Konten dari Pengguna

Sastra untuk Generasi Z: Karya Populer yang Menggugah Minat Baca

Abdul Kifli alwi
Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Pamulang
20 Oktober 2024 17:22 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abdul Kifli alwi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://pixabay.com/id/photos/kota-tokyo-sastra-candi-666096/
zoom-in-whitePerbesar
https://pixabay.com/id/photos/kota-tokyo-sastra-candi-666096/
ADVERTISEMENT
Sastra populer terus berkembang dan menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari, khususnya bagi Generasi Z. Generasi yang tumbuh di era digital ini memiliki selera yang berbeda dalam menikmati karya sastra. Buku-buku dan cerita tidak lagi hanya terbatas pada lembaran kertas, tapi juga hadir di layar ponsel dan media sosial. Lalu, apa sebenarnya sastra populer itu?
ADVERTISEMENT
Sastra populer adalah karya tulis yang dibuat untuk konsumsi luas dengan bahasa yang mudah dipahami dan cerita yang biasanya dekat dengan kehidupan sehari-hari. Berbeda dengan sastra tinggi yang kerap dianggap berat dan memerlukan analisis mendalam, sastra populer lebih fokus pada hiburan dan emosi pembaca. Contoh paling mudah adalah novel-novel teenlit, chicklit, atau bahkan cerita-cerita di platform seperti Wattpad. Karya seperti Dear Nathan karya Erisca Febriani, yang bercerita tentang kehidupan remaja dengan segala dinamika percintaan, sangat digemari oleh Generasi Z karena menggambarkan realitas yang mereka kenali.
Ciri utama sastra populer adalah keterbukaannya terhadap berbagai kalangan. Penulis sastra populer tidak membatasi karyanya hanya untuk kalangan akademis atau pembaca berpengalaman, melainkan untuk siapa saja yang mencari hiburan atau ingin melepas penat melalui cerita yang ringan dan menyentuh. Ciri lainnya adalah plot yang mudah dipahami, konflik sederhana namun menarik, serta tokoh yang relatable. Penggunaan bahasa sehari-hari juga menjadi kunci agar cerita lebih dekat dan mudah dicerna oleh pembaca, terutama oleh generasi muda yang terbiasa dengan komunikasi instan di media sosial.
ADVERTISEMENT
Salah satu hal yang membuat sastra populer begitu diminati adalah kemampuannya untuk menggabungkan unsur-unsur modern dalam penceritaan. Banyak novel atau cerita yang mengangkat tema cinta, persahabatan, hingga perjuangan hidup di era media sosial, seperti yang tergambar dalam novel Dilan 1990 karya Pidi Baiq. Di sini, elemen-elemen kehidupan remaja yang akrab dengan media sosial dan teknologi ditampilkan, menjadikannya lebih relevan dengan keseharian Generasi Z.
Pengaruh sastra populer terhadap Generasi Z tidak bisa dipandang sebelah mata. Karya-karya ini berperan dalam membentuk cara pandang, nilai-nilai, dan gaya hidup mereka. Dengan menghadirkan tokoh yang inspiratif atau kisah yang emosional, sastra populer sering kali menjadi sumber motivasi bagi pembacanya. Misalnya, novel Mariposa karya Luluk HF yang mengisahkan kisah romantis yang berlatar di sekolah menengah atas (SMA). Kisah ini mengikuti petualangan seorang gadis SMA bernama Natasha Kay Loovi, atau yang lebih dikenal sebagai Acha, dalam mengejar cinta seorang laki-laki bernama Iqbal.
ADVERTISEMENT
Selain itu, sastra populer juga memiliki kemampuan untuk mengajak generasi muda kembali menyukai membaca. Melalui cerita yang ringan, mudah dipahami, dan menyentuh kehidupan sehari-hari, Generasi Z menemukan bahwa membaca bukanlah kegiatan yang membosankan atau sulit. Platform seperti Wattpad dan media sosial seperti TikTok dengan tren #BookTok, memperkenalkan kembali dunia buku dengan cara yang lebih interaktif dan dekat dengan keseharian mereka.
Sastra populer tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga bisa menjadi media refleksi sosial. Banyak karya yang mengangkat isu-isu penting seperti perundungan, depresi, hingga permasalahan keluarga, yang relevan dengan pengalaman Generasi Z. Hal ini membuat mereka tidak hanya sekadar membaca, tetapi juga merenungkan dan membicarakan masalah-masalah yang mereka hadapi secara langsung atau tidak langsung.
ADVERTISEMENT
Perkembangan teknologi juga memungkinkan sastra populer berkembang menjadi bentuk-bentuk lain, seperti film dan serial televisi. Adaptasi film dari novel-novel populer seperti Dear Nathan atau Dilan 1990 memperkuat daya tarik sastra populer di kalangan Generasi Z. Mereka tidak hanya menikmati cerita melalui teks, tetapi juga visualisasi yang lebih hidup dan dramatis, yang semakin memperkaya pengalaman sastra.
Di sisi lain, perkembangan platform digital juga membuat batas antara penulis dan pembaca semakin kabur. Penulis-penulis sastra populer kini bisa langsung berinteraksi dengan pembaca melalui komentar, ulasan, atau bahkan polling di media sosial. Hal ini menciptakan komunitas pembaca yang lebih aktif dan terlibat, di mana Generasi Z merasa punya peran dalam menentukan alur cerita atau nasib karakter dalam sebuah karya.
ADVERTISEMENT
Dengan segala kemudahan akses dan relevansi yang ditawarkan, tidak heran jika sastra populer terus menggugah minat baca Generasi Z. Karya-karya ini menjadi jembatan antara dunia literasi dan gaya hidup digital yang mereka jalani, membawa mereka masuk ke dunia cerita dengan cara yang lebih modern, cepat, dan interaktif. Sastra populer, dalam bentuk apapun, akan selalu menemukan tempat di hati Generasi Z.