Konten dari Pengguna

Optimalisasi Sumber Daya Kelautan NTB untuk Mewujudkan Kesejahteraan Pesisir

Abdul Wahid Wathoni
Mahasiswa Magister Ekonomi Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
31 Januari 2025 17:28 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abdul Wahid Wathoni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sumber: Dokumen Pribadi Facebook https://www.facebook.com/share/1E7S5rkExW/
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Dokumen Pribadi Facebook https://www.facebook.com/share/1E7S5rkExW/
Situs panduan wisata asal Amerika Serikat, Travel Lemming sebagaimana dikutip dalam indonesiaexpat.id edisi 12 Desember 2024, menobatkan Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) sebagai destinasi wisata terbaik di dunia pada 2025. Dari 50 destinasi wisata lainnya yang ada di dunia, Lombok berhasil menempati peringkat pertama.
ADVERTISEMENT
Penobatan Lombok sebagai destinasi wisata terbaik dunia tahun 2025 versi Travel Lemming merupakan pengakuan yang pantas atas pesona alam dan budaya yang dimiliki.
Ini bukan sekadar gelar, tetapi momentum bagi Lombok untuk mengukuhkan dirinya sebagai primadona wisata dunia yang menawarkan keindahan autentik keindahan yang ditawarkan oleh Lombok sebagai destinasi populer dunia.
Namun, di balik kejayaan sektor pariwisatanya, NTB justru menyimpan PR besar pada sektor kelautan dan perikanan yang belum tergarap secara optimal.
Dengan luas perairan mencapai 29.159 kilometer persegi dan garis pantai sepanjang 2.333 kilometer, NTB seharusnya mampu menjadi motor penggerak ekonomi berbasis kelautan, bukan sekadar penyuplai bahan mentah dengan nilai jual rendah.
Potensi besar ini mendapatkan perhatian langsung dari H. Bambang Kristiono, SE (HBK), Wakil Ketua Komisi I DPR RI Dapil pulau Lombok “NTB punya sumber daya laut yang melimpah. Potensinya triliunan rupiah per tahun. Mewujudkan Food Estate di sektor kelautan dan perikanan adalah cara terbaik untuk menjaga perairan dan mensyukuri nikmat Allah SWT yang telah dianugerahkan untuk NTB”.
ADVERTISEMENT
Namun, ironi yang masih terjadi hingga kini adalah melimpahnya sumber daya laut tersebut belum sepenuhnya memberikan kesejahteraan yang layak bagi masyarakat pesisir.
Pada dasarnya, NTB memiliki semua syarat untuk menjadi pemain utama dalam sektor kelautan dan perikanan nasional, bahkan global. Perairan lokalnya mampu menghasilkan potensi ikan tangkap sebesar 185.518 ton per tahun, sementara zona ekonomi eksklusif (ZEE) menambah kapasitas hingga 298.576 ton per tahun.
Kendala klasik seperti rendahnya efisiensi produksi, keterbatasan infrastruktur, dan minimnya penerapan teknologi modern menjadi hambatan signifikan dalam memanfaatkan potensi ini.
Dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Thailand dan Vietnam, sektor perikanan NTB masih tertinggal jauh. Negara-negara tersebut telah berhasil memanfaatkan teknologi modern untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas produk laut.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, nelayan NTB masih bergantung pada metode penangkapan tradisional yang kurang efisien. Peralatan tangkap yang minim dan terbatasnya akses pelatihan membuat hasil tangkapan tidak mampu bersaing di pasar global.
Tidak hanya itu, keterbatasan infrastruktur seperti cold storage, pabrik pengalengan ikan, dan teknologi pengolahan lainnya menjadi masalah yang semakin memperparah situasi.
Tanpa pengolahan yang memadai, hasil laut NTB hanya dijual dalam bentuk mentah dengan harga rendah, menghilangkan peluang nilai tambah yang seharusnya bisa dinikmati masyarakat. Kondisi ini menjadi salah satu faktor utama mengapa sektor kelautan di NTB belum mampu memberikan kontribusi optimal bagi perekonomian daerah.
Food Estate sebagai Solusi Strategis
Dalam menghadapi tantangan ini, konsep Food Estate berbasis kelautan dan perikanan menawarkan solusi terintegrasi. Food Estate adalah pendekatan yang mencakup seluruh rantai nilai, mulai dari produksi hingga distribusi. Konsep ini tidak hanya berfokus pada peningkatan efisiensi produksi, tetapi juga pada penguatan infrastruktur dan jaringan distribusi.
ADVERTISEMENT
DI Indonesia sendiri, Food Estate telah ditegaskan oleh Presiden Prabowo “Saudara-saudara sekalian, saya telah mencanangkan bahwa Indonesia harus segera swasembada pangan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya,". Ungkapnya dalam pidato pada Sidang MPR RI dengan agenda Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI di Kompleks Parlemen, Jakarta, pada Ahad (20/10/2024).)
Lebih jauh, pidato Presiden Prabowo ini telah dituangkan pada poin kedua dari Asta Cita kabinet Indonesia Maju yaitu, memantapkan sistem pertahanan keamanan negara dan mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, air, ekonomi kreatif, ekonomi hijau, dan ekonomi biru.
Salah satu contoh nyata keberhasilan konsep ini di NTB adalah kawasan Minapolitan di Teluk Awang, Lombok Tengah. Dengan produksi ikan mencapai 80.000 ton per tahun, kawasan ini menunjukkan bahwa industrialisasi perikanan dapat diwujudkan di NTB. Model seperti ini perlu direplikasi di kawasan potensial lainnya, seperti Sekotong di Lombok Barat dan perairan Pulau Sumbawa.
ADVERTISEMENT
Food Estate juga membuka peluang optimalisasi lahan budidaya. NTB memiliki lahan potensial seluas 72.862 hektare untuk budidaya laut, 27.927 hektare untuk air payau, dan 31.758 hektare untuk air tawar.
Dengan penerapan teknologi modern, lahan-lahan ini dapat menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat pesisir sekaligus mendukung ketahanan pangan nasional.
Namun, keberhasilan konsep Food Estate tidak mungkin terwujud tanpa kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Pemerintah harus mengambil peran sebagai fasilitator utama, memastikan adanya kebijakan yang mendukung, seperti insentif bagi investor dan pengembangan infrastruktur yang memadai.
Pembangunan cold storage, pabrik pengolahan ikan, dan pelabuhan khusus perikanan harus menjadi prioritas dalam roadmap pembangunan NTB.
Di sisi lain, masyarakat pesisir juga perlu didorong untuk mengembangkan usaha berbasis hasil laut. Diversifikasi produk, seperti abon ikan, kerupuk, hingga produk olahan lainnya, dapat membuka peluang ekonomi baru yang lebih stabil.
ADVERTISEMENT
Pelatihan dalam manajemen usaha, teknik budidaya modern, dan akses pemasaran harus menjadi bagian integral dari upaya ini. Dengan pendidikan dan pelatihan yang memadai, masyarakat pesisir dapat menjadi motor penggerak utama dalam pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan.
Mengubah Kekayaan Laut Menjadi Kesejahteraan
Potensi besar kelautan dan perikanan NTB adalah peluang yang tidak boleh disia-siakan. Dengan adopsi teknologi modern, penguatan infrastruktur, dan kerja sama lintas sektor, NTB dapat bertransformasi menjadi pusat ekonomi kelautan yang berkelas dunia.
Tidak hanya mendukung pertumbuhan ekonomi lokal, pengembangan sektor ini juga memiliki dampak besar bagi ketahanan pangan nasional.
Ala kulli hal, keberhasilan ini akan menjadi bukti bahwa kekayaan laut mampu menjadi sumber kehidupan yang berkelanjutan. Melalui visi yang jelas dan semangat kolaborasi, NTB memiliki peluang besar untuk tidak hanya dikenal sebagai daerah dengan kekayaan laut melimpah, tetapi juga sebagai pelopor dalam pengembangan ekonomi berbasis kelautan di Indonesia. Kesejahteraan masyarakat pesisir adalah cerminan nyata dari keberhasilan ini bahwa laut bukan sekadar sumber daya, tetapi juga harapan bagi masa depan.
ADVERTISEMENT
Nama: Abdul Wahid Wathoni
Biodata: Mahasiswa Magister Ekonomi Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta