Ujian Konsistensi Bastianini

Abdi Rafi Akmal
Masih kuliah di Universitas Brawijaya, sembari jadi freelancer content creator di Ruang Taktik. Pernah juga aktif sebagai wartawan kampus dan wartawan media cetak.
Konten dari Pengguna
7 Juni 2022 14:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abdi Rafi Akmal tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pembalap MotoGP 2022 dari Gresini Racing, Enea Bastianini. Sumber: Situs Resmi MotoGP
zoom-in-whitePerbesar
Pembalap MotoGP 2022 dari Gresini Racing, Enea Bastianini. Sumber: Situs Resmi MotoGP
ADVERTISEMENT
Motor tunggangan Enea Bastianini mencium gravel saat GP Catalan baru berjalan tujuh putaran. Sang penunggang yang baru saja terguling dan jatuh dari motornya, beranjak berdiri sepersekian detik kemudian. Ia mencak-mencak. Gestur kesalnya jadi sinyal bahwa Bastianini kesulitan menghadapi ujian bernama konsistensi.
ADVERTISEMENT
Sebelum jatuh di GP Catalan, Bastianini juga gagal finis atau DNF di GP Italia. Ia tersungkur pada putaran ke-13. Dengan kata lain, pembalap asal Italia itu tidak mengemas sebiji poin pun dari dua seri terakhir.
Catatan buruknya belum berhenti di sana. Bastianini juga menyudahi balapan lebih cepat pada GP Portugal. Dengan begitu, Bastianini telah mencatatkan tiga kali DNF dari sembilan seri MotoGP 2022.
Banyak yang menyayangkan kegagalan Bastianini menuntaskan balapan. Mungkin kalau dia pembalap yang biasa-biasa saja, tidak banyak sahut-sahutan yang mengudara. Masalahnya, ia adalah pembalap yang ‘lebih dari biasa’, terutama di musim ini.
Bastianini sempat memimpin puncak klasemen pembalap pada seri pertama dan seri keempat. Keberhasilannya memuncaki klasemen tidak lepas dari kemenangan yang diraih pada GP Qatar dan GP Amerika. Ia menambah satu lagi koleksi kemenangannya di musim ini saat finis paling pertama pada GP Prancis.
ADVERTISEMENT
Namun, apa artinya jika total 75 poin kombinasi dari tiga kemenangan itu bersanding dengan tambahan nol poin dari kegagalan menuntaskan tiga balapan?
Padahal, selain memperjuangkan kemenangan, ia juga harus menjaga penampilannya agar tetap stabil. Resep ini yang digunakan Fabio Quartararo (Monster Energy Yamaha) dan Aleix Espargaro (Aprilia Racing). Mereka jadi dua pembalap yang berada di atas Bastianini di papan kasemen.
Quartararo, pemuncak klasemen setelah seri sembilan GP Catalan, baru mencatat dua kemenangan. Tetapi karena konsisten finis di zona poin, ia kini berhasil mengumpulkan 147 poin atau berselisih 53 angka dari Bastianini. Espargaro yang berada di posisi kedua klasemen saja, baru sekali meraih kemenangan.
***
Ducati Lenovo adalah tim pabrikan Ducati di MotoGP 2022. Selain itu, ada empat tim lain yang menggunakan Ducati untuk mentas di MotoGP musim ini. Di antaranya Pramac Racing, Mooney VR46, Gresini Racing, dan Aruba.it.
ADVERTISEMENT
Motor yang digunakan bervariasi. Ada pembalap yang menggunakan Ducati Desmosedici GP-22 atau seri terbaru. Ada juga yang masih menunggangi seri tahun lalu, yaitu Ducati Desemosedici GP-21. Nah, Bastianini yang sekarang membalap untuk Gresini Racing memakai motor seri tahun lalu.
Meski ada perbedaan seri, seluruh motor Ducati teruji sangat cepat di musim ini. Buktinya, selain Aruba.it, empat tim yang menggunakan Ducati telah mencatatkan lebih dari 50 poin di klasemen tim. Maka sebetulnya tinggal bagaimana keahlian pembalap dan penyesuaian spesifik untuk membuat motor jadi sangat kencang di setiap balapan.
Dan benar saja, Bastianini membuktikannya di seri pembuka MotoGP 2022. Ia mengagetkan publik dengan mencatat waktu tercepat kedua di kualifikasi. Padahal di musim sebelumnya, pembalap yang baru dua musim di MotoGP itu paling banter cuman berada di posisi sembilan. Bastianini mempertahankan kegarangannya itu sampai balapan utama. Ia bahkan mampu melewati pembalap kaliber Marc Marquez.
ADVERTISEMENT
Euforia itu rupanya bertahan singkat. Tidak ada lagi sorak sorai orang-orang terhadap Bastianini di dua seri berikutnya. Bastianini hanya finis di posisi ke-11 pada GP Indonesia dan posisi ke-10 pada GP Argentina.
