja sama timnas Indonesia dengan Milla tak berlangsung lama, kurang lebih setahun. Bima Sakti sempat menjadi pelatih timnas sementara waktu pada tahun 2018, baru kemudian beralih lagi ke Simon McMenemy hingga tahun 2019. Dalam masa transisi pergantian pelatih timnas, Fajrin masih jadi pemain langganan yang dipanggil.
Barangkali, banyaknya kesempatan membela timnas Indonesia sejak belia membuat kemampuan Fajrin terasah tanpa henti. Tak heran, pos bek kiri Bali United tak mudah berganti kepemilikan.
ADVERTISEMENT
Merujuk Transfermarkt, selama sibuk membela timnas pada periode 2017-2018 saja, Fajrin masih bisa mencatatkan 42 penampilan dalam dua musim bersama Bali United. Masing-masing 18 penampilan pada 2017 dan 24 penampilan pada 2018.
'Puncaknya' tentu saja ketika berhasil mengantarkan Bali United menjuarai Liga 1 2019. Tampil sebanyak 21 kali pada musim itu, Fajrin mampu mengemas dua gol. 35 gol yang bersarang ke gawang Bali United jadi yang paling sedikit di antara kontestan lainnya.
Tetapi, menyebut musim 2019 sebagai puncak performa Fajrin rasanya agak kurang tepat. Pasalnya, di musim 2021, performanya ternyata melampaui apa yang ia capai secara individu dan tim pada musim 2019.
Sampai pekan ke-32, Fajrin sudah tampil 30 kali, serta telah mengemas dua gol dan lima assist. Kemungkinan Bali United juara terbuka lebar dengan hanya perlu meraih satu poin lagi ketika jumpa Persebaya, Sabtu (26/3/2022). Jumlah kebobolan Bali United musim ini juga berkurang drastis dibanding saat mereka juara kala itu, yaitu hanya 22 gol dari 32 laga.
ADVERTISEMENT
Meski berada dalam masa jayanya sebagai pemain, nyatanya Fajrin belum mendapat kepercayaan untuk kembali ke timnas. Ketika tongkat estafet pelatih timnas beralih ke tangan Shin Tae-Yong 2019 silam, Fajrin sudah jarang nongol. Bek kiri telah ditempati secara reguler oleh Pratama Arhan, eks PSIS Semarang yang kini berkarier di Jepang bersama Tokyo Verdy.
Jangankan sebagai pemain utama, jadi pemain pelapis pun tidak. Pelatih asal Korea Selatan itu lebih memercayakan bek kiri Persita, Edo Febriansyah sebagai pelapis Arhan. Sebelum Edo, ada bek kiri Barito Putera, Miftah Anwar Sani. Bek kiri Arema FC, Johan Alfarizi juga sempat dipanggil.
Tidak sedikit yang akhirnya ‘memberi sinyal’ kepada STY agar Fajrin kembali ke timnas. Selain unggul dari segi usia dan pengalaman, performa impresif Fajrin di musim ini bersama Bali United juga jadi dasar. Apalagi sejauh ini, pesaing Arhan di bek kiri tak begitu bersinar bersama klubnya masing-masing apabila dibandingkan dengan Fajrin.
ADVERTISEMENT
Lantas, apa spesialnya pemain berpostur 177 cm tersebut?
Kaki kiri sebagai kaki terkuatnya mungkin bisa jadi alasan pertama. Sebagai pemain bertahan, pemain berkaki kidal setidaknya sudah pasti bakal mengisi pos bek kiri atau bisa juga bek tengah sebelah kiri dalam formasi empat bek. Di Indonesia, menemukan pemain bertahan yang kidal dengan kualitas mumpuni terbilang tidak mudah.
Alasan selanjutnya, kemampuan bertahannya. Hal ini sudah pernah diakui Luis Milla ketika bereksperimen dengan menempatkan Fajrin sebagai bek tengah. “Ricky [Fajrin] memiliki kemampuan tackle dan clearance yang bersih,” ujar Milla dalam konferensi pers usai bermain imbang 1-1 lawan Thailand di SEA Games 2017 (15/8/2017).
Hal itu tercermin dari koleksi kartu kuningnya sepanjang Liga 1 2021. Ya, baru satu kartu kuning sampai pekan ke-32. Jika dijumlahkan sejak era Liga 1 2017, Fajrin tercatat hanya menerima total sebelas kartu kuning.
ADVERTISEMENT
Padahal di musim ini, Fajrin terbilang bek yang harus kerja keras mengamankan sisi kiri pertahanan Bali United. Menyitat statistik Lapangbola, rata-rata intersepnya mencapai 4,7 per laga dan 1,33 per laga untuk urusan tekel.
Kemampuan bertahannya itu ditunjang dengan kecepatannya. Stefano Cugurra mengakui kecepatan Fajrin mampu mengimbangi pemain-pemain sayap lawan yang serba cepat. “Ketika lawan Persib (pekan ke-3), dia [Ricky Fajrin] tampil bagus dalam 45 menit. Kita tahu Persib ada Febri Haryadi, winger yang sangat bagus, tapi Ricky bisa matikan Febri,” ujar Teco, sapaan akrabnya, dalam konferensi pers seusai menang 2-1 atas Persita di pekan ke-4 (24/9/2021).
Tak hanya cepat, tangguh, dan disiplin ketika bertahan, Fajrin juga jadi pemain yang berperan ketika Bali United menguasai bola. Merujuk statistik Lapangbola, 1183 umpan sukses yang dibuat Fajrin jadi yang tertinggi kelima di kompetisi. Di posisi 10 besar pemain yang banyak melepas umpan sukses, hanya ada dua pemain yang berposisi sebagai bek sayap. Selain Fajrin, ada pula bek kiri Arema FC, Johan Alfarizi dengan total 1072 umpan sukses.
ADVERTISEMENT
Terakhir, tentu saja kemampuan menyerangnya. Lapangbola mencatat rata-rata dribel suksesnya mencapai 0,43 per laga. Paling berbahaya dari atribut ofensifnya adalah umpan silang. Tiga gol yang dilesakkan Ilija Spasojevic musim ini dibantu oleh umpan silang Fajrin. Stefano Lilipaly dan Privat Mbarga juga pernah merasakan merasakan mudahnya mencetak gol ketika menerima umpan silang Fajrin.
“Pelatih [Teco] selalu bilang jangan lupa untuk bertahan dan jangan malu bantu serangan. Karena setiap umpan silang yang diberikan, di tenah sudah ada yang menunggu, antara Spaso dan pemain lain,” jelas Fajrin kepada wartawan (14/2/2022).
***
Apa yang ditampilkan Fajrin sepanjang musim ini terbilang istimewa. Tetapi, langsung menasbihkan performanya di musim 2021 sebagai puncak kemampuan Fajrin, rasanya agak sulit.
ADVERTISEMENT
September mendatang, Fajrin bakal menapaki usia ke-27. Usia matang pesepakbola. Di sepak bola Indonesia, 27 tahun masih dalam kategori “muda” karena tidak sedikit pesepakbola masih terus bermain di level tertinggi setelah melewati usia 33 tahun.
Bukan tidak mungkin, musim depan Fajrin masih bisa menampilkan grafik peningkatan. Apalagi, ia masih akan berada di Bali United sampai setidaknya akhir tahun 2023. Dengan peluang Teco tetap mengasuh Bali United dan kesempatan mentas di kompetisi Asia, penampilan istimewa Fajrin di tahun 2019 dan 2021 bakal jadi sekadar letupan biasa.
Siapa tahu, puncak performa Fajrin baru bakal terlihat di musim-musim mendatang.