Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Penasehat FWO Indonesia, Bro Rivai: Mitigasi Bencana Perlu Konsep Komprehensif
23 Januari 2021 14:06 WIB
Tulisan dari BRORIVAI CENTER tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kumparan.com, Jakarta - Bencana tidak dapat dihindari, tetapi meminimalkan risiko bencana dapat dilakukan dengan mengembangkan konsep pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, serta peringatan dini, demikian Penasehat FWO Indonesia (Forum Wartawan Online Indonesia), Bro Rivai menegaskan sehubungan bencana yang terjadi di bumi Nusantara Indonesia.
ADVERTISEMENT
Seperti diketahui, berbagai bencana yang datang di awal tahun 2021 mulai peristiwa longsor Sumedang, Gempa Bumi 6,2 SR di Mamuju dan Majene Sulawesi Barat (Sulbar), banjir Kalimantan Selatan (Kalsel), banjir bandang dan longsor Puncak Bogor, letusan Semeru, dan mutakhir gempa 7,1 SR dan banjir robs Manado Sulawesi Utara (Sulut), menyusul musibah peristiwa naasnya pesawat Sriwijaya Air SJ182 merupakan berita duka dan peristiwa yang sangat memilukan dialami bangsa Indonesia.
Dikatakan pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun masyarakat perlu mengenali dan memetakan wilayah potensi bencana sebagai langkah antisipasi.
”Pentingnya memetakan wilayah potensi bencana seharusnya dapat dikenali dan disosialisasikan oleh pemerintah untuk langkah antisipasi,” tegas Bro Rivai.
Dijelaskan, penyebab bencana banyak faktor baik yang bersifat natural maupun bersifat man-made. Karena itu, upaya yang tepat untuk dapat dilakukan dalam upaya mengurangi korban serta kerusakan infrastruktur kritis yang lebih parah, perlu adanya perencanaan jangka menengah dan jangka panjang untuk mengurangi atau menghilangkan dampak bencana sebelum kejadian bencana.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks pencegahan dan mitigasi dapat dilakukan secara struktural maupun nonstruktural. Mitigasi struktural dilakukan dengan membuat atau memperkuat sarana dengan konstruksi bangunan anti- gempa untuk mengurangi dampak dari berbagai bencana. "Perlu konsep pencegahan komprehensif dalam mitigasi bencana seperti mengembangkan sarana pengendalian banjir dan konstruksi bangunan anti gempa dalam meminimalisir risiko banjir atau longsor, baik yang terjadi secara natural maupun melalui rekayasa teknis", tambahnya.
Menurut Bro Rivai, selain itu, pendekatan non-struktural perlu juga dilakukan dengan cara mengedukasi kesadaran maupun peningkatan kapasitas masyarakat sebagai wujud rapid response awareness dan early warning menghadapi ancaman bencana. Misalnya saja, mitigasi non-struktural untuk banjir dan longsor dapat dilakukan, antara lain, dengan menerapkan regulasi penataan ruang kawasan secara konsisten, sosialisasi kebencanaan, dan berbagai simulasi bencana sebagaimana praktik kebencanaan di Jepang.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, patut belajar dari banyak pengalaman bencana sebelumnya di Indonesia maupun di negara lain dalam pemodelan antisipasi dan penanganan bencana. Setidaknya, upaya memperkecil risiko dengan meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam berprilaku guna mencegah, mendeteksi, dan mengantisipasi bencana secara efektif melalui transformasi konsep menyeluruh (sistemik) dapat diwujudkan.(*)