Sempat nyaris terlupakan begitu saja, Bastianini mencuat pada GP Amerika sebagai seri keempat. Bastianini kembali menyabet kemenangan dibarengi dengan catatan fastest lap.
Apa yang dicapai Bastianini memang luar biasa. Selagi tim pabrikan Ducati Lenovo masih terus melakukan penyesuaian pada motornya, Gresini Racing sebagai tim satelit menggebrak di awal musim. Bastianini yang mengendarai Ducati Desmosedici GP-21 pun tampak nyaman mengerahkan kekuatan maksimal motornya.
Maka, ketika Bastianini meraih kemenangan ketiganya di GP Prancis lalu, kesimpulan awal yang didapat ada dua. Pertama, Ducati memang moncer di lintasan, terutama dalam soal mencapai top speed. Kedua, Bastianini adalah pembalap potensial yang baru berusia 24 tahun.
ADVERTISEMENT
Peluang untuk terus bersaing di barisan terdepan terbuka lebar. Gresini tidak lagi hanya berkompetisi dengan sesama tim yang menggunakan motor Ducati, tetapi juga dengan tim-tim pabrikan lain, seperti Yamaha, Suzuki, dan Aprilia.
Namun, ada satu kendala yang merintangi. Ya, Bastianini belum akrab-akrab amat dengan konsistensi. Di samping tiga kali kemenangan, Bastianini juga telah mencatatkan tiga kali DNF.
Kegagalan tersebut pun sedikit banyak dipengaruhi pengalaman dan kemampuan Bastianini. Entah itu salah ambil keputusan, terlalu terburu-buru, atau tiba-tiba kehilangan feeling dengan penguaaan motornya.
Di sirkuit Portimao, Portugal, misalnya. Bastianini tampil sangat apik sejak awal balapan. Posisinya merangsek cepat. Hanya saja, kesalahan perhitungan saat hendak melewati Pol Espargaro yang ada di depannya membuatnya berakhir di gravel. “Saya mendorong agak lebih keras dan membuat kesalahan. Saya terjatuh,” aku Bastianini (27/4/2022).
ADVERTISEMENT
Di sirkuit Mugello, Italia, Bastianini juga salah perhitungan. Ia menempel terlalu dekat dengan Aleix Espargaro yang ada di depannya. Sampai akhirnya ia terseret ke dalam ruang vakum slipstream yang ada di belakang motor Espargaro dan membuatnya hilang kendali saat menikung. “Saat pengereman, saya mengambil risiko, saya mengerem selayaknya saat melaju sendirian,” ujar Bastianini (30/5/2022).
Terakhir saat membalap di Sirkuit Catalunya, Bastianini tersungkur saat sedang tidak mengejar siapapun. Ya, ia kehilangan feeling dengan bagian depan motornya sehingga gagal menikung sempurna. “Saya tidak tahu pasti kenapa, tapi saya kehilangan cengkraman di bagian depan motor saat belok kiri,” jelas Bastianini (5/6/2022).
Oleh karena itu, ia tampak begitu kesal setelah terjatuh. Jika saja ia lebih fokus menguasai kendaraannya, hal-hal semacam ini bisa diantisipasi.
ADVERTISEMENT
***
Musim 2021 atau musim perdananya mentas di MotoGP, Bastianini bukan siapa-siapa. Status juara Moto2 musim 2020 yang tersemat tampak tidak begitu memberi arti. Bastianini harus rela bersaing di papan tengah dengan mengendari bukan motor tercepat.
Hal yang teramat wajar bagi siapapun. Persaingan di MotoGP terbilang ketat. Tidak semua yang pernah membalap di kelas tertinggi balap motor itu pun sempat merasakan manisnya sampai mereka berhenti. Jadi musim 2022 atau musim keduanya Bastianini jelas adalah waktu yang masih singkat buatnya untuk bisa unjuk kebolehan.
Namun, pencapaiannya di awal musim 2022 seolah seperti mimpi yang terlalu cepat terwujud. Bastianini bahkan bisa memantati eks juara dunia di papan klasemen, seperti Fransesco Bagnaia, Joan Mir, sampai Marc Marquez.
ADVERTISEMENT
Tidak salah jika kemudian orang-orang mulai berharap banyak, bahkan lebih, kepada Bastianini. Bastianini melesat begitu cepat di atas kuda besinya. Apabila memang sudah ditakdirkan, Bastianini bisa saja meneruskan kembali hegemoni yang pernah Valentino Rossi, sebagai sesama pembalap asal Italia, lakukan selama di MotoGP.
Meski demikian, publik tahu bahwa Bastianini masih jauh dari pencapaian super ‘gila’ itu. Ujian awal Bastianini agar ekspektasi orang-orang tidak terlampau jauh adalah menunjukkan kualitasnya di musim 2022 ini. Salah satunya dengan belajar konsisten.