Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Pentingnya Pendidikan Pesantren dan Peran Guru di Kehidupan Saat Ini
3 Juni 2022 20:57 WIB
Tulisan dari Abdullah Kafabih tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Saat ini peran pendidikan bukan hanya soal keilmuan saja. Karakter, moral, etika juga tak kalah pentingnya. Banyak pendidikan sekarang yang hanya mengurusi keilmuan para muridnya dan mengesampingkan pendidikan moral dan etika. Bukan karena tak mampu, tapi memang kondisi yang sudah tak dapat dikontrol. Seperti pendidikan remaja saat ini, SMA atau atasnya.
ADVERTISEMENT
Banyak guru yang gagal dalam mendidik moral dan karakter muridnya dan membiarkan muridnya bebas ketika sudah pulang dari sekolah. Saya sering melihat banyak anak SMA yang tidak punya etika ketika sudah diluar sekolah. Seolah memang tidak pernah belajar tentang tata krama. Lebih parahnya banyak para pelajar SMA yang tak peduli dengan perkataan orang tua mereka. Kasus seperti itu yang harus diselesaikan dan secara tidak langsung sudah menjadi tanggung jawab tenaga pendidik, seperti guru. Karena orang tua sudah memberikan hak asuh dan didik anaknya kepada mereka.
Lingkungan, pergaulan yang bebas, kurangnya pendidikan karakter dan kurangnya figur contoh yang baik adalah faktor kuat yang mendukung perubahan kualitas moral para pelajar di Indonesia. Melansir dari Inibaru "75% siswa mengaku pernah melakukan aksi kekerasan di lingkungan sekolah. Data yang sama mengungkapkan 45% murid laki-laki di Indonesia mengaku pernah menerima tindak kekerasan dari guru maupun petugas sekolah. Adapun, 22% siswa perempuan menyebutkan pernah mengalami hal serupa." Juga banyak terjadi kasus tawuran antar pelajar. Seperti contoh yang penulis temui ketika sedang perjalanan ke Lamongan pada hari jum'at (9/11). Ada dua kubu pelajar yang sedang tawuran. Diantara mereka banyak yang membawa senjata tajam, pecahan botol dan beberapa batu yang siap mereka lempar. Terlihat ada yang sudah dipenuhi darah di seragam mereka. Ada juga yang sudah tergeletak lemas di tengah tawuran.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu perlu menanggulangi faktor pemicu terjadinya hal-hal tersebut. Pendidikan di Pesantren salah satunya, Pesantren adalah tempat dimana pendidikan karakter, moral, etika, dan ketawadukan itu menjadi hal yang sudah mendarah daging baik bagi para santri maupun kyai. Banyak figur percontohan dan lingkungan baik yang bisa diterapkan untuk diri sendiri. Hubungan batin yang baik antara guru dan murid juga menjadi faktor keberkahan ilmu di Pesantren.
Lalu ciri khas santri yang sudah melekat adalah ketika mereka memandang guru mereka dengan penuh hormat dan ta'dim yang luar biasa. Dikutip dari kitab Minhaj as-Sawi disebutkan bahwa tercapainya sebuah ilmu dan futuh (terbukanya hati) untuk menerima ilmu dan cahaya yaitu terhilangnya hijab dari mendapatkan ilmu. Maksudnya tercapainya sebuah ilmu dan futuh itu ditentukan bagaimana adab seorang murid terhadap gurunya. Jadi kalo kamu memandang gurumu dengan pandangan yang mulia maka itu adalah bagian yang kamu dapatkan dari kemuliaanmu melihat gurumu.
ADVERTISEMENT
Contoh sederhana yang penulis lakukan dan temui ketika "Nyantri" di Pesantren Langitan adalah rasa ta'dim ketika ada kyai atau guru lewat, para santri akan berdiri ta'dim sambil menundukkan kepala dan sangat menghormati gurunya. Tidak hanya, itu bahkan apapun hal tentang kyai meraka seperti rumahnya, sandalnya, kendaraanya dll itu mereka sangat ta'dim. Contoh kecil keta'diman saya dan teman-teman santri Langitan, tidak ada yang mau berjalan di depan rumah para kyai dan lebih memilih untuk berjalan memutar.
Mengingat perkataan Kyai saya Buya Nasrullah "Guru itu pasti dimuliakan oleh Allah, dan siapa yang memuliakan orang yang di muliakan Allah, kita akan mulia juga. Karena guru adalah orang yang mengenalkan kita kepada Rasulullah SAW. Lalu sampai kepada Allah SWT."
ADVERTISEMENT
Di Pesantren adalah miniatur kehidupan ketika sudah bermasyarakat dan bersosial. Kita diajarkan untuk saling berbagi, diajarkan untuk saling memahami antar sesama, belajar untuk tidak egois, dan taat aturan. Seperti itu juga kelak ketika kita hidup sosial di masyarakat. Kehidupan yang lebih keras dari pada di Pesantren yang harus siap kita lalui dengan baik. Sehingga tidak terjadi hal-hal yang membuat kita tidak betah dan menanggulangi masalah yang akan hadir di masyarakat mengenai kita.
Kehidupan di Pesantren terlihat jelas akhlak yang baik, suasana yang baik, dan rasa peduli satu dengan yang lainnya. Tidak ada tawuran, kekerasan ataupun sampai pembunuhan. Ya meski tidak sebaik bayangan kita, namun setidaknya kesalahan kecil yang dilakukan di Pesantren adalah murni karena kita sebagai manusia yang pasti mempunyai salah.
ADVERTISEMENT
Demikianlah bisa diambil pelajaran dan dipraktikan dalam kehidupan dimanapun kita berada. Misal kalau kita tidak bisa hormat ke guru, bayangkan saja guru yang harusnya kita hormati itu adalah orang tua kita. Ketika kita meminta uang kepada mereka, kita pasti hormat, ta'dim dan rasa berharap yang besar dari kita ke orang tua. Seperti hal nya guru ketika kita berharap keberkahan ilmu darinya. Pantaskah kalau tingkah laku kita, etika kita tidak benar kepada para guru, mendapat barokah ilmu dari mereka.