SEMBAKO MEROKET MENJELANG RAMADHAN DAN LEBARAN

Abdul Hamid Al-mansury
Alumni PP. Darul Ulum Banyuanyar Alumni IAI Tazkia Pengurus BPL PB HMI
Konten dari Pengguna
9 Juni 2018 0:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abdul Hamid Al-mansury tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
SEMBAKO MEROKET MENJELANG RAMADHAN DAN LEBARAN
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dari tahun ke tahun sering kita ketahui melalui berbagai media massa setiap menjelang bulan Ramadhan sampai menjelang Idul Fitri harga sembako naik. Negara kita terkenal dengan bahan pokok, mustahil rasanya apabila harga sembako harus meroket. Setiap bulan Ramadhan ummat Islam rajin memberikan makanan pada waktu berbuka puasa, sahur gratis, dan zakat fitrah berupa beras (makanan pokok masyarakat Indonesia), ini dikarenakan filantropi, kesunnahan dan kewajiban menurut ajaran Islam serta adanya Tunjangan Hari Raya (THR) yang membuat daya beli masyarakat naik, sehingga permintaan (demand) terhadap sembako meningkat. Disinilah teori demand dan supply (penawaran) untuk mencari keseimbangan harga (price) tidak berlaku lagi disebabkan tangan-tangan tak bertanggung jawab yang mengakibatkan naiknya harga sembako melambung tinggi. Maka, harus ada peran pemerintah agar harga sembako tetap seimbang secara wajar.
ADVERTISEMENT
Ada tiga hal yang mendasari permasalahan ini. Pertama, Sifat sembako yang merupakan bahan pokok atau bahan dasar seperti beras, minyak, bawang, cabai, rempah-rempah dan lain sebagainya. Jika kita lihat secara rinci, bahan pokok akan memiliki biaya logistik yang mahal seperti transportasi, gudang, dan lain sebagainya karena sifatnya sebagai bahan dasar.
Kedua, seperti dijelaskan pada paragraf peratama, dengan adanya permintaan terhadap sembako meningkat. Maka, momen ini digunakan oleh para pedagang untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya atau dengan kata lain aji mumpung. Meningkatnya permintaan (demand) harus diimbangi dengan persediaan (stock/supply) sehingga tercipta keseimbangan demand dan supply yang pada akhirnya menciptakan keseimbangan harga (price). Akan tetapi, para pedagang yang culas mencoba mempermainkan pasar dengan cara menahan barang untuk menciptakan Illusion Shortage (ilusi kekurangan), sehingga harga barang naik dan barang yang ditahan akan dijual ketika harga sudah naik.
ADVERTISEMENT
Ketiga, mafia, permasalahan mafia di Indonesia sudah sangat kronis. Pemerintah susah untuk memberantasnya dikarenakan mental korup para pejabat pemerintah dengan mudah disogok dan iming-iming lainnya dari para mafia, sehingga para mafia dengan mudah mempermainkan harga dan rakyat dibuat tidak berdaya karena mafia memiliki rantai sembako mulai dari hulu hingga hilir. Praktek mafia bermacam-macam, ada yang menimbun atau menahan barang, menyulap kualitas barang, cara pengiriman barang yang berputar-putar dan lain sebagainya.
Dalam mengentaskan permasalahan diatas terkadang pemerintah melakukan operasi pasar. Operasi pasar dilakukan ketika harga bahan pokok melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET), tetapi akan salah kebijakan operasi pasar apabila bahan pokok yang digunakan adalah hasil impor, ini akan mengecewakan produsen lokal dan mengalami kerugian. Akibat jangka panjangnya produksi lokal gulung tikar.
ADVERTISEMENT
Seperti dilansir detik.com Sabtu, 26 Desember 2015 dalam menyikapi permasalahan diatas agar harga sembako tetap stabil adalah dengan cara pemerintah memastikan dan melakukan pemetaan wilayah pangan nasional, yakni, pembangunan sub-sub sembako disetiap sentra produksi dan konsumsi yang dikoneksikan dengan transportasi massal serta pembangunan industri-industri dekat dengan bahan baku yang pada akhirnya mampu menekan biaya logistik dan meningkatkan daya saing. Selanjutnya memastikan kelancaran jalur distribusi dari petani didaerah produksi pangan hingga ke pasar tradisional. Untuk itu harus ada kerjasama lintas kementrian terkait hingga kepolisian
Berkat kemajuan teknologi yang tidak dapat dibendung menghasilkan digital ekonomi. Digital ekonomi ini dipraktekkan pertama kali di Indonesia oleh Pasar Induk Nusantara (PIN), PIN dapat menerima dan mengirim bahan pokok dari seluruh pelosok nusantara. ini sangat efektif dalam menghadapi permasalahan ilusi kekurangan oleh pedagang culas dan permainan pasar oleh mafia.
ADVERTISEMENT
Abdul Hamid Al-Mansury
Kabid PA HMI Cabang Bogor