Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Streotip Negatif Santri: Mengungkap Potensi Dan Kompetensi Si Era Kontemporer
21 Oktober 2024 15:03 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Abdul Muhyi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sudut Pandang Masyarakat
ADVERTISEMENT
Streotip negatif yang melekat pada sosok santri sebagai individu yang terbelakang, tidak kompeten dan kurang memiliki prospek di dunia kerja masih sering muncul dikalangan masyarakat. Pandangan ini secara tidak langsung membentuk stratifikasi sosial, di mana santri dipandang lebih rendah dibandingkan dengan individu yang memiliki pendidikan formal tinggi. Fenomena ini didasarkan pada asumsi bahwa pendidikan yang diterima santri terbatas pada pendidikan agama dan jarang melibatkan pendidikan formal yang memadai untuk bersaing di dunia kerja.
ADVERTISEMENT
Santri sering kali dianggap hanya menghabiskan waktu untuk mengaji, tanpa memiliki gelar akademik atau keterampilan praktis sebagai bekal untuk memasuki dunia kerja. Stereotip ini juga berdampak pada pandangan sosial terhadap santri pada konteks pernikahan, di mana tidak sedikit orang tua yang merasa enggan menikahkan anak mereka yang berpendidikan tinggi dengan seorang santri. Kekhawatiran mereka bahwa pernikahan dengan santri akan membawa kehidupan yang tidak sejahtera adalah cerminan dari persepsi yang keliru tentang kapasitas santri dalam beradaptasi dengan kehidupan modern dan mencapai kesuksesan.
Namun, untuk memperbaiki citra santri di mata masyarakat, tembok stereotip ini perlu diruntuhkan melalui pemahaman yang lebih mendalam tentang peran dan potensi santri di era kontemporer. Santri tidak hanya belajar agama, tetapi juga dilatih dengan berbagai keterampilan yang bermanfaat bagi kehidupan mereka di masa mendatang. Misalnya, banyak pondok pesantren yang menawarkan program pelatihan keterampilan seperti menjahit, berwirausaha, membuat kerajinan, bahkan mengelola peternakan. Hal ini menunjukkan bahwa santri sebenarnya memiliki kesempatan untuk mengembankan hard skill yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja modern.
ADVERTISEMENT
Banyak pesantren modern yang berkembang secara signifikan, dengan menawarkan pendidikan formal yang terintegritas dengan pendidikan agama. Santri yang menempuh pendidikan di pondok pesantren modern memiliki banyak kesempatan untuk mengikuti kurikulum formal setara dengan sekolah umum, sekaligus mendapatkan pemahaman agama yang mendalam. Hal ini mempersiapkan santri untuk berkompetisi di dunia kerja sekaligus menyeimbangkan ilmu pengetahuan duniawi dan ukhrawi. Bahkan, banyak santri yang melanjutkan studi mereka ke perguruan tinggi sambil tetap menjalani kehidupan di pesantren. Ini menunjukkan bahwa stigma santri sebagai individu yang terbelakang secara akademik tidak lagi relevan dengan realitas di lapangan.
Peran Pemerintah Untuk Pondok Pesantren
Pemerintah juga memiliki peran penting dalam mendukung perkembangan santri melalui berbagai program, salah satunya adalah beasiswa khusus santri. Program ini memberikan peluang bagi santri untuk melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi, baik di dalam maupun luar negeri. Dukungan pemerintah terhadap santri juga terlihat melalui penetapan Hari Santri Nasional setiap tanggal 22 Oktober, yang menjadi pengakuan atas kontribusi santri terhadap bangsa dan negara.
ADVERTISEMENT
Selain itu, dalam konteks pendidikan Islam kontemporer santri harus mampu mengimplementasikan ilmu agama dan keterampilan yang mereka miliki untuk kontribusi di masyarakat luas. Keilmuan agama yang dipelajari di pesantren tidak hanya berorientasi pada dunia, tetapi juga pada akhirat. Santri dibekali dengan pemahaman moral dan spiritual yang kuat, yang seharusnya menjadikan mereka individu lebih unggul dalam hal integritas, disiplin dan kontribusi sosial. Oleh karena itu, pandangan masyarakat yang merendahkan santri hanya karena fokus mereka pada pendidikan agama perlu direvisi.
Santri adalah calon penerus ulama yang memiliki peran strategis dalam menjaga moralitas dan nilai-nilai islam di masyarakat. Mereka tidak hanya berkompeten dalam hal agama, tetapi juga memiliki kemampuan praktis dan pengetahuan yang relevan dengan kehidupan modern. Dengan mengatasi stereotip negatif dan mengapreasiasi potensi santri secara objektif, masyarakat dapat melihat bahwa santri adalah individu yang mampu bersaing dalam berbagai bidang, baik di tingkat lokal maupun global.
ADVERTISEMENT
Pentingnya meruntuhkan stereotip negatif terhadap santri juga didorong oleh realitas bahwa pendidikan di pondok pesantren telah mengalami evolusi yang signifikan seiring perkembangan zaman. Saat ini, banyak pesantren yang mengadopsi pendekatan pendidikan yang lebih inklusif dan modern, tanpa meninggalkan esesnsi dari pendidikan agama yang menjadi fondasinya. Pesantren-pesantren modern ini tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga melibatkan kurikulum yang mencakup mata pelajaran umum seperti matematika, sains, Bahasa, dan teknologi informasi. Dengan demikian, santri tidak lagi terbatas pada pemahaman agama semata, tetapi juga dibekali dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk bersaing dalam dunia yang semakin kompetitif.
Tranformasi Pesantren
Transformasi ini juga memperlihatkan bahwa pesantren telah menjadi intitusi yang lebih terbuka terhadap perkembangan sosial dan ekonomi. Salah satu perubahan signifikan adalah adanya program kewirausahaan yang dirancang untuk membekali santri dengan keterampilan ekonomi kreatif. Program ini menjadi jembatan penting bagi santri untuk tidak hanya memahami agama, namun juga berperan aktif dalam dunia ekonomi. Pesantren yang memiliki unit-unit usaha seperti koperasi, pertanian dan kerajinan telah menunjukkan bahwa santri bisa berpartisipasi dalam sektor ekonomi secara langsung, menghilangkan persepsi bahwa mereka hanya mengandalakan kehidupan yang pas-pasan.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya dalam aspek ekonomi, santri juga mendapatkan pendidikan karakter yang kuat melalui sistem disiplin yang diterapkan di pesantren. Pengembangan karakter ini menjadi salah satu keunggulan yang jarang ditemukan dalam pendidikan formal konvensional. Nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, kerja keras dan solidaritas yang ditanamkan di pesantren membentuk santri sebagai individu yang siap menghadapi tantangan hidup dengan integritas tinggi. Hal ini sangat penting ditengah krisis moral yang sering kali terjadi di masyarakat luas. Seharusnya, masyarakat melihat santri sebegai sosok yang tidak hanya memiliki kapabilitas intelektual tetapi juga sebagai figure teladan moral.
Dengan dukungan pemerintah melalui berbagai kebijakan yang memperhatikan kesejahteraan santri, seperti program beasiswa santri serta pengakuan resmi peran santri dalam pembangunan nasional melalui Hari Santri Nasional. Sudah sepatutnya stereotip negatif terhadap santri diubah. Santri bukan hanya sebatas bagian dari komunitas keagamaan yang tertutup dari dunia luar, mereka adalah calon pemimpin yang dapat memberikan kontribusi nyata dalam bidang sosial, ekonomi dan pendidikan. Peran ini penting untuk disadari, terutama dalam konteks pendidikan Islam kontemporer yang menuntut integritas antara keilmuan agama dan kompetensi dunia modern.
ADVERTISEMENT
Stereotip negatif yang selama ini melekat pada santri tidak sesuai dengan kenyataan bahwa mereka memiliki kemampuan yang relevan dan siap bersaing di dunia modern. Melalui pendidikan yang komperensif di pesantren, santri mendapatkan bekal ilmu agama dan ketrampilan praktis yang dapat membantu mereka mencapai kehidupan yang sejahtera dan berkontribusi pada masyarakat. Selain itu, dukungan dari pemerintah melalui program-program pendidikan, serta kemajuan pesantren modern yang menyatukan pendidikan formal dan agama, menjadi bukti bahwa santri memiliki masa depan yang cerah.