Konten dari Pengguna

Food Forest, Konsep Hutan yang Menghasilkan bagi Masyarakat

Abdul Rauf Ramdhan
Sharia Economy Student at IPB University
24 Desember 2023 13:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abdul Rauf Ramdhan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pentingnya pengelolaan lahan di sekitar sungai sebagai kunci dalam menghadapi krisis iklim di Indonesia tidak dapat diabaikan. Dalam menghadapi dampak perubahan iklim yang semakin nyata, zona riparian menjadi fokus utama untuk melindungi ekosistem sungai. Pendekatan berkelanjutan, konservasi sumber daya alam, dan partisipasi aktif masyarakat diharapkan dapat memberikan solusi efektif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan membangun ketahanan ekologis dan sosial. Sebagai respons kreatif terhadap perubahan iklim, konsep "food forest" atau hutan pangan muncul sebagai solusi inovatif di Indonesia. Artikel ini akan membahas konsep tersebut dengan menekankan keberlanjutan, ketahanan pangan, dan kesejahteraan masyarakat di sekitar sungai sebagai aspek penting.
ADVERTISEMENT
Apa itu Food Forest?
Konsep Food forest atau hutan pangan adalah sebuah ekosistem yang dirancang oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya dan yang meniru sistem hutan muda yang belum matang secara lebih spesifik. Hutan pangan telah menyebar terutama di Inggris, Australia, dan Amerika Serikat. Baru-baru ini hutan pangan dianggap sebagai cara untuk mengelola lahan publik di daerah perkotaan yang didorong oleh keterlibatan masyarakat. Berbeda dengan pertanian konvensional yang bersifat monokultur, food forest melibatkan penanaman berbagai jenis tanaman yang saling mendukung dan melengkapi. Konsep ini tidak hanya mencakup tanaman makanan, tetapi juga tanaman obat, tanaman penutup tanah, dan pohon-pohon penopang.
Lahan Penanaman di sekitar sungai
Keuntungan Food Forest di Indonesia
Beberapa keuntungan penerapan konsep Food Forest ini antara lain adalah menjaga ketahanan pangan, pelestarian sumber daya alam, serta mengurangi jejak karbon didaerah tersebut. Hasil dari tanaman yang ditanam pun dapat digunakan untuk diolah menjadi suatu produk yang bernilai jual sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang hidup disekitar sungai.
ADVERTISEMENT
Selain itu, konsep Food Forest perkotaan termasuk kedalam SDGs nomor 2 (Zero Hunger) dan nomor 11 (Perkotaan dan komunitas berkelanjutan) berdasarkan Food and Agriculture Organization (FAO) pada tahun 2016. Penelitian di bidang kehutanan baru-baru ini telah meningkatkan kesadaran akan kehutanan pangan perkotaan dan peran strategis yang dimainkannya dalam perencanaan kota. Peneliti menyimpulkan bahwa hutan pangan perkotaan secara signifikan berkontribusi terhadap ketahanan pangan penduduk lokal dan penyediaan jasa ekosistem yang menyoroti nilai-nilai sosial budaya dan manfaat yang terkait dengan pencarian bahan pangan di hutan panganperkotaan. hutan dan ruang terbuka hijau.
Implementasi Food Forest di Indonesia
Proyek Hutan Pangan sudah dijalankan dibeberapa wilayah lain, sebagai contoh adalah proyek Food Forest Picasso yang dikembangkan dan dijalankan di Parma, Italia sejak tahun 2012. Proyek tersebut dirasa sudah menjadi jawaban atas krisis lingkungan, sosial, dan ekonomi di masa kini di bawah inisiatif spontan dari sekelompok warga yang telah mendapatkan kesadaran isu-isu seperti perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati dengan tujuan menciptakan laboratorium masyarakat yang terbuka dan dapat diakses untuk keberlanjutan dan ketahanan pangan di daerah tersebut.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia sendiri, salah satu daerah yang menerapkan konsep ini ada didaerah Desa Cipambuan, Sentul yang berada di sekitar sungai Cikeas. Pengelolaan lahan untuk Food Forest dilaksanakan oleh suatu perkumpulan bernama Komunitas Iklim Sungai Cikeas (KISUCI) yang beranggotakan masyarakat sekitar dengan tujuan untuk mengelola lahan yang sebelumnya tidak terurus menjadi produktif. Beberapa tanaman yang ditanam pada lahan tersebut diantaranya adalah singkong, padi, pisang, dan kopi. Tanaman-tanaman tersebut dipilih karena dapat menahan erosi didaerah pinggiran sungai serta memiliki nilai ekonomi baik dalam bentuk hasil mentah maupun hasil yang sudah diolah terlebih dahulu.
Basecamp Kommunitas Iklim Sungai Cikeas di Desa Cipambuan Sentul, Bogor (Dokumentasi Pribadi)
Dalam pelaksanaannya, perlu melibatkan masyarakat lokal dalam pendidikan dan pelatihan mengenai konsep food forest. Dengan meningkatkan pemahaman tentang prinsip-prinsip food forest, masyarakat dapat aktif terlibat dalam implementasi dan pemeliharaan sistem ini.
ADVERTISEMENT
Selain dari pihak masyarakat, dukungan kemitraan dari pihak pemerintah dan sektor swasta penting untuk mendorong implementasi food forest. Inisiatif bersama ini dapat menciptakan kebijakan yang mendukung, penyediaan modal, dan infrastruktur yang diperlukan. Hal ini juga perlu disertai dengan penelitian dan inovasi terkini agar hasil yang didapatkan dapat maksimal.
Kesimpulan
Konsep food forest bukan hanya sekadar model pertanian, tetapi juga solusi holistik dalam menangani perubahan iklim di Indonesia. Dengan membangun ketahanan pangan, melestarikan sumber daya alam, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, food forest memberikan harapan baru untuk masa depan pertanian yang berkelanjutan. Dengan dukungan bersama dari masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta, implementasi food forest dapat menjadi langkah yang signifikan dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dan ketahanan pangan di Indonesia.
ADVERTISEMENT