Konten dari Pengguna

Bagong vs Politik Ketakutan Para Pendosa

Abdul Wahid Azar
Pengurus Pusat Ikatan persaudaraan Haji Indonesia (PP-IPHI), CEO Multiartha Group.
21 Agustus 2024 17:26 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abdul Wahid Azar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tokoh pewayangan, Bagong. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Tokoh pewayangan, Bagong. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di dalam dunia wayang, terdapat seorang tokoh yang dikenal dengan nama Bagong. "Bagong adalah salah satu Punakawan", pelayan setia dari Pandawa dalam epos Mahabharata versi Jawa. Meskipun tampilannya sederhana dan sering bertingkah lucu, Bagong adalah simbol keberanian dan kejujuran.
ADVERTISEMENT
Dalam setiap cerita, Bagong tidak pernah takut mengungkapkan kebenaran, tidak peduli seberapa besar ancaman yang dihadapinya. Prinsip yang dipegang teguh oleh Bagong adalah "berani karena benar, takut karena salah." Baginya, kebenaran adalah sesuatu yang mutlak, dan tidak ada ancaman yang bisa menakut-nakutinya jika ia berada di pihak yang benar.
Bagong sering kali dianggap sebagai tokoh yang tampak bodoh atau tidak serius, tetapi di balik penampilan dan tingkah lakunya yang ceria, tersembunyi keberanian dan kebijaksanaan yang luar biasa. Dalam banyak cerita wayang, Bagong selalu tampil sebagai karakter yang berani berbicara jujur, bahkan ketika orang lain merasa takut atau enggan. Bagong tidak gentar menghadapi ancaman atau tekanan dari siapa pun, karena ia yakin bahwa kebenaran adalah sesuatu yang harus diperjuangkan, tidak peduli betapa sulit atau berbahayanya.
ADVERTISEMENT
Di tengah dunia "politik" yang penuh intrik dan tekanan, sifat Bagong ini seharusnya menjadi inspirasi bagi para politisi dan pemimpin. Politik ketakutan adalah realitas yang sering terjadi di banyak negara, termasuk di Indonesia. Ketakutan digunakan sebagai alat untuk mengendalikan, memanipulasi, dan membungkam orang-orang yang berani melawan arus atau mengungkapkan kebenaran.
Banyak politisi yang terjebak dalam permainan ini, merasa takut untuk bertindak jujur atau mengambil keputusan yang benar karena khawatir dengan ancaman terhadap karier mereka, reputasi, atau bahkan keselamatan pribadi.
Namun, Bagong mengajarkan kita bahwa keberanian dalam politik tidak seharusnya didasarkan pada kekuasaan atau kepentingan pribadi, melainkan pada keyakinan terhadap kebenaran. Seorang politisi yang memiliki integritas, seperti Bagong, tidak akan takut menghadapi ancaman, karena ia tahu bahwa ia berada di pihak yang benar.
ADVERTISEMENT
Jika kita melihat contoh dalam kehidupan nyata, ada banyak pemimpin yang telah menunjukkan keberanian ini, memilih untuk mengungkapkan kebenaran meskipun mereka tahu bahwa ada risiko besar yang harus mereka hadapi.

Politik Ketakutan dan Dampaknya

Ilustrasi politik identitas. Foto: Shutter Stock
Politik ketakutan sering kali digunakan oleh mereka yang ingin mempertahankan kekuasaan atau menghindari tanggung jawab. Ini bisa berupa ancaman fisik, intimidasi, atau bahkan ancaman pengungkapan skandal atau kesalahan masa lalu. Ketika politisi atau pemimpin membiarkan ketakutan ini menguasai mereka, dampaknya bisa sangat merusak. Keputusan-keputusan yang diambil mungkin lebih didasarkan pada upaya untuk melindungi diri sendiri daripada melayani kepentingan publik. Kebijakan yang dihasilkan cenderung tidak adil, tidak transparan, dan sering kali mengabaikan kepentingan rakyat yang lebih luas.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, bayangkan seorang menteri yang mengetahui adanya korupsi dalam lembaganya, tetapi merasa takut untuk mengungkapkannya karena ancaman dari pihak yang berkepentingan. Jika menteri tersebut membiarkan ketakutan menguasainya, korupsi akan terus berlanjut, merugikan negara dan masyarakat. Namun, jika menteri tersebut memiliki keberanian seperti Bagong, ia akan memilih untuk mengungkapkan kebenaran, meskipun mungkin ada risiko besar yang harus dihadapi, seperti kehilangan jabatan atau menghadapi serangan balik dari mereka yang terlibat dalam korupsi.

Bagong dan Keberanian untuk Melawan Ketakutan

Tokoh pewayangan, Bagong. Foto: Shutterstock
Bagong adalah contoh sempurna dari seseorang yang tidak membiarkan ketakutan menghalangi dirinya untuk melakukan hal yang benar. Dalam setiap kisah, Bagong selalu menunjukkan bahwa keberanian yang sesungguhnya bukanlah keberanian yang muncul dari kekuasaan atau kekuatan fisik, melainkan dari keyakinan pada kebenaran dan keadilan.
ADVERTISEMENT
Bagong tidak memiliki kekuasaan besar atau pengaruh politik, tetapi ia memiliki sesuatu yang lebih berharga: integritas. Ia tidak pernah takut pada ancaman, karena ia tahu bahwa selama ia berada di pihak yang benar, tidak ada yang bisa menjatuhkannya.
Dalam dunia politik modern, kita membutuhkan lebih banyak pemimpin seperti Bagong. Pemimpin yang tidak takut untuk mengungkapkan kebenaran, yang tidak tergoda oleh kekuasaan atau kepentingan pribadi, dan yang berani melawan ketidakadilan meskipun menghadapi risiko besar. Ketika pemimpin memiliki integritas dan keberanian seperti Bagong, mereka akan lebih mampu membuat keputusan yang benar dan adil, yang pada akhirnya akan menguntungkan masyarakat secara keseluruhan.
Ketakutan adalah musuh dari kebenaran dan keadilan. Ketika kita membiarkan ketakutan menguasai kita, kita kehilangan kemampuan untuk melihat dengan jernih dan bertindak dengan benar. Politik ketakutan hanya akan menghasilkan keputusan yang buruk, kebijakan yang tidak adil, dan masyarakat yang terpecah. Sebaliknya, keberanian untuk berbicara jujur dan bertindak benar, seperti yang ditunjukkan oleh Bagong, akan membawa kita menuju masyarakat yang lebih baik, di mana keadilan dan kebenaran menjadi landasan utama.
ADVERTISEMENT
Bagong mengajarkan kita bahwa tidak ada alasan untuk takut, kecuali jika kita memiliki dosa yang disembunyikan. Jika kita hidup dengan jujur dan mengikuti prinsip-prinsip moral yang benar, maka tidak ada ancaman yang dapat membuat kita gentar. Bagong berani karena ia tahu bahwa ia benar, dan keberanian ini adalah sesuatu yang harus kita teladani dalam kehidupan kita, terutama dalam dunia politik.

Bersih, Kenapa Harus Takut?

Ilustrasi pemimpin memberikan inspirasi dan motivasi. Foto: Shutterstock
Sebagai seorang ketua partai, posisi yang diemban bukan hanya sebagai pemimpin dalam struktur partai, tetapi juga sebagai panutan bagi seluruh rakyat yang diwakili. Etika dan moral yang tinggi adalah landasan yang harus dipegang teguh, dan hal ini menjadikan seorang ketua partai sebagai contoh bagi anggota partai lainnya dan bagi publik secara umum.
ADVERTISEMENT
Seorang ketua partai harus memiliki keberanian dan keteguhan hati untuk menghadapi segala bentuk tekanan, baik itu dari dalam maupun luar partai. Tekanan dalam dunia politik adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari—mulai dari kritik publik, persaingan dengan lawan politik, hingga keputusan-keputusan sulit yang harus diambil demi kepentingan rakyat.
Namun, seorang pemimpin sejati tidak akan mundur atau goyah ketika menghadapi tantangan ini. Mereka harus tetap berdiri tegak, mengedepankan integritas, dan bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan.
Dalam menghadapi tekanan semacam ini, seorang ketua partai harus menunjukkan bahwa mereka bukanlah individu yang mudah digoyahkan oleh ketakutan atau manipulasi. Mereka harus berani mengungkap kebenaran, membongkar rekayasa yang ada, dan menentang segala bentuk ancaman yang tidak berdasar. Menyerah pada tekanan yang tidak jujur bukanlah pilihan; sebaliknya, seorang pemimpin harus menunjukkan kekuatan moral dan etika yang tinggi, serta keberanian untuk melawan ketidakadilan.
ADVERTISEMENT
Untuk menunjukkan bahwa kepemimpinan mereka bukanlah "kepemimpinan para pendosa," seorang ketua partai harus berkomitmen pada transparansi dan akuntabilitas. Mereka harus siap mempertanggungjawabkan setiap keputusan yang mereka buat, dan mereka harus memastikan bahwa setiap tindakan mereka didasarkan pada kepentingan rakyat, bukan pada kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.
Sebagai pemimpin, mereka juga harus memberikan contoh dengan hidup bersih dan menjauhkan diri dari segala bentuk korupsi atau penyimpangan. Dalam menghadapi tuduhan atau fitnah, respons yang paling efektif adalah dengan memperlihatkan rekam jejak yang tidak bercela dan membiarkan integritas mereka berbicara lebih keras daripada tuduhan-tuduhan tersebut.