Konten dari Pengguna

Hari Tani Nasional, Momentum menjaga Kekakayaan Genetik asal Wonosobo, Dombos

Abdullah Al-Fasuruani
Economic Empowerment Department Head Rumah Zakat I Pendamping PPH UIN Sunan Gunung Djati Bandung I Pendamping UMKM (BNSP) I Budidaya Ikan Lele (BNSP)
23 September 2021 15:50 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abdullah Al-Fasuruani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dok. Kegiatan Penimbangan Dombos
zoom-in-whitePerbesar
Dok. Kegiatan Penimbangan Dombos
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Apa yang terfikirkan oleh kita, jika disebutkan wilayah Wonosobo, Jawa Tengah? Jika mengklik kamus google, sebagian besar akan muncul nama dataran tinggi “dieng”. Bagi kalian yang suka traveling pasti sangat mengenal dataran tinggi dieng. Kalau informasi yang bisa saya dapatkan di Wikipedia dataran tinggi dieng merupakan kawasan vulkanik aktif di Jawa Tengah, yang masuk wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Letaknya berada di sebelah barat kompleks Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing.
ADVERTISEMENT
Selain dataran tinggi diengnya, yang membuat para traveler terpesona akan keindahan alamnya, ternyata Wonosobo, juga memiliki kekayaan genetik yang harus kita jaga dan lestarikan bersama. Jika wilayah Garut, Jawa Barat memiliki domba Garut, maka wilayah Wonosobo juga memiliki domba asli Wonosobo yang biasa disingkat dengan dombos.
Domba Wonosobo (Dombos) sendiri sudah turun temurun dibudidayakan oleh masyarakat wilayah Wonosobo sejak tahun 1957. Dombos sendiri sudah ditetapkan sebagai ternak lokal asal Indonesia berdasarkan Keputusan Menteri pertanian 2915/Kpts/OT.140/6/2011 Tentang Penetapan Rumpun Domba Wonosobo. Dimana pada keputusan tersebut dijelaskan terkait asal-usul dombos yaitu hasil persilangan antara domba texel yang didatangkan sejak tahun 1957 dengan domba ekor tipis dan atau domba ekor gemuk dan secara turun temurun dikembangkan masyarakat di wilayah Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
Mengutip dari laman jatengprov.go.id bahwa populasi dombos pada tahun 2018 berada dikisaran angka 3000 an-ekor. Jumlah tersebut menurun cukup drastis bila dibandingkan tahun 2006, yang mencapai 10.000 ekor. Informasi terakhir pada tahun 2020, grafiknya sudah mengalami peningkatan. Hal tersebut patut kita syukuri, terus kita jaga dan tingkatkan bersama. Akan menjadi suatu kerugian besar jika kekayaan genetik asli Wonosobo ini terus berkurang populasinya dari tahun ke tahun, hingga akhirnya punah. Pemerintah atau Dinas terkait pastinya sudah memikirkan hal tersebut, Untuk itu diperlukan semangat kolaborasi seluruh stakeholder terkait, atau sekarang sangat dikenal dengan sinergisitas Pentahelix yang melibatkan eleemen pemerintah, masyarakat atau komunitas, akademisi, pengusaha, dan media.
Minimnya minat generasi muda untuk ikut memikirkan bahkan terjun dalam budidaya dombos, ikut berpengaruh terhadap keberlangsungan dombos itu sendiri. Bagaimana mungkin, kita terus mangandalkan para peternak yang sudah sepuh untuk menjaga kelestarian dombos, sedangkan tenaga dan kecekatan mereka sudah mulai menurun, bahkan informasi kekinian dan penerapan teknologi dalam dunia peternakan sangatlah minim. Selain regenerasi peternak dombos yang menjadi pekerjaan rumah kita bersama, tentunya ada beberapa catatan yang perlu menjadi titik tekan agar peternakan dombos menjadi primadona bagi peternak muda di wilayah Wonosobo, pada khususnya.
Dok. Aktivitas kelompok
1. Edukasi bagi Masyarakat terkait potensi dombos
ADVERTISEMENT
Kami melihat potensi ternak dombos ini begitu besar, karena ada dua keuntungan nyata yang dapat dihasilkan dari beternak dombos, yaitu daging dan bulunya. Dombos memiliki daging yang lebih banyak dibandingkan domba lokal pada umumnya dan bulunya (wool) sendiri mempunyai kualitas yang baik untuk diolah menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi, seperti menjadi tas, bantal, hiasan rumah, peci dll. Dapat dikatakan dengan memelihara dombos ini, pada hakikatnya kita sudah berkontribusi bagi diri sendiri dan negeri yang kita cintai ini. Bagi diri sendiri yaitu adanya pendapatan dari beternak dombos yang memiliki 2 kelebihan tadi dan bagi negeri, kita sudah menjaga kelestarian dombos yang merupakan plasma nutfah asli Wonosobo yang keberadaan terancam punah, agar dapat dilihat oleh anak cucu kita dimasa yang akan datang.
ADVERTISEMENT
2. Recording Ternak
Selain faktor budidaya mulai dari penanganan penyakit, kandang, pakan, ada faktor penting lain yang sering terabaikan oleh peternak yaitu recording atau pencatatan ternak. Recording ternak merupakan kegiatan yang terdiri dari identifikasi ternak, pencatatan silsilah, pencatatan produksi dan reproduksi, manajemen pemeliharaan dan kesehatan ternak dalam populasi terpilih. Dengan melakukan recording yang baik peternak dapat memilah milih mana ternak dombos yang dapat dijadikan indukan dan mana yang akan dijual. Harapannya ternak yang ada di peternak – peternak dombos atau yang dijadikan indukan dan pejantan, merupakan ternak terbaik yang akan menghasilkan anakan dombos yang berkualitas. Dapat dibayangkan jika ternak dombos yang berada di Wonosobo adalah ternak terbaik, maka dapat dipastikan kedepan Wonosobo semakin sesak dengan dombosnya.
ADVERTISEMENT
Apa yang kami tuliskan ini, sedikit demi sedikit kami implementasikan dalam bentuk kegiatan pemberdayan di wilayah desa berdaya binaan Rumah Zakat, yaitu Desa Butuh dan Desa Bomerto, Kabupaten Wonosobo dalam program champion Tani Berdaya. Cita kami ingin mewujudkan kelestarian dombos yang berdampak ekonomi bagi masyarakat. Di hari yang penuh bersejarah bagi para petani, tak lupa saya mengucapkan Selamat Hari Tani Nasional, Petani dan Peternak Kuat Kedaulatan Pangan termasuk produk hewani menjadi keniscayaan. Salam Hormat dari saya untuk mereka para pahlawan pangan negeri ini, para petani dan peternak. Teruslah berbuat baik, karena kebaikan itu menular. Semangat Indonesia.