Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Sebuah Kisah Panjang Persahabatan dan Harapan 75 Tahun Hubungan Indonesia-Rusia
18 Januari 2025 9:25 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Abdullah Akbar Rafsanjani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kita sudah berada di tahun 2025, dan kita akan melihat perayaan 75 tahun hubungan diplomatik Rusia-Indonesia yang sudah terjalin semenjak 3 Februari 1950. Kedua negara ini memiliki kisah panjang persahabatan yang begitu harmonis bahkan sebelum Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tahun 1945, Rusia yang saat itu masih menjadi Uni Soviet mendukung cita-cita revolusi Indonesia untuk lepas dari belenggu imperialisme. Saat periode revolusi kemerdekaan Indonesia (1945-1950) Rusia yang saat itu masih menjadi Uni Soviet menjadi pendukung vokal kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia di dunia internasional hingga mengecam aksi agresi militer Belanda dan menolak klaim Belanda di Dewan Keamanan PBB. Hal tersebut memperkuat posisi diplomasi Indonesia di kancah internasional dan membuktikan peran Rusia dalam diplomasi internasional untuk Indonesia.
ADVERTISEMENT
Karena hal itulah hubungan Rusia-Indonesia terjalin erat yang akhirnya pada 3 Februari 1950 resmi memiliki hubungan diplomatik. Hubungan yang terjalin begitu harmonis dan saling mendukung seperti di era Presiden Soekarno, Rusia membantu dalam pembangunan Indonesia khususnya pada infrastruktur dan jejaknya masih ada sampai sekarang salah satunya saat Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 1962, Rusia membantu Indonesia dalam membangun Gelora Bung Karno hingga infrastruktur Kompleks Olahraga Senayan. Proyek tersebut bukan hanya simbol kerja sama bilateral semata, namun menjadi alat diplomasi Presiden Soekarno untuk menegaskan posisi Indonesia di dunia yang bebas dari pengaruh imperialisme dan warisan tersebut bertahan hingga kini.
Rusia turut membantu Indonesia dalam pembebasan Irian Barat dari cengkeraman penjajah Belanda. Salah satu kontribusi paling bersejarah adalah bantuan Rusia ke Indonesia dalam memodernisasi armada militernya khususnya armada udara Indonesia dengan pesawat buatan pabrik Rusia Mikoyan-Gurevich yang membuat Indonesia menjadi kekuatan terkuat di belahan bumi selatan pada 1960-an.
ADVERTISEMENT
Memasuki abad ke-21 hubungan Rusia-Indonesia tetap kokoh dan tidak hanya bertumpu pada aspek historis tetapi berkembang ke berbagai sektor. Seperti dalam bidang pertahanan dimana Indonesia mendapat armada Jet Sukhoi Su-27 dan Su-30 untuk memperkuat kekuatan udara Indonesia dikala embargo yang sempat melemahkan kemampuan militer Indonesia dan hal ini menunjukkan ketahanan hubungan Rusia-Indonesia di tengah dinamika geopolitik global.
Hubungan ini terus berlanjut dengan kerja sama Rusia-Indonesia di sektor ekonomi, Rusia sudah menjadi mitra dagang utama Indonesia di kawasan Eropa Timur. Merujuk dari data Kementerian Perdagangan Indonesia, tren ekspor Indonesia ke Rusia dari 2019-2023 meningkat sebesar 4,71 persen. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan Indonesia di tahun 2023 dengan beberapa komoditas ekspor Indonesia ke Rusia seperti minyak sawit senilai 632,6 juta dolar AS, karet 21,43 juta senilai dolar AS, hingga olahan makanan senilai 19,39 juta dolar AS. Adapun impor Indonesia ke Rusia antara lain batu bara bituminus senilai 495,6 juta dolar AS, besi baja senilai 389,6 juta dolar AS, hingga serealia senilai 274,8 juta dolar AS. Kerja sama ekonomi ini diharapkan terus mendorong penguatan kerja sama kedua negara di masa depan.
ADVERTISEMENT
Selain kerja sama sektor ekonomi, Rusia-Indonesia mempunyai kerja sama yang mencerminkan komitmen bersama untuk masa depan yang lebih sejahtera dengan pemanfaatan nuklir untuk tujuan damai yang sudah ditandatangani sejak 1 Desember 2006. Duta Besar Rusia untuk Indonesia Sergei Tolchenov menyatakan bahwa Rusia siap bekerja sama dengan Indonesia dalam hal pemanfaatan nuklir secara damai sebagai sumber energi di Indonesia, ini menunjukkan minat hingga kepercayaan Rusia untuk berinvestasi dalam proyek-proyek besar di Indonesia dalam hal ini proyek transisi energi. Melalui ROSATOM, Rusia berkomitmen untuk melakukan kerja sama tersebut dan meyakini bahwa ini akan berkontribusi signifikan terhadap pemanfaatan nuklir sebagai energi ramah lingkungan, yang bisa menjadi solusi untuk transisi energi Indonesia menuju netralitas karbon pada 2060.
ADVERTISEMENT
Dengan melihat betapa baiknya hubungan bilateral antara dua negara dan sama-sama menjunjung kedaulatan nasional, keadilan global, dan penolakan atas dominasi unipolar yang akhirnya menjadi faktor kuat Rusia untuk mendorong hingga mendukung keanggotaan Indonesia di BRICS yang bertujuan memperkuat aliansi negara-negara berkembang dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks dan menciptakan tata dunia multipolar yang lebih adil.
Rusia dan Indonesia berkomitmen untuk menjaga hubungan yang saling menguntungkan ini. Maka dari itu diperlukan visi masa depan yang kuat apalagi jika melihat isu-isu internasional saat ini seperti perubahan iklim hingga keamanan internasional yang bisa dimanfaatkan sebagai peningkatan kerja sama antar kedua negara yang bisa memperkuat posisi Rusia-Indonesia sebagai mitra strategis dan menciptakan tata dunia multipolar yang adil. Contoh pada isu perubahan iklim bisa melalui kerja sama melalui ROSATOM yang berfokus ke proyek penelitian energi terbarukan, dan di keamanan internasional khususnya keamanan siber kedua negara dapat memperkuat pertukaran teknologi atau pertukaran pendidikan di bidang sains dan teknologi untuk meningkatkan keamanan siber yang menjadi salah satu ancaman global.
ADVERTISEMENT
Sebagai penutup, mari jadikan momentum 75 tahun hubungan diplomatik Rusia-Indonesia sebagai refleksi dari kisah panjang persahabatan yang terjadi dan terus menguat. Harapannya semoga Rusia-Indonesia menjaga api persahabatan, memperkuat hubungan diplomatik, serta memperkuat kerja sama strategis demi bersama-sama menghadapi tantangan global dan berperan aktif dalam membangun tata dunia multipolar yang lebih adil dan damai.