Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Founder BRC Bahas Ketahanan Nasional sebagai "The Fifth Discipline"
10 September 2020 17:49 WIB
Tulisan dari BRORIVAI CENTER tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Abdul Rivai Ras, Founder BRORIVAI Center (BRC) yang juga Pakar Ketahanan Nasional Universitas Indonesia menjadi salah satu Pembicara pada Seminar Nasional Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) yang dilaksanakan pada hari Kamis, 10 September 2020.
ADVERTISEMENT
Seminar Nasional yang bertema “Mencari Kesepahaman Konsep Ketahanan Nasional” diselenggarakan secara daring melalui aplikasi Zoom Meeting pada pukul 09:00 – selesai.
Abdul Rivai Ras pada Seminar Nasional tersebut memberikan materi terkait Konsep Ketahanan Nasional sebagai Disiplin Kelima atau The Fifth Discipline, suatu tinjauan paradigmatik dalam pendekatan revolusioner.
Menurutnya, Kajian Ketahanan Nasional mengalami kemajuan pesat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan (Scientific Knowledge) dan peradaban Dunia (Civilized World).
“Meskipun kajian tersebut relatif baru, dan berkembang di Indonesia, namun kajian ini sesungguhnya mempunyai kesetaraan dengan kajian – kajian yang dikembangkan oleh sejumlah negara di dunia berdasarkan pendekatan interdisiplin,” ujarnya
Adapun upaya pengembangan kajian ketahanan nasional tidak terlepas dari cara berpikir paradigmatik sebagai sebuah kerangka kerja intelektual (intellectual framework) yang menstrukturkan satu pemikiran tentang seperangkat fenomena. Karena itu, ketahanan nasional dapat dilihat dalam lima disiplin kekinian yakni, people, economics, governance, security, dan development.
ADVERTISEMENT
Menurutnya paradigma ketahanan nasional menawarkan model tertentu dalam melihat realitas atau bagaimana dunia memandang peristiwa – peristiwa yang terjadi secara empirik. Kajian ketahanan nasional dapat dipandang sebagai fenomena sosial dan politik yang dihubungkan dengan teori yang dikembangkan berdasarkan pengalaman empirik dengan melihat lima disiplin dimaksud.
Secara ilmiah dalam memahami kajian ketahanan nasional harus berbasis pada suatu kajian yang bersifat interdisiplin dengan suatu paradigma yang mampu merespon perkembangan lingkungan strategis.
“Paradigma ketahanan nasional bukan berarti hanya berlaku domestik dan eksklusif, tetapi ketahanan nasional dapat dilihat sebagai kajian yang berlaku secara universal dan dapat diterapkan di semua negara di dunia,” kuncinya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa transformasi paradigmatik menjadi penting karena menjadi suatu keniscayaan untuk tumbuh dan berkembangnya kajian ketahanan nasional sebagai kajian strategik yang merujuk pada ilmu – ilmu yang berkorelasi pada urusan tata kelola pemerintahan yang baik.
ADVERTISEMENT
“Untuk itu ke depan konsep ketahanan nasional tidak sekedar dapat menjadi sebuah strategi tetapi harus menjadi sebuah Ilmu yang memiliki output “state stability dan state performance” di era demokrasi saat ini,” tutupnya.
Seminar Nasional ini dibuka oleh Gubernur Lemhannas RI, Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo didampingi, Wagub Lemhannas, Sektama, dan Deputi Pengkajian Stratejik. Sementara para pembicara antara lain Prof Armaydi Armawi dari UGM, Prof. Dr. Dadan Umar Daehani, DEA Lemhannas, Dr. Arthur Josias Simon, Dr. Margaretha Hanita dari UI, dan Dr. Abdul Rivai Ras. Kegiatan ini dikuti lebih 200 peserta dari berbagai elemen baik praktisi, birokrat maupun akademisi.