Konten dari Pengguna

Tokolan Udang Windu, Atasi Masalah Tambak Tradisional

Abdul Salam Atjo
Penyuluh Perikanan Ahli Madya, Kementerian Kelautan dan Perikanan
15 Agustus 2024 13:27 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abdul Salam Atjo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Benur udang windu PL 25 setelah ditokolkan selama 10 hari di tambak tokolan (Foto:Salam Atjo/Kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Benur udang windu PL 25 setelah ditokolkan selama 10 hari di tambak tokolan (Foto:Salam Atjo/Kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
" Menebar benih berkualitas, ditunjang lingkungan budidaya yang baik akan diperoleh tingkat produksi maksimal."
ADVERTISEMENT
Udang windu merupakan komoditas andalan Sulawesi selatan. Minimnya produksi udang windu selama ini penyebabnya diantaranya penggunaan benur kurang berkualitas. Salah satu usaha untuk mendapatkan benih yang berkualitas melalui cara pentokolan.
Pentokolan adalah tahap awal pemeliharaan benur sebelum dipelihara di petak pembesaran. Lama pemeliharaan sekitar 7-15 hari. Setelah post larva sampai mencapai ukuran cukup dewasa (yuwana) maka sudah cukup kuat hidup di petak pembesaran. Benur tokolan memperpendek masa pemeliharaan di tambak sehingga meningkatkan frekwensi siklus budidaya. Selain itu resiko gagal panen karena serangan hama dan penyakit dapat diminimalisir.
Saat ini teknologi produksi tokolan udang windu sudah cukup beragam. Ada produksi tokolan di petakan tambak yang dipersiapkan khusus menggunakan petakan tambak ukurannya lebih kecil dari petak pembesaran. Sedangkan sistem pentokolan lain dapat menggunakan bak beton sehingga lebih terkontrol.
ADVERTISEMENT
Tokolan Tanah
Petak tambak didesain sedemikian rupa sehingga kedap air. Umumnya petakan pentokolan berbentuk persegi panjang ukuran 50-200 meter persegi sehingga memudahkan untuk panen. Dasar tambak idealnya lebih tinggi dengan saluran sehingga proses pengeringan lebih sempurna. Di sekeliling pematang tambak dilengkapi dengan pagar terbuat dari waring hitam untuk mencegah masuknya hewan lain yang berpotensi menjadi pemangsa atau vektor penyakit.
Untuk menjadikan lokasi pentokolan sebaiknya pilih calon lokasi dekat dengan sumber air tawar dan air laut yang bersih, sumber tenaga listrik (PLN) dapat dijangkau, akses jalan mudah dicapai, dekat dengan panti pembenihan (hatchery) dan berada dalam kawasan pertambakan,
Keduk Teplok mengangkat lumpur dari dasar tambak sambil meninggikan pematang tambak (Foto: Salam Atjo/Kumparan)
Siapkan Lahan Sebelum Tebar
Kegiatan persiapan lahan diawali dengan pengeringan tambak untuk mengoksidasi bahan organik. Proses ini berlangsung hingga tanah tambak retak-retak. Pengeringan juga berfungsi untuk eradikasi hama dan penyakit yang efisien. Pemberantasan hama menggunakan saponin. Pengapuran tanah dasar tambak, jenis kapuryang digunakan dapat berupa kapur pertanian atau dolomit dengan dosis berkisar 500-1.000 kg/ha.
ADVERTISEMENT
Pengisian air dengan menggunakan saringan berlapis berupa kasa nyamuk dan petakan diisi hingga kedalaman air minimal 60 cm. Langkah selanjutnya adalah penyediaan pakan alami melalui stimulasi pupuk menggunakan Urea dan TSP dengan dosis masing-masing 100 dan 50 kg/Ha.
Aklimatisasi benur sebelum tebar di petak tokolan yang dikelola oleh Pandu Ecoshrimp Indonesia (Foto: Hasanuddin/Atina)
Aklimatisasi Benur
Sebelum benur ditebar terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi terhadap suhu dengan cara mengapung-apungkan kantong yang berisi benur di tambak dan menyiram dengan perlahan-lahan. Tindakan tersebut dilakukan hingga suhu air dalam kemasan plastik mendekati atau sama dengan suhu air di petakan yang dicirikan dengan munculnya embun di dalam plastik kemasan. Aklimatisasi terhadap salinitas dilakukan dengan membuka kantong dan diberi air tambak sedikit demi sedikit selama kurang lebih 30 menit. Penebaran benih dilakukan secara perlahan. Benur Pl 12 (bersertifikat) ditebar dengan kepadatan 500-1.000 ekor permeter persegi.
ADVERTISEMENT