Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Mengapa Banyak Keturunan China yang Sukses?
3 Desember 2019 17:40 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Abdul Latif tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebuah pengalaman berjumpa langsung dengan orang-orang keturunan China yang saat ini sukses membangun bisnis mebel di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kebetulan beberapa waktu lalu saya berkunjung ke Vietnam bersama rombongan pengusaha mebel Indonesia, atau dalam bahasa formalnya adalah Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Tangan Indonesia (Himki).
Sebagian anggota dari Himki adalah orang-orang keturunan China. Mereka sangat baik dan ramah selama perjalanan. Padahal kami baru saja mengenal satu sama lain.
Dari keramahan yang mereka tunjukkan membuat saya penasaran. Penasaran saya mungkin akan mewakili sebagian orang-orang yang seringkali bertanya-tanya, kenapa orang-orang keturunan China di Indonesia sebagian besar sukses? Ya, meskipun tidak bisa dipungkiri tidak semua orang keturunan China sukses.
Carlo, salah satu anak dari pengusaha Himki yang saat ini sukses melanjutkan bisnis orang tuanya menjelaskan beberapa faktor yang membuat dirinya sangat tertarik untuk melanjutkan bisnis orang tuanya. Padahal, tidak sedikit anak-anak yang enggan meneruskan bisnis orang tuanya.
ADVERTISEMENT
Ia mengaku sudah diperkenalkan bisnis orang tuanya sejak usia 5 tahun. Pada saat usia itu ia sudah mulai berkumpul di lingkungan usaha milik orang tuanya.
“Jadi dari usia 5 tahun saya ini sudah mulai diperkenalkan usaha punya mama sama papa. Pada saat itu saya dibayar setiap hari,” katanya pada saat kami bertemu di Vietnam, (26/11).
Carlo bilang, orang tuanya memang sangat mempengaruhi setiap keputusan hidupnya. Bahkan ia rela untuk terus bekerja hingga SMA.
“Tapi pada saat itu kita kan juga merasa jenuh. Dari kecil sudah diajak kerja. Jadi pas SMA itu saya bekerja hanya setengah hari. Selanjutnya saya bermain bersama teman-teman,” jelasnya.
Pikiran saya langsung terbuka dengan penjelasan sederhana dari Carlo. Dari hal sederhana ini menurut saya sangat berdampak hingga Carlo dewasa.
ADVERTISEMENT
Hanya saja saya tertarik untuk terus bertanya seperti perkara pendidikan yang membuatnya menjadi tertarik untuk melanjutkan bisnis orang tuanya.
Salah satu rahasia lain yang ia utarakan yaitu orang tuanya sangat peduli dengan pendidikan. Orang tuanya menyekolahkan di salah satu sekolah internasional di Indonesia.
Di sana tentu saja ada kurikulum yang berbeda dengan sekolah di Indonesia pada umumnya. Sehingga karakter pendiriannya pun juga akan berbeda dengan siswa-siswa di Indonesia pada umumnya.
“Jadi SMP dan SMA saya di Raffles School. lalu S1 juga harus lanjut di universitas yang sama di Singapura,” jelasnya.
Lalu apa yang Carlo dapat dengan berkuliah di luar negeri?
Ia mengaku lebih sering mendapat tugas presentasi. Waktu kuliah dari jam 9 pagi hingga pukul 5 sore. Dosennya selalu memberikan tugas project setiap hari, dengan demikian tak heran jika dia melakukan presentasi hampir setiap hari.
ADVERTISEMENT
Sisi positifnya adalah Carlo terbiasa berkomunikasi secara personal maupun di depan banyak orang. Skill komunikasinya sangat bagus. Hal ini membuatnya lebih mudah mendapatkan konsumen.
Ia pun bilang jika saat sekolah di Singapura membuatnya lebih percaya diri dalam memasarkan produk. Bahkan ia rela melakukan pemasaran secara door to door, dari perusahaan satu ke perusahaan lainya. Ia menyarankan dalam melakukan pemasaran sebaiknya secara door to door.
“Karena terkesan lebih menghargai konsumen,” jelasnya.
Selain dari pendidikan berbisnis sejak dini hingga pendidikan yang terbaik, orang tuanya juga kerap mengajaknya untuk berkunjung ke pameran-pameran mebel. Pameran mebel dari yang lokal hingga internasional.
Hingga kini Carlo pun mendirikan sebuah perusahaan desain interior di Bali. Orang tuanya fokus dalam produksi mebel. Sementara Carlo fokus untuk melakukan inovasi produk-produk orang tuanya. Menariknya saat ini bisnis Carlo dan orang tuanya cukup sukses untuk ekspor ke berbagai negara seperti Amerika Serikat (AS), Australia, New Zealand dan negara-negara lainnya.
ADVERTISEMENT
Pesan moral yang bisa diambil bagi kalian yang menginginkan anaknya kelak untuk melanjutkan bisnis keluarga.
Ada opini, saran dan komentar? Monggo, dipersilahkan.