Konten dari Pengguna

Refleksi K3 Sedunia: Pekerja Informal di Persimpangan Jalan Digital

Abdul Mukhlis
Pemerhati Sosial Politik dan Kebijakan Publik
29 April 2025 16:39 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abdul Mukhlis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Gambar: Pekerja Informal tengah melihat dua sisi berbeda yang menggambarkan kondisi yang dilematis
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Gambar: Pekerja Informal tengah melihat dua sisi berbeda yang menggambarkan kondisi yang dilematis
Refleksi Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Sedunia kembali mengingatkan kita pada lanskap ketenagakerjaan Indonesia yang unik. Di balik gemerlap sektor formal, terdapat mayoritas angkatan kerja – sekitar 59% – (data dari BPS: BOOKLET SAKERNAS FEBRUARI 2024:16) yang menggantungkan hidup pada sektor informal. Ironisnya, perlindungan K3 bagi kelompok pekerja ini seringkali luput dari radar regulasi dan intervensi konvensional. Namun, di tengah tantangan yang mengakar, hadir sebuah harapan baru: era digital dengan segala inovasi kecerdasan buatan (AI) dan digitalisasi.
ADVERTISEMENT
Debat tentang K3 di Indonesia selama ini terfokus pada implementasi sistem di pabrik dan perkantoran. Data BPJS Ketenagakerjaan hingga akhir 2024 yang mencatat ratusan ribu kasus kecelakaan kerja di sektor formal menjadi pengingat betapa pentingnya pengawasan dan regulasi.
Namun, bayangkan gunung es di bawah permukaan. Minimnya data kecelakaan dan penyakit akibat kerja di sektor informal menyiratkan kerentanan yang jauh lebih besar, mengingat kondisi kerja yang seringkali lebih berisiko dan minim pengawasan.
Jurang perlindungan ini menganga lebar karena sistem regulasi kita masih berkutat pada definisi "perusahaan" dan "hubungan kerja" formal, sehingga kesulitan menjangkau kompleksitas dan keragaman sektor informal.
Tempat kerja yang berpindah-pindah, hubungan kerja yang cair, dan ketiadaan struktur organisasi yang jelas membuat instrumen K3 tradisional menjadi kurang relevan. Akibatnya, pekerja informal menjadi kelompok yang paling rentan terhadap risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja, dengan konsekuensi tragis bagi diri mereka sendiri dan keluarga.
ADVERTISEMENT
Di tengah tantangan ini, tema Hari K3 Sedunia tahun ini, "Merevolusi Kesehatan dan Keselamatan: Peran AI dan Digitalisasi di Tempat Kerja," menawarkan perspektif yang menjanjikan. Kita berdiri di persimpangan jalan digital, di mana teknologi dapat menjadi jembatan untuk mengatasi keterbatasan metode konvensional dalam melindungi pekerja informal.

Tantangan yang Tak Terhindarkan

Keyword: Adopsi K3 Digital, pekerja platform, freelancer daring, pelaku e-commerce
Mengadopsi solusi K3 berbasis digital untuk pekerja informal bukan tanpa kendala. Kesenjangan akses dan kemampuan digital menjadi penghalang nyata. Keterbatasan ekonomi, literasi digital yang bervariasi, infrastruktur yang belum merata, serta prioritas kebutuhan yang mendesak menjadi faktor-faktor yang tidak bisa diabaikan.
Tidak setiap pekerja informal memiliki smartphone yang memadai, akses internet yang stabil, atau kemampuan untuk menggunakan aplikasi dan platform digital secara efektif.
ADVERTISEMENT
Adopsi K3 digital terhambat keragaman pekerja informal. Pertama, pekerja yang dekat dengan dunia digital (pekerja platform, freelancer daring, pelaku e-commerce) menghadapi kendala ketergantungan perangkat, variasi literasi digital, fokus ekonomi, potensi kelelahan informasi, dan relevansi konten K3.
Kedua, pekerja yang mengandalkan fisik (buruh konstruksi, buruh pasar, penjual keliling, pemulung) menghadapi tantangan lebih besar terkait keterbatasan kepemilikan perangkat, literasi digital rendah, lingkungan kerja yang tidak mendukung, prioritas kelangsungan hidup, keterbatasan bahasa dan format informasi, serta potensi kurangnya kepercayaan pada teknologi.
Memahami perbedaan ini krusial untuk merancang intervensi K3 digital yang efektif dan inklusif, seringkali memerlukan kombinasi dengan metode konvensional untuk menjangkau pekerja informal yang keterbatasan akses informasi dan literasi digital.
ADVERTISEMENT

Meraih Peluang di Era Digital

Keyword: Platform digital, Edukasi K3 digital, AI Chatbot, Pemetaan risiko berbasis lokasi
Meskipun tantangan ada, potensi AI dan digitalisasi untuk merevolusi K3 di sektor informal sangatlah besar. Setidaknya ada beberapa peluang yang dapat dilakukan seperti:
• Pengumpulan Data yang Lebih Inklusif: Platform digital dan aplikasi seluler dapat memfasilitasi pengumpulan data K3 secara partisipatif dari pekerja informal, memberikan gambaran risiko yang lebih akurat. AI dapat menganalisis data ini untuk mengidentifikasi tren dan pola.
• Edukasi dan Pelatihan yang Terjangkau dan Adaptif: Materi edukasi K3 digital yang menarik dan mudah dipahami dapat menjangkau pekerja informal secara luas. AI dapat mempersonalisasi konten berdasarkan jenis pekerjaan dan tingkat pemahaman.
ADVERTISEMENT
• Peningkatan Kesadaran dan Perubahan Perilaku: Kampanye K3 digital yang kreatif dan interaktif dapat meningkatkan kesadaran dan mempromosikan praktik kerja yang lebih aman.
• Akses ke Informasi dan Layanan: Aplikasi seluler yang didukung AI chatbot dapat menyediakan informasi K3 yang relevan dan menghubungkan pekerja dengan layanan kesehatan atau bantuan darurat.
• Pemetaan Risiko Berbasis Lokasi: Teknologi digital dapat membantu memetakan potensi risiko di berbagai lingkungan kerja informal.

Langkah ke Depan: Pendekatan yang Bijaksana dan Inklusif

Keyword: Pendekatan Bijaksana dan Inklusif, Sistem K3 yang lebih adil dan merata, Perlindungan K3
Memanfaatkan peluang digital sambil mengatasi tantangan yang ada memerlukan pendekatan yang bijaksana dan inklusif. Solusi digital perlu dirancang dengan mempertimbangkan keterbatasan pekerja informal, diintegrasikan dengan metode non-digital, dan didukung oleh upaya peningkatan literasi digital serta kemitraan strategis.
ADVERTISEMENT
Hari K3 Sedunia menjadi momentum untuk merenungkan bagaimana kita dapat merangkul revolusi digital untuk menciptakan sistem K3 yang lebih adil dan merata, menjangkau setiap pekerja informal yang selama ini berada di balik layar regulasi. Dengan inovasi, kolaborasi, dan komitmen yang kuat, kita dapat memastikan bahwa persimpangan jalan digital ini membawa perlindungan K3 yang lebih baik bagi seluruh angkatan kerja Indonesia.
foto close up penulis
Penulis:
Abdul Mukhlis, Pemerhati Sosial, Politik dan Kebijakan Publik
Konsern di isu-isu K3