Konten dari Pengguna

Melihat City Pop Sebagai Soft Power Jepang

Abdullah Akbar Rafsanjani
Mahasiswa Hubungan Internasional dari Universitas Kristen Indonesia
25 Desember 2024 9:28 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abdullah Akbar Rafsanjani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Freepik.com
ADVERTISEMENT
Apa Itu Soft Power dan Kolerasinya dengan City pop Jepang?
ADVERTISEMENT
Dalam Hubungan Internasional, kita seringkali mendengar atau membaca kata power. Menurut K.J Holsti dari “The Concept of Power in the Study of International Relations” menuliskan arti power sebagai kemampuan suatu negara untuk mempengaruhi negara lain demi melakukan apa yang diinginkan atau tidak melakukan apa yang tidak diinginkan oleh negara yang memiliki pengaruh. Power terbagi menjadi dua antara lain Hard Power dan Soft Power. Hard Power secara mudahnya bisa dijelaskan sebagai kekuatan yang memaksa negara lain untuk mengikuti kehendak atau apa yang diinginkan suatu negara yang menggunakan kekuatan tersebut, contohnya seperti perang, embargo, atau sanksi ekonomi seperti yang dilakukan Amerika terhadap ekonomi China. Sementara Soft Power adalah kekuatan yang membuat negara lain suka atau mengikuti apa yang dilakukan negara tersebut tanpa paksaan dan biasanya mereka mengikuti karena terlihat keren atau ada nilai yang dikagumi, contoh penggunaan soft power dengan memakai budaya, film, hingga musik seperti apa yang dilakukan Jepang dengan musik City Pop mereka pada era 80an.
ADVERTISEMENT
City Pop merupakan genre musik di Jepang yang muncul di akhir 1970an – awal 1980an, kala itu Jepang sedang menjadi raksasa ekonomi di Asia hingga mendapat julukan The Miracle of Asia dikarenakan perkembangan ekonomi Jepang yang begitu pesat dan hal itu berefek ke industri pop mereka. Akibat ekonomi Jepang yang berkembang pesat membuat kehidupan masyarakat menjadi Urban Style, dan disinilah City Pop berkembang pesat karena lagunya yang begitu cocok dengan kehidupan masyarakat kota serta mencerminkan modernitas dan gaya hidup perkotaan Jepang yang tidak jauh-jauh membicarakan cinta, krisis identitas, hingga naik-turunnya kehidupan. Contoh lagu-lagu city pop yang terkenal di era itu antara lain: Plastic Love - Mariya Takeuchi, Stay With Me (Mayonaka no Door) - Miki Matsubara, Fantasy – Meiko Nakahara, hingga Flyday Chinatown – Yasuha. Lagu yang disebutkan tadi merupakan lagu yang menghiasi kehidupan masyarakat Jepang pada eranya bahkan di era sekarangpun lagu itu masih mendapatkan popularitasnya hingga orang luar Jepang mengetahui hal ini, dari sinilah Jepang secara tidak langsung memakai City Pop untuk meningkatkan pengaruh budaya dan ekonomi mereka secara global.
ADVERTISEMENT
Bagaimana Jepang Memakainya Sebagai Soft Powernya?
Genre City Pop mampu menggambarkan kehidupan masyarakat kota Jepang yang modern layaknya kehidupan di kota-kota negara Barat seperti Amerika Serikat. Hal ini tentunya memberikan citra baik ke masyarakat dunia bahwa Jepang merupakan negara modern, apalagi City Pop biasanya digabung dengan aliran musik Jazz, Funk, Disco, yang akhirnya memberi kesan positif ke pendengar asing bahwa Jepang memiliki budaya yang menarik atau kehidupan yang modern. Dari hal tersebut tentunya membuat pendengar menjadi tertarik dengan Negara Jepang hingga menggali lebih dalam tentang budayanya dan akhirnya berdampak ke citra positif Jepang.
Citra positif inilah yang penting untuk Soft Power suatu negara. Dengan citra positif maka suatu negara akan dipandang sebagi tempat yang ramah dan aman untuk dikunjungi atau melalukan suatu kerja sama, serta bisa menciptakan suatu hubungan baik antar negara. Contohnya bisa kita ambil saat Era Orde Baru dimana banyak musisi Indonesia yang terinspirasi dari City Pop Jepang seperti Fariz RM hingga Utha Likumahuwa, ini menunjukkan bahwa City Pop memiliki pengaruh global yang signifikan hingga menjadi tren atau preferensi masyarakat dunia. Ini akhirnya bisa memperkuat sektor ekonomi khususnya ekonomi kreatif yang memang bersinggungan dengan film, fashion, hingga musik dan hal ini berefek terbukanya lapangan kerja untuk ekonomi kreatif hingga menarik wisatawan karena tertarik dengan lokasi yang ada di video musik city pop untuk merasakan suasananya atau menonton konser musiknya. Apalagi di zaman sekarang dimana internet berpengaruh ke kehidupan sehari-hari, hal ini berefek ke City Pop yang kembali memiliki popularitas dan ujung-ujungnya semakin memperkuat Soft Power Negara Jepang. Lalu bagaimana Indonesia bisa mencontoh hal tersebut?
ADVERTISEMENT
Bagaimana Indonesia Bisa Mencontoh Hal Ini?
Indonesia memiliki kebudayaan yang beragam dan tentunya tidak kalah menarik. Namun, kita perlu adanya pengangkatan budaya lokal dengan pendekatan modern seperti apa yang telah dilakukan Jepang dengan City Pop. Contohnya di Indonesia kita bisa ambil lagu Lathi - Weird Genius yang merupakan campuran dari budaya Jawa dengan EDM dari pengaruh luar, dengan melakukan hal seperti itu maka bisa mempresentasikan budaya lokal ke kancah internasional atau mampu mencocokkan budaya lokal agar bisa lebih mudah diterima masyarakat internasional.
Selain itu perlu adanya peran pemerintah untuk membantu mengembangkan Soft Power ini seperti apa yang dilakukan Jepang dengan program Cool Japan. Pemerintah bisa membantu mempromosikan ke kancah internasional atau membantu dalam hal branding demi menciptakan kesan bahwa Budaya Indonesia merupakan budaya modern yang bisa dijadikan tren atau diadopsi dalam gaya hidup masyarakat dunia.
ADVERTISEMENT
Kita juga bisa memakai digitalisasi sebagai alat untuk mempromosikan budaya lokal yang sudah mendapat sentuhan modern ini, seperti City Pop yang kembali meraih popularitasnya karena platform seperti Spotify dan YouTube. Hal ini tentunya bisa membantu mengembangkan sektor ekonomi kreatif bahkan membantu membangun citra positif Indonesia ke dunia yang tentunya akan berefek terhadap Soft Power Indonesia.
Kesimpulan
Dengan melihat betapa besar pengaruh Soft Power Jepang melalui budaya City Pop maka sudah seharusnya kita mencontohnya dengan aset-aset budaya yang kita miliki sebagai instrumen Soft Power yang efektif. Jika kita berhasil memanfaatkan hal tersebut, maka sudah pasti kita menjadi negara yang terpandang secara internasional melalui penggunaan Soft Power.
Sumber Referensi
1. Holsti, K. J., 1964. “The Concept of Power in the Study of International Relations”, Background, 7 (4): 179-194.
ADVERTISEMENT
2. Japan Information Center. (2022, March). City pop: Japan’s retro music finds new fans. Retrieved from https://web-japan.org/trends/11_culture/pop202203_city-pop.html
3. MLDSPOT. (n.d.). Indonesian city pop dari sudut Fariz RM dan Vira Talisa. Retrieved from https://www.mldspot.com/inspiring-people/indonesian-city-pop-dari-sudut-fariz-rm-dan-vira-talisa
4. Zhang, D. (2023, October). City pop: Japan’s retro sound and its complex politics. 34th Street Magazine. Retrieved from https://www.34st.com/article/2023/10/city-pop-japan-orientalism-internet-political-music-plastic-love-streaming-internet