Konten dari Pengguna

Hari Tani Nasional, Momentum Anak Bangsa Menghargai Petani

Abdullah Al-Fasuruani
Economic Empowerment Department Head Rumah Zakat I Pendamping PPH UIN Sunan Gunung Djati Bandung I Pendamping UMKM (BNSP) I Budidaya Ikan Lele (BNSP)
24 September 2020 6:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abdullah Al-Fasuruani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kegiatan Panen Bawang Merah di Desa Brumbungan Lor (Dok. ReIawan Inspirasi Cung Pribadi)
Setiap tanggal 24 September diperingati sebagai Hari Tani Nasional, sebagai bentuk penghormatan akan jasa para petani yang terus memajukan pertanian Indonesia, dimana atas jerih payah merekalah kebutuhan akan pangan anak bangsa ini terpenuhi. Pangan sendiri merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi, karena tanpa pangan yang merupakan anugerah dari Sang Pencipta tiada kehidupan. Enam dasawarsa yang lalu Ir. Soekarno telah mengesahkan tanggal 24 September sebagai hari Tani Nasional Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia (RI) Soekarno Nomor 169 Tahun 1963.
ADVERTISEMENT
Di Hari Tani Nasional yang ke-57 bagaimanakah nasib petani Indonesia, khususnya di masa pandemi covid-19?
Pada masa awal pandemi, banyak petani yang mengeluh karena hasil panen mereka banyak yang tidak terjual, disebabkan pasar tempat menjual hasil pertanian banyak yang tutup dikarenakan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) guna menekan persebaran covid-19. Hal ini diperburuk dengan menurunnya permintaan akan komuditas pertanian dari restoran, warung/ rumah makan, maupun perhotelan, karena selama masa pandemi juga ikut merasakan dampaknya.
Disisi lain Badan Pusat Statistik (BPS) merilis Produk Domistik Bruto (PDB) pertanian tumbuh diangka 16,24% pada triwulan II tahun 2020 (berdasarkan q to q) dan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya terus mengalami grafik yang positif yaitu tumbuh sebesar 2,19%. Data tersebut cukup menggembirakan bagi sektor pertanian, karena disaat yang bersamaan sektor usaha lain mengalami penurunan di tengah pandemi covid-19 ini. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) Nasional pada Agustus 2020 naik 0,56% dibandingkan dengan bulan Juli menjadi 100,65. Nilai Tukar Petani (NTP) sendiri dapat menjadi alat ukur untuk melihat daya beli petani di pedesaan. NTP > 100 menunjukkan petani mengalami surplus.
ADVERTISEMENT
Suasana Pagi Pesawahan Desa Cisande (Dok. Relawan Inspirasi Maman Mulyana)
Mereka yang berprofesi sebagai petani begitu berarti bagi kita, tanpanya kebutuhan pangan negeri ini tidak dapat tersedia, merekalah pahlawan pangan yang dari keringatnya, kita dapat merasakan nikmatnya apa yang kita makan. Maka sudah menjadi keharusan bagi kita semua yang mendapatkan manfaat dari apa yang petani tanam, dapat menghargai mereka setidaknya dengan beberapa tindakan sederhana kita.
1. Membantu petani dalam mendapatkan akses informasi
Selama ini para petani sering kali mengalami kesulitan dalam mengakses informasi, baik karena keterbatasan jarak, teknologi, maupun minat dari petani itu sendiri. Sebagai bentuk perhatian kepada para petani, setidaknya kita dapat memberikan informasi bagi petani dari apa yang kita tahu. Harapannya dengan adanya informasi tersebut maka para petani akan semakin termotivasi dalam mengembangkan pertaniannya dengan menerapkan inovasi - inovasi baru di dunia pertanian, sehingga berdampak terhadap hasil panen mereka. Termasuk dalam hal ini petani akan semakin lebih mudah dalam mengakses informasi terkait permodalan maupun program - program pertanian dari pemerintah pusat maupun daerah
ADVERTISEMENT
2. Edukasi bagi petani
Jika selama ini cara yang dilakukan oleh petani masih memakai cara lama dengan hasil panen yang standar (begitu-begitu saja), bisa jadi dikarenakan minimnya edukasi bagi para petani. Untuk itu diperlukan proses edukasi bagi petani terkait sistem pembudidayaan pertanian yang efektif dan efisien, seperti penggunaan teknologi tepat guna, pemilihan bibit yang berkualitas, penanganan hama/penyakit, pertanian yang terintegrasi dan lain sebagainya. Proses edukasi yang kontinyu diharapkan berkolerasi dengan output yang dihasilkan oleh petani, seperti meminimalisir gagal panen, peningkatan hasil panen baik dari kuantitas maupun kualitas.
3. Membeli hasil pertanian mereka dengan harga yang wajar
Selama ini kita sering menyaksikan berita baik di media cetak maupun elektronik tentang hasil panen petani yang dihargai jauh dari harga pasar. Disaat kondisi seperti itu, maka seyogyanya kita membalas jasa mereka dengan apa yang kita bisa lakukan. Menolong mereka dengan membeli hasil panennya dengan harga yang wajar, terlebih jika kita memliki kelapangan rezeki, alangkah indahnya jika kita dapat berbagi kepada sesamanya, misal dengan memberikan kelebihan yang kita beli dari petani kepada tetangga terdekat kita yang membutuhkan. Karena kita sebagai anak bangsa memiliki semangat dan jati diri yang sama, yaitu semangat “gotong royong”, “tolong menolong”.
ADVERTISEMENT
4. Mengapresiasi hasil jerih payah petani, dengan tidak melakukan kemubaziran makanan
Sungguh ironi, di tengah yang lain kesulitan mendapatkan makanan, namun disisi lain kita masih sering mendapati makanan yang terbuang. Sudah seyogyanya sebagai bentuk apresiasi akan jerih payah para petani, kita tidak melakukan kemubaziran dalam hal makanan.
Kita semua berharap setiap kali panen, akan ada jutaan senyum dari para petani dan keluarganya, layaknya mentari yang senantiasa menyinari dan memberi kehangatan bagi pagi. Terima kasih untuk para petani, yang dari kerja keras mereka, kebutuhan akan pangan negeri ini terpenuhi. Selamat Hari Tani Nasional. Semoga Petani Indonesia semakin sejahtera.
Abdullah, S. Pt
Manager Centre of Excellence Tani Berdaya Rumah Zakat
ADVERTISEMENT