Konten dari Pengguna

Maraknya Pelecehan Seksual, Perlukah Seks Edukasi?

Abdul Kifli alwi
Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Pamulang
3 Januari 2022 18:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abdul Kifli alwi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi (pexels/Dainis Graveris)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi (pexels/Dainis Graveris)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kasus pelecehan seksual telah menjadi bagian tak terpisahkan bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Pelecehan dan kekerasan seksual menjadi topik hangat di Indonesia dalam beberapa bulan terakhir, peristiwa mengerikan kekerasan seksual terjadi di sektor pendidikan. Bahkan, di ruang lingkup pesantren yang  merupakan sekolah nilai agama yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Menteri Pendidikan Republik Indonesia bergerak cepat dengan mengeluarkan peraturan permendikbud nomor 30 Tahun 2021 tentang pencegahan dan pengendalian kekerasan seksual.
Faktor penyebab terjadinya kekerasan seksual karena Minimnya edukasi tentang pendidikan seks dan kekerasan seksual, rendahnya kesadaran masyarakat akan hak anak, rendahnya pendidikan, kepribadian keluarga, lemahnya sistem hukum, dan tingginya tingkat kriminalitas bisa memicu banyaknya korban. Anak-anak beresiko menjadi korban kekerasan seksual lebih besar jika tidak dibekali edukasi yang cukup.
Namun, perlukah pendidikan seksual anak sejak dini?
Hal ini diperlukan agar mereka mengetahui bagaimana perilaku seksual yang sehat serta mencegah terjadinya pelecehan seksual. Jangan sampai anak terlanjur mendapatkan informasi yang kurang tepat seputar seks dari sumber yang tidak dapat dipercaya, misalnya teman sebaya atau internet.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut karena dengan semakin terbukanya berbagai informasi yang dapat diakses di Internet, sangat mungkin bagi sebagian besar anak-anak dan remaja untuk menggunakannya sebagai media untuk memuaskan rasa ingin tahu mereka tentang seks.
Anak juga perlu tahu bahwa sebagai orangtua, harus bisa diajak berdiskusi seputar topik tersebut. Ketika anak sudah diberikan edukasi seks atau pendidikan seksual sejak dini, di masa remaja ia pun tidak merasa canggung dan lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
Pendidikan seks anak usia dini menjadi penting karena banyak kasus kekerasan seksual terhadap anak di masyarakat. Di Indonesia banyak orang tua acuh tak acuh dan tidak berperan aktif.
Situasi tersebut karena masih banyak keluarga dan guru yang menganggap tidak tepat menyampaikan pengetahuan tentang seks edukasi kepada anak karena dianggap tabu atau tidak layak kepada anak-anak, karena dikawatirkan anak akan mengenal perilaku seks sejak dini. Padahal anak seharusnya diberikan dari awal untuk mencegah terjadinya pelecehan seksual, Dengan begitu, anak yang memiliki pengetahuan seksual dapat dengan mudah dan berani mencegah pelecehan seksual.
ADVERTISEMENT
Bentuk pelecehan seksual tidak hanya kontak fisik, tetapi juga non fisik dan verbal, seperti menunjukkan alat kelamin kepada anak, membuat anak menunjukkan alat kelamin, dan ancaman. Karena pelecehan seksual pada anak menyebabkan trauma pada anak, maka perlu diberikan pendidikan psikoedukasi seksual sejak dini untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual pada anak.
Lalu, apa psikoedukasi seksual?
Psikoedukasi seksual yaitu upaya untuk memperdalam pemahaman anak tentang perbedaan gender dan pelecehan seksual. Psikoedukasi adalah bahasa yang sederhana dan dapat dilakukan sesuai dengan perkembangan anak. Misalnya, gunakan alat untuk memutar video, foto, dan cerita untuk membantu anak menyerap informasi.
Oleh karena itu setiap anak harus diberi pengetahuan akan seks agar anak mengerti dan memahami peran dan jenis kelaminnya. Edukasi formal mengenai seksual kepada tenaga pendidik dan peserta didik, diperlukan untuk mengantisipasi tindakan pelecehan seksual. Pemberian edukasi seks juga dapat dilakukan dengan penyampaian yang menyesuaikan jenjang pendidikan setiap peserta didik.
ADVERTISEMENT