Konten dari Pengguna

Momentum Memberi Ruang Apresiasi bagi Pahlawan Pangan

Abdullah Al-Fasuruani
Economic Empowerment Department Head Rumah Zakat I Pendamping PPH UIN Sunan Gunung Djati Bandung I Pendamping UMKM (BNSP) I Budidaya Ikan Lele (BNSP)
24 September 2021 9:39 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abdullah Al-Fasuruani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dok. Suasana Pertanian di Desa Cisande, Sukabumi
zoom-in-whitePerbesar
Dok. Suasana Pertanian di Desa Cisande, Sukabumi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dahulu negara kita terkenal sebagai negara agraris, karena mayoritas penduduknya adalah petani, bercocok tanam, hampir sejauh mata memandang alam hijau akan produk pertanian berlimpah di negeri ini, terlebih di wilayah pedesaan. Saat itu negeri kita sangat pantas menyandang predikat tersebut, bagaimana tidak, hampir berbagai jenis produk hasil pertanian ada di Indonesia, bahkan negeri kita menjadi pengekspor terbesar untuk komoditas pertanian tertentu, kedua lahan pertanian di negeri ini sangat luas dan subur, sampai - sampai tanah negeri ini disebut sebagai “tanah surga”, kemudian persedian air sebagai salah satu penopang berlangsungnya budidaya pertanian begitu berlimpah. Namun kini sebutan sebagai negeri agraris mulai pudar jika kita melihat kondisi petani dan pertanian kita hari ini.
ADVERTISEMENT
Jika kita anak perantauan kembali ke desa, setelah sekian lama tidak mengunjungi desanya, maka sangat terlihat perbedaan tersebut, hamparan hijau yang dahulu sebagai tempat bermain berubah menjadi lahan industri, perumahan dan jalan, Hal tersebut diperkuat oleh Data BPS, bahwa sepanjang tahun 2009 hingga 2019 terdapat luas lahan baku sawah berkurang hingga 604,3 ribu hektare menjadi 7,46 juta hektare. Saluran irigasi tempat bermain, mencari “yuyu” atau sekedar bermain air, kini sudah mengering bahkan sudah beralih fungsi. Kalaulah kita menyaksikan pemberitaan terkait petani dan pertanian hari ini, maka membuat kita miris, tidak jarang pemberitaan terkait petani, diisi dengan mereka yang menangis karena harga produk hasil panen mereka anjlok. Bagaimana dapat dikatakan kita sebagai anak bangsa, sudah menghargai para pahlawan pangan tersebut? Coba tanyakan pada diri kita, pernahkah kita membeli produk pangan langsung dari petani saat harga pertanian mereka terpuruk, membeli produk pertanian tanpa pernah menawarnya, memberikan bantuan kepada petani dan seterusnya. Ada beberapa hal yang menurut kami dapat dilakukan sebagai bentuk apresiasi dalam rangka memberi ruang penghargaan bagi mereka pahlawan pangan di negeri ini.
ADVERTISEMENT
1. Membeli Hasil Panen Petani saat terpuruk
Dengan membeli produk pertanian saat harga panen jatuh, kita bisa mengurangi kerugian yang lebih besar yang didapat petani. Terlebih jika kita mampu membeli dengan harga terbaik, sehingga tetap memberikan keuntungan bagi petani, walaupun tidak besar. Mereka tentunya tidak berharap banyak dari kita, karena sepanjang perjalanan mereka dalam bertani mereka merupakan pahlwan yang tangguh, yang terbiasa dengan kondisi tersebut, yang membuat miris, saat kita pernah peduli terhadap kondisi mereka.
Dok. Pemberian Pestisida Nabati oleh Petani Muda di Desa Kertajaya, Ciamis (Program Tani Muda, komoditas Padi Sehat)
2. Memberi Bantuan Pertanian
Cara membantu petani sangatlah beragam, bagi mereka yang terbiasa dengan digital marketing, dapat membantu petani untuk memasarkan produknya melalui teknologi digital. Bagi mereka yang mempunyai akses ke komonitas/pasar pertanian dapat membantu petani untuk masuk ke komonitas/pasar tersebut. Untuk mereka yang memiliki sumber dana yang berlebih dapat memberikan bantuan dalam bentuk bibit maupun pupuk. Bangsa Indonesia memiliki budaya yang begitu luar biasa, yaitu budaya gotong royong. Dengan semangat tersebut kita semua berharap dapat membuat petani tersenyum Bahagia.
ADVERTISEMENT
3. Memberikan Pendidikan yang layak bagi anak petani
Menurut data Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) berdasarkan tingkat pendidikannya, 74% petani Indonesia merupakan lulusan SD, tidak SD, bahkan tidak sekolah. Jika kita dapat memberikan beasiswa dan Pendidikan yang layak bagi anak petani katogeri miskin, harapannya dari generasi petani tersebut, akan muncul petani – petani muda yang memiliki semangat dan cara kerja yang lebih baik dari pendahulunya sehingga produk pertanian yang dihasilkan secara kuantitas dan kualitas semakin lebih baik dari generasi orang tua mereka. Langkah ini juga sebagai bentuk regenerasi bagi petani yang sudah mengalami penurunan jumlah. Walaupun menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo saat menyerahkan alat dan mesin bantuan presiden di Indramayu (30/4) bahwa jumlah petani bertambah 8 juta orang hingga tahun 2021 ini. Penambahan tersebut dikatakan karena kondisi pandemi Covid-19. Data tersebut ada potensi berkurang kembali, jika kondisi perekonomian setelah pandemi Kembali normal.
ADVERTISEMENT
Semua dapat kita lakukan bersama, melalui ruang kolaborasi dan sinergi antara pemerintah, masyarakat, akademisi, pelaku usaha, dan media. Di hari ini yang bertepatan dengan Hari Tani Nasional, kami selaku anak bangsa mengucapkan Selamat Hari Tani Nasional untuk mereka para pahlawan pangan negeri ini. Petani Kuat dan Sehatera, Indonesai Berdaulat Pangan. Salam Hormat dari kami untuk mereka para pahlawan pangan negeri ini, para petani dan peternak. Teruslah berbuat baik, karena kebaikan itu menular. Semangat Indonesia